Foto: Dokumen Pribadi
Suara tepuk tangan membahana, mengiringi pengumuman yang mengukir sejarah baru bagi dunia seni peran pelajar Kota Lhokseumawe. Dua siswi dari SMA Negeri 1 Lhokseumawe, dengan totalitas dan penghayatan luar biasa, berhasil mendominasi Lomba Monolog dalam ajang FAIRO (Festival Arab, Islam, dan Olahraga) yang diselenggarakan oleh Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUSHDA) di UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe pada tanggal 28 Oktober 2025
Di panggung yang diselenggarakan secara (luring) di area luar ruangan UIN, kedua siswi tersebut tampil dengan naskah karya sendiri yang memiliki tema besar “Ketika Hati Mulai Berbicara”.
Ghina Sayla sang Juara I membawakan monolog berjudul “Aku dan Boneka”. Ia berhasil memukau juri dengan karakter yang sering menangis setiap malam, diekspresikan dengan riasan mata yang “sembap” sesuai cerita. Rekannya
Reihana Althafunnisa tampil dengan judul “Aku Sempurna untuk Siapa?”. Ia memerankan karakter yang mata panda karena terlalu sering belajar hingga tidak mengenal istirahat, mencerminkan tuntutan untuk selalu menjadi yang pertama.
Keduanya berhasil mematuhi batas waktu maksimal 10 menit dan mampu menampilkan akting yang memukau bagi para juri dan peserta yang lain.
Kemenangan ini terasa semakin heroik mengingat tingkat kesulitan lomba FAIRO. Kedua siswi diwajibkan membuat naskah monolog mereka sendiri, ini merupakan sebuah tantangan besar yang menguji kreativitas dan kemampuan menulis. Yang lebih mengejutkan, mereka hanya memiliki waktu efektif dua hari untuk menulis, menghafal, dan berlatih secara intensif sebelum tampil di hadapan dewan juri.
Ghina Sayla peraih Juara I, mengatakan, “Masya Allah, enggak menyangka bisa dapat juara satu. Latihannya memang mepet sekali. Kami hanya punya waktu efektif satu setengah hari di hari Senin, dan setengah hari lagi di hari Selasa untuk tampil di hari yang sama, tanggal 28 Oktober 2025 Itu pun cuman 4 jam latihan. Kami juga harus membuat naskah sendiri, dimana naskah saya 8 lembar dan Reihana 7 lembar. Awalnya panik, tapi kami coba menampilkan yang maksimal.”
Reihana Althafunnisa sebagai peraih Juara III, menambahkan bahwa persaingan dalam lomba ini sangat ketat, bahkan melibatkan peserta berprestasi nasional.
“Enggak nyangka juga, soalnya dari tujuh orang itu, semuanya sekeren-keren itu. Ada peserta yang merupakan Juara 1 Monolog FLS3N (Festival Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional). Mereka memang menjiwai banget. Saya bangga SMAN 1 Lhokseumawe bisa bawa pulang dua piala dari Monolog FAIRO. Kami sangat bersyukur monolog kami bisa diterima dan menyentuh hati juri,” ungkap nya dengan rasa syukur.
Sementara itu, Ibu Maimunah, S.Pd., M.Pd., pembina di monolog SMAN 1 Lhokseumawe, mengungkapkan bahwa persiapan yang singkat tidak menyurutkan semangat anak didiknya. “Kami sungguh terkesima dengan pencapaian Ghina dan Reihana. Bayangkan, dengan persiapan yang sangat singkat, hanya dalam waktu dua hari, mereka mampu bersaing dan unggul di antara sekolah-sekolah lain di Lhokseumawe,” jelas beliau.
Beliau menambahkan bahwa keberhasilan ini sejalan dengan filosofi pembinaan yang selalu ia tekankan: ‘Lakukanlah sesuatu yang bermanfaat dengan sungguh-sungguh, tanpa mengabaikan kewajiban-kewajiban lainnya yang harus diprioritaskan’.
Kisah perjuangan Ghina Sayla dan Reihana Althafunnisa di FAIRO UIN Sultanah Nahrasiyah membuktikan bahwa bakat dan kerja keras adalah kombinasi tak terkalahkan. Dengan keterbatasan waktu yang ekstrem, mereka mampu menghasilkan karya orisinal dan penampilan prima yang menaklukkan panggung universitas.
Kostributor: Masyitah Inayah ( Tim Juarnalistik SMA N 1 Lhokseumawe)
0 Komentar