Sumber: Dokumen Pribadi
Oleh: Muklis Puna
Ketika mau berangkat menuju kota tua, Aku singgah sebentar menjenguknya, seperti kebiasaan lama yang kulakukan ketika wajahnya penuh iba datang bertandang dalam pikiran. Waktu menunjukkan pukul 15. 45 Wib menjelang matahari berkemas menuju sarangnya setelah menyelesaikan rutinitas harian.
Ada dua belahan jiwa yang mengaduk- aduk jiwaku dalam beberapa hari ini, yaitu Ibuku dan malaikat kecilku. Sebagai cinta pertama dan buah hatiku, tentunya ini adalah sebuah kehangatan andai rasa itu bisa kulepas.
Sebelum Aku beranjak menuju Kota Peradaban masa silam. Aku ditelepon oleh Kakakku nomor yang tiga. Tiba- tiba Handphone ku menjerit- jerit seperti tambur di pukul hujan di BulanDesember, deras sekali. Sekilas kulihat sebuah nama timbul tenggelam dilayar kotak ajaib tersebut.
Setelah Kuangkat di ujung telepon terdengar suara Kakak ku yang berbicara, " Dik..! Apa kabar ni? . Bagaimana kondisinya sehatkah? Dengan nada santai Aku menjawab bahwa Aku sehat-sehat saja. Rupanya sayup-sayup kudengar dari ujung pembicaraan suara Ibu seperti berbisik "
Baca Juga: Setelah Ayah Menikah Lagi
Coba tanya, Masih Ingatkah sama Orang tuanya?"Mendengar bisikan tersebut, hatiku sepeti diiris sembilu, pikiranku seperti diaduk- aduk ada penyesalan yang sangat dalam, Mengapa aku seperti abai pada kondisi beliau?
Spontan Aku menjawab Kakakku" Kasih Tau Ibunda Insyaallah, Besok siang Aku ke sana" Sambil mengucapkan salam untuk menutup pembicaraan. Seiring telepon ditutup, pikiranku seperti langit ditumbuhi mendung.
Ada penyesalan yang menggumpal dalam dada. Aku tidak mampu berkata-kata , bibirku beku, lidahku kelu. Di sudut bola mata ada embun yang perlahan turun mengairi pipi sampai ke bibir. Kurasakan air mata kerinduan Ibu yang numpang lewat pada lidahku kala itu.
Waktu terus melipat jarak, Aku langsung berangkat menuju kota tua sembari singgah sebentar untuk mengobati rindu yang amat dalam. Cinta pertamaku menggelayut dalam lamunan, ketika Aku sedang mengendarai.
Sesekali Aku membatin dan mengukur berapa banyak budi yang bisa kubalas dibanding dengan air susu nya yang telah ku minum. Berapa banyak waktu dan dana yang kubutuhkan untuk membalas semua itu? Namun Aku terkejut, ternyata itu memang tidak sanggup kulakukan, hanya doa di ujung salat sebagai obat peneduh jiwa.
Sesekali Aku berpikir, kenapa baru sekarang ketika senja sudah merapat pada dirinya Aku baru tersadar? Kenapa baru sekarang, ketika pipa-pipa biru membusur di kulitnya Aku jadi punya perhatian lebi?
Kenapa sekarang, ketika Ia sudah tidak bisa lagi membedakan antara Aku anaknya yang bertandang ke rumahnya dengan orang lain? Kenapa baru sekarang, ketika suaranya sudah terlalu menjauh dari kerongkongan saat Ia memanggil namaku.
Sejuta " Kenapa" melilit di pinggangku. Aku terjebak dalam nafsu dunia, hingga Kau terlupakan bunda, pikirku.
Seandainya bisa kulit dan tulang ini kupisahkan dari jasad maka akan kujadikan sebagai jembatan dan selimut agar
Kau tidak digigit binatang jalang saat melintasi hidup. Seandainya hukum membolehkan, maka air mata kerinduanmu akan kutampung dalam kolam kasih sayang dan ku jadikan sebagai wudhu ku dalam menyembah-Nya,
Baca Juga: Kenangan yang Tak Terlupakan
Ah... begitu panjang dan menyedihkan lamunan ini. Tiba-tiba Aku sudah sampai di persimpangan menuju arah masuk ke rumah ku. Rumah yang sudah kutinggalkan selama tiga puluh tahun lebih.
Masih teringat pada kenangan, ketika Aku masih sekolah di SMA, mengayuh sepeda butut dan kuparkir di simpang tersebut. Mungkin dengan sepeda butut dan Doa dari perempuan senja itu
Aku bisa seperti ini hari ini. Dengan uang jajan pas-pasan Aku mencoba bermain-main dengan harapan waktu itu . Namun lewat belaian ibu dan makanan yang disiapkan untuk Aku sekolah, makanya
Aku bisa seperti ini. Masih terngiang di telinga, ketika pukul 05 pagi Aku dibangunkan untuk salat dan sarapan pagi. Semua itu dilakukan dengan rasa tanggung jawab dan keikhlasan. Dengan jumlah anaknya sampai sebelas orang Ia mampu memberikan kasih sayang kompleks.
Bagi Kami anak-anaknya, Ibu adalah seperti matahari yang tak pernah membedakan kadar sinarnya yang diberikan kepada kami.
Perjalananku menemui perempuan senja dan pacar pertamaku dalam hidup tak terasa sudah sampai di depan mata. Lewat perasan rindu yang begitu dalam dan sejumlah harapan menerawang dalam pikiran. Rumah panggung tempat
Aku dilahirkan dan dibesarkan masih berdiri kokoh di depan ku. Dari kaca mobil Aku menyaksikan kondisinya sudah mulai rapuh , maklum rumah itu sejak ditinggalkan oleh Ayahanda selama 20 tahun lalu mulai tampak lusuh dan kelelahan menanggung hidup, Perlahan Aku masukkan mobil ku ke halaman rumahku.
Seperti juga waktu sebelumnya, ketika Aku pulang menjenguknya , Aku selalu mencari dirinya. Bagiku yang terpenting adalah dalam kondisi apapun ketika Aku sampai ke rumahku Aku tetap menemuinya untuk pertama kali .
Aku telah mengharamkan untuk tidak bersalaman dengan siapapun kecuali dengan dirinya. Rasa rindu yang menyerang kalbu membuat Aku semakin menggebu-gebu ingin bertemu dengan dirinya.
Ketika itu kucari Dia kesana-sini, Ia tak ada , lalu kupanggil Dia " Assalamualaikum..Ibu! Ibu... ! " Aku pulang Bu" Namun tak ada jawaban. Perasaanku semakin kacau dan cemas. Aku mulai kuatir tentang keberadaanya.
Astagfirullah..! Bertapa terkejutnya diriku, rupanya Dia sedang tidur di atas kursi panjang tempat dimana Ia selalu menungggu diriku pulang.
Betapa hancur hati dan pikiranku, ketika kusaksikan tubuhnya yang begitu melemah dan lesu. Perlahan kubangunkan Dia "Ibu..! Aku Pulang." sejurus kemudian Ia terkejut dan bertanya " Siapa ya?" Maklum kondisi matanya yang sudah kabur dan ditutup kulitnya yang mulai keriput.
Ketika Ia mendengar suaraku, baru tersadarkan bahwa itu Aku yang pulang. Begitu Dia melihat Aku... tak dapat dibayangkan apa yang terjadi. Seperti tanah kemarau rasa yang didatangi musim hujan.
Dia langsung memelukku dan mencium ku berkali- kali. Dalam pelukan eratnya Dia meracau" Kenapa lama sekali Nak Engaku menjengukku? Tadi pagi baru saja ku panggil namamu Nak. Ada kamu dengar nak?" Rupanya Ia berhalusinasi dalam kerinduan.
Aku tak bisa berkata apa- apa, dadaku tersumpal keharuan. bibirku kebas- kebas hanya pelukan hangat yang kurasakan .
Sesungguhnya Ia selama ini sedang mengapit bulan, dan bulan itu adalah kehadiranku dalam pelukannya. Dalam keheningan dan kerinduan kucoba menghibur dan mendengarkan segala keluh kesah yang dialami. Sambil manggut-manggut Aku menjadi pendengar yang baik tentang penyakit yang Dia derita selama ini.
Setelah suasana mulai mencair,Aku mohon izin untuk melanjutkan perjalanan menjemput cinta keduaku yang sudah libur dari kuliah dan kembali lagi bersamamu selama satu bulan****
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawee

30 Komentar
menurut almas alur pada cerpen ini sudah bagus yaitu maju mundur lalu penokohan sangat jelas,amanat dapat tersampaikan dengan jelas bahwa kita harus mengingat orang tua hingga sepanjang masa dan sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang pertama
BalasHapusMenurut saya (Fathia), penulis nyusun alurnya nggak urut terus, tapi campur antara maju dan mundur. Awalnya cerita jalan ke depan, pas tokohnya mau ke kota tua dan mampir ke rumah ibu. Tapi di tengah-tengah, ada kenangan masa lalu yang diselipin, kayak waktu SMA atau saat sering pulang. Jadi alurnya maju, tapi kadang mundur buat ngingetin pembaca soal hubungan tokoh sama ibunya.
BalasHapusAmanat dari cerita ini adalah kita jangan sampai lupa atau menunda-nunda untuk peduli dan sayang sama orang tua, apalagi ibu. Selagi mereka masih ada, kita harus sempatkan waktu buat menjenguk dan membalas kasih sayang mereka, karena penyesalan itu datangnya selalu belakangan.
Tokoh “Aku” digambarkan sebagai orang yang penuh penyesalan, sensitif, dan sangat sayang sama ibunya. Dia sadar sudah lama nggak pulang dan merasa bersalah. Sementara ibunya digambarkan sebagai sosok yang penuh kasih sayang, sabar, dan tetap setia menunggu anaknya pulang meski sudah tua dan sakit-sakitan.
Cerita ini pakai sudut pandang orang pertama, karena ditulis dari sudut tokoh “Aku”. Jadi, pembaca bisa langsung ngerasain apa yang dirasain tokoh, mulai dari rindu, penyesalan, sampai harunya saat ketemu ibunya lagi.
Cerita ini bikin haru dan nyentuh. Pesannya kuat soal pentingnya sayang sama ibu sebelum terlambat. Bikin sadar, jangan nunggu waktu buat pulang dan peduli.
menurut saya (chalisa) Pengarang menggunakan alur campuran dengan perpaduan masa kini dan kilas balik kenangan tokoh utama.
BalasHapusAmanat cerita menyampaikan bahwa rindu adalah bukti cinta yang pernah hidup dan tetap bertahan.
Tokoh utama digambarkan sebagai wanita tenang, penyendiri, namun kuat dan puitis.
Sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga terbatas, yang fokus pada isi hati tokoh utama.
menurut olip, cara alur nya maju mundur karena diselingi kenangan masa sma dan masa kecil dirumah ibu, penokohan nya aku dan sangat jelas watak nya, amanat sangat luar biasa tersampaikan karna bagaimanapun juga kita butuh ibu, dengan sudut pandang penulis adalah akuu alias tunggal
BalasHapussaya ayumi ingin mengomentari. cara penulis menyampaikan alur menyiratkan suasana nostalgia dan kepedihan karena ditinggal ayahnya selama 20 tahun. Alur naratif mengikuti alur maju (linear): dari perjalanan si tokoh kembali hingga babak pertemuan atau pengungkapan rindu. Ada sentuhan flashback ringan (“Ayahanda selama 20 tahun lalu”) yang membangun latar waktu dan kerinduan tanpa berpindah sudut. amanat yang ingin disampaikan penulis menyampaikan nilai kerinduan dan penghormatan kepada orang tua, serta pentingnya kepulangan dan ikatan keluarga, bahkan ketika waktu terasa begitu lama. penggambaran karakternya • “Aku” (narator orang pertama): berperan sebagai anak yang kembali dan penuh rindu. • Perempuan tua / Ibu figur: digambarkan simbolik sebagai perempuan senja yang membawa rindu panjang—meski secara eksplisit tokoh ibu tidak muncul secara dramatis. sudut pandang penulis Cerita menggunakan sudut pandang orang pertama (“aku”), sehingga pembaca diajak langsung masuk ke dalam pengalaman, emosi, dan refleksi tokoh utama.
BalasHapussaya ceysa, alurnya maju mundur karna di selingi kenangan masa sma dan masa kecil,amanat yang dapat di ambil jangan lupakan orang tua,pada cerita ini menggunakan sudut pandang pertama,penokohan sangat jelas perwatakannya
BalasHapussaya aisha, cara pengarang menyampaikan alur cerita yaitu dengan alur campuran yg ada nostalgianya.
BalasHapusamanat yang ingin disampaikan pengarang yaitu sayangin orang tua, jangan disia'kan selagi masih ada
penggambaran karakternya yaitu dengan karakter yang baik dan penuh penyesalan
saya morin,alur ceritanya adalah maju mundur krn masa lalu dan skrg dan flashbacknya cukup untuk dimengerti,penokohannya ibu yg sabar dan sang anak yg rindu pd ibu,amanat yg didapatkan adalah jangan lupakan orang tua sampai kapanpun,sudut pandang penulis adalah aku yang memendam rasa rindu pada ibu
BalasHapusSaya alya, menurut saya, alurnya tertata rapi tetapi maju mundur (tertera part flashback). Penokohan sangat baik ditampilkan dan jelas, tokoh nya memiliki sifat baik pada ibunya dan rasa rindu kepada ibunya. Amanatnya sangat menyentuh hati yaitu mengingatkan kita untuk selalu mengingat ibu dimanapun kita berada dan kasih ibu itu sepanjang masa, kita tidak boleh sampai melupakan jasa orang tua. Sudut pandang nya yaitu "Aku" yaitu tunggal
BalasHapussaya syifa, alur pada ceritanya yaitu maju mundur , karena pada cerita tersebut ada di selingi kenangan pada masa SMA dan masa kecil sang tokoh, amanat yang dapat kita ambil dari cerita itu adalah jangan pernah sekalipun kita melupakan orang tua kita yang telah membesarkan dan mendidik kita sedari kita kecil hingga besar,dan penggambaran karakter tokoh utama penuh emosi dan ibunya lembut dan sabar, serta sudut pandang yang di gunakan di cerita adalah sudut pandang pertama
BalasHapusMenurut Asyifa, cerita ini menggunakan alur campuran karena mengisahkan masa sekarang dan masa lalu. Amanat yang disampaikan oleh penulis adalah jangan sampai melupakan orang tua. Penggambaran tokoh “aku” sangat emosional. Sudut pandang penulis adalah sudut pandang pertama sehingga pembaca dapat mengerti perasaan tokoh “aku”.
BalasHapusmenurut saya penulis menggunakan alur maju mundur, karena dimana cerita tersebut di selingi oleh kenangan masa saat masih SMA dan saat ia masih kecil.
BalasHapusAmanat dari cerita tersebut sangatlah bagus dan sangat menyentuh hati, pelajaran yg dapat kita ambil dari cerita tersebut adalah sayangilah ibumu selama ia masih hidup, jangan sampai terlambat dan penyesalan menghantui diri kalian.
Tokoh "aku" dalam cerita tersebut yaitu adalah sosok yg rindu dan sadar bahwa sang ibu penuh dengan pengorbanan.
Jadi pada cerita tersebut menggunakan tokoh "aku", jadi kita sebagai pembaca bisa merasakan langsung bagaimana perasaan tokoh "aku" di dalam cerita tersebut.
Alur cerita ini sangat menyentuh hati dan membuat kita sadar betapa pentingnya kita menghargai waktu yang ada.
Menurut saya ( jessica) pengarang pada cerpen ini alur yang maju mundur ( alur campuran) di mulai dari kejadian saat ini lalu diselingi kilas balik ke masa lalu. Amanat nya jangan melupakan orang tua, khususnya ibu karena kasing sayang nya tidak tergantikan dan waktu bersama mereka sangat berharga. Karakter tokoh " Aku " yang digambarkan sebagai anak yang penuh penyesalan dan rindu, mencintai ibu dan anak. " Ibu " Digambarkan sebagai sosok penuh kasih sayang, sabar dan setia. Sudut pandang ditandai dengan kata " Aku " Sebagai tokoh utama.
BalasHapusSaya sheikha, alur pada cerpen ini adalah alur campuran atau maju mundur karena diselingi dengan kenangan masa kecil. Amanat pada cerpen ini kita harus selalu mengingat orang tua, jangan pernah melupakannya dan juga menyentuh hati. Penggambaran Karakter tokoh aku, penuh rindu dan penyesalan sedangkan ibu, adalah sosok yang sabar dan penuh kasih sayang. Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen ini yaitu sudut pandang orang pertama karena menceritakan tokoh aku
BalasHapusmenurut uzkia cerita ini alurnya flashback ia menyelipkan berbagai kenangan masa laluu, terutama tentang sang ibu dan juga masa kecilnya. alur maju mundur ini menggambarkan penyesalan dan sangat rindu kepada ibunya
BalasHapusamanatnya yang bisa di sampaikan yaitu jangan pernah lupakan ortu , waktu bersama ortu itu sangatlah berharga jangan sampai menyesal karena terlalu sibuk dengan urusan dunia, kasih sayang ibu itu tulus dan tak tergantikan
pengambaran karakter tokoh:
tokoh "aku" = penyesal, penuh rindu dan sangat mencintai ibunya meski terlambat menyadari
tokoh "ibu" =sosok ibu yang baik penyanyang sabar kuatt
sudut pandang yang digunakan = cerpen ini menggunakan sudut pandang orang pertama (aku) sebagai tokoh utama. ini bisa membuat pembaca merasakan emosi kenangan dan penyesalan yang di alami oleh tokoh utama sehingga cerita bisa lebih intim dan menyentuh hati
Menurut saya (nova) cerita cerpen ini memiliki alur campuran, yaitu maju mundur yang menceritakan setengah kisah lama dan kembali lagi masa sekarang. Pesan yang dapat di ambil dari pengarang adalah bahwa ia selalu menunggu bulan,dan bulan itu adalah kehadiran anak nya yang sangat di tunggu-tunggu dan juga kebahagiaan yang terjalin antara mereka saat sedang saling menghibur satu sama lain. Menurut saya tokoh dalam cerpen ini memiliki sifat yang sensitif mudah terbawa suasana. Sudut pandang yang dapat dilihat yaitu bahwa pengarang menyampaikan bagai mana kisah si anak dan ibunya di masa lalu dan di masa sekarang yang memiliki perubahan suasana, jadi kita sebagai pembaca seperti masuk dalam ceritanya
BalasHapussaya niswa, Alurnya itu campuran karena alur ceritanya itu gabung antara alur maju dan alur mundur. Amanatnya adalah kita harus selalu ingat orang tua dimanapun dan kapanpun karena jika orang tua nanti telah tiada pasti kita menyesal karena semasa hidup kita kurang memperhatikannya, karena waktu tidak bisa diulang. Penggambaran tokohnya adalah sosok aku yang penuh rindu dan penyesalan, sementara ibu adalah sosok yang sabar, setia, dan penuh cinta.Sudut pandangnya adalah orang pertama sebagai aku.
BalasHapusSaya Ara, menurut saya alur cerita yang disampaikan adalah alur campuran dimana ada bagian penulisan yang menceritakan tentang kenangan masa dulu dan dilanjutkan dengan cerita masa sekarang. Amanat yang ingin disampaikan oleh penulis adalah selalu ingat dengan orang tua, sejauh apapun jarak kita dengan orang tua jangan pernah melupakan orang tua, selalu ingat dengan jasa dari orang tua, selalu ingat dengan semua perjuangannya. Penggambaran karakter dari cerita tersebut
BalasHapusMenurut saya ( Lulu )
BalasHapus- Alur : Alur yang digunakan pengarang adalah alur maju mundur, yang dimana diperlihatkan masa kecil si tokoh secara sekilas.
- Amanat : amanat yang disampaikan pengarang menurut saya, selagi orang tua masih hidup sempat sempatkan lah pulang, tidak seharusnya kita lupa kepada orang tua yang telah membesarkan sedari kecil. Walaupun sibuk tetap sempatkan pulang 1 bulan sekali.
- Sudut pandang : menggunakan sudut pandang orang pertama ( Aku ) Memberikan kesan emosional dan reflektif sehingga pembaca dapat merasakan apa yang dirasakan
- Penggambaran tokoh : aku sangat emosional dan membuat pembaca menjadikan itu sebagai refleksi diri untuk kedepannya sedangkan ibu memiliki rasa sabar yang sangat tinggi dan setia menunggu anaknya pulang.
saya Qisthy, menurut saya cerita ini menggunakan sudut pandang orang pertama (“Aku”), membuat pembaca bisa merasakan langsung emosi dan penyesalan tokoh utama. Alurnya memakai alur campuran (maju-mundur), dengan perpaduan masa kini dan kilas balik masa lalu yang memperkuat suasana haru. Karakter tokoh utama digambarkan sebagai sosok yang menyesal, penuh cinta, dan akhirnya sadar akan pentingnya sosok ibu, sementara ibu digambarkan penyayang, sabar, dan penuh kasih meski fisiknya melemah. Amanatnya, jangan menunda untuk mencintai dan membahagiakan orang tua, karena waktu tak bisa diulang dan penyesalan tak bisa diperbaiki.
BalasHapusSaya Cut Syifa Amelia
BalasHapus1. Cara Pengarang Menulis Alurnya:
Menggunakan alur campuran (maju dan mundur). Cerita berjalan ke depan, namun diselingi kilas balik kenangan masa lalu.
2. Amanat yang Disampaikan:
Jangan lupakan orang tua, terutama ibu, karena kasih sayangnya tak ternilai dan waktu bersama mereka sangat terbatas.
3. Penggambaran Karakter Tokoh:
Tokoh “Aku”: Penyayang, penuh penyesalan, dan reflektif.
Ibu: Penuh kasih sayang, sabar, dan rindu pada anaknya meski sudah renta.
4. Sudut Pandang yang Digunakan:
Orang pertama (“Aku”) — langsung dari tokoh utama.
Saya Ara, menurut saya alur cerita yang disampaikan adalah alur campuran dimana ada bagian penulisan yang menceritakan tentang kenangan masa dulu dan dilanjutkan dengan cerita masa sekarang. Amanat yang ingin disampaikan oleh penulis adalah selalu ingat dengan orang tua, sejauh apapun jarak kita dengan orang tua jangan pernah melupakan orang tua, selalu ingat dengan jasa dari orang tua, selalu ingat dengan semua perjuangannya. penulis menggambarkan watak tokoh dengan hati yang lembut dan penuh penyesalan atas kejadian yang sudah terjadi. Sudut pandang orang pertama ("Aku").
BalasHapussaya Nabil, menurut saya ada beberapa hal yang terdapat dalam teks cerpen tersebut yaitu :
BalasHapusa.cara pengarang menyampaikan alur, cerita yang menggunakan alur campuran (maju mundur) karena di cerita tersebut terdapat kenangan masa lalu di waktu kecil yang terkias kembali pada saat dia bertemu ibunya
b.amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang adalah bahwa selalu berbakti kepada orangtua dan jangan pernah menundanya,karena waktu berharap yang telah terlewati tidak akan kembali lagi.
c.penggambaran tokoh,yaitu tokoh "aku" sebagai anak yang penuh penyesalan akan waktu yang telah terlewati karena tidak berbakti kepada ibunya pada saat itu.Dan yang kedua yaitu tokoh ibu yang penuh cinta dan kasih sayang kepada anaknya.
d.sudut pandang penulis tentang cerita yaitu "aku" posisi penulisan sebagai tokoh utama dan menceritakan pengalamannya.
Menurut dava, alur ceritanya itu keren banget, dengan dipadukannya alur maju dan mundur membuat kita tuh jadi ngerasain bahwa kasih sayang ibu itu memang se luar biasa itu, kata kata yang di gunakan penulis pun cukup puitis yang bakal membuat kita nagih buat baca lagi ke bawa sampai habis, penokohan dan karakter di cerita ini juga bisa banget nih membuat ceritnya hidup dan punya kesan tersendiri buat pembacanya.
BalasHapuspenulisnya juga mengambil sudut pandang orang pertama untuk memetakan karakter di dalam cerita ini, menurut dava paket komplit, keren banget!
Saya Khatab, menurut saya alur yang di ceritakan adalah alur campuran(maju-mundur) karna ada sedikit masa lalu yang diceritakan.amanat yang ingin disampaikan: senantiasa berbakti kepada orang tua dan jangan pernah melupakan jasa mereka yang telah membesarkan kita selama ini,semisal mereka telah tiada akan dipastikan kita akan sangat menyesal.karna segala waktu yang telah berlalu tak akan pernah kembali.penggambaran karakter pada tokoh
BalasHapusTokoh aku sebagai "anak"
Diliputi dengan rasa penuh penyesalan karna tak sempat berbakti kepada ibunya karna terlalu sibuk dengan pekerjaan nya di kota
Ibu: seseorang yang mencintai begitu dalam,serta yang memberikan penuh kasih sayang, mengorbankan apa yang ia miliki demi anak yang ia cintai.
Sudut pandang penulis tentang cerpen diatas:"Aku" sebagai
Posisi penulis sekaligus tokoh utama yang menceritakan pengalamannya tentang "berbakti kepada ibu".
Menurut saya cara penulis
BalasHapus-Menyampaikan alur cerita yaitu menggunakan alur campuran (maju dan kilas balik) diawali dari saat tokoh berangkat ke kota tua lalu terdapat kilas balik tentang masa lalunya.
-Amanat yang terdapat di dalam cerita agar kita memiliki quality time bersama orang tua, menyayangi mereka dan selalu berbakti kepada kedua orang tua kita.
-Penggambaran tokoh,
>tokoh utama "Aku" yang penyayang dan dipenuhi penyesalan.
>Ibu yang sabar dan penuh kasih.
-Sudut pandang yang digunakan yaitu adalah sudut pandang orang pertama yaitu "Aku" sebagai tokoh utama. di dalam cerita tersebut.
Saya Farid, menurut saya Alur yang disampaikan sama sang penulis di cerpen ini dengan menggunakan Alur Campuran (maju-mundur), yang bisa dilihat pada saat tokoh dalam perjalanan menemui ibunya, penulis menyisipkan sedikit kilas balik ke masa lalu sang tokoh. Lalu amanat atau pesan yang disampaikan sudah sangat jelas sekali yaitu pentingnya perhatian dan kasih sayang kepada orang tua, yang terutama ibu, selagi mereka masih ada. Kemudian penggambaran tokoh utama yaitu "Aku",yang digambarkan sebagai tokoh yang sibuk dan agak abai sama ibunya, sampai harus disentil oleh kakaknya baru dia sadar, Tapi.. Dia punya hati yang sensitif dan penuh penyesalan. Dan sudut pandang yang digunakan penulis, keseluruhannya penulis menggunakan "Aku" Atau sudut pandang orang pertama, jadi.. Kita bisa merasakan langsung apa yang ada dipikiran dan hati si tokoh utama.
BalasHapusMenurut saya (Zikri) carita ini sangat tersentuh dan mengharukan, karena kita akan selalu mengingat kepada orang tua kita yang telah mendidik kita, membiayai kita, dan lain lainnya. Sampai sampai kita berpikir gimana cara membalas jasa jasa yang telah orang tua kita lakukan untuk kita (anaknya). Walaupun kita lagi jauh dari orang tua kita dan sesibuk apapun dengan urusan kita atau pekerjaan kita, kita tetap harus mengingat, mengunjungi, menjenguk dan memberikan kabar kepada orang tua kita walaupun dari telefon.
BalasHapusMenurut Rafa, menyampaikan cerpen ini sangat cocok dengan apa yang dikisahkan. Dimana penulis menggunakan alur flashback pada kenangan tokoh utama sebagai penyampaian rasa rindu tokoh dengan ibunya. Lalu penulis yang menyampaikan amanatnya secara tak langsung adalah, janganlah melupakan ibu kita yang telah melahirkan kita. Walaupun, kita sedang pergi jauh. Untuk karakter tokoh utamanya yang ditulis dengan penuh rindu sekaligus penyesalan kepada ibunya karna tokoh utama selalu tinggal jauh dengan ibunya. Dengan pembawaan sudut pandang orang pertama yang membuat pembaca turut merasakan perasaan tokoh secara mendalam.
BalasHapusSetelah membaca cerpen ini saya merasa terharu dan merasakan perasaan dari penulis, dari sini saya merasa keutuhan cerpen ini sangat bagus dan tentu dibuat dengan sepenuh hati.Gaya bahasa Yang ditulis sangat puitis, membuat pembaca langsung paham makna cerpen ini dengan sekali baca saja.
Menurut pendapat saya, Jihan, cerpen ini disusun dengan alur campuran yang bergerak maju dan mundur, sehingga memungkinkan saya sebagai pembaca untuk mendalami kenangan masa lalu tokoh utamanya khususnya ketika ia masih kecil bersama ibunya. Dari cara penulis merangkai cerita, saya menangkap adanya pesan yang sangat mendalam, yakni agar kita tidak pernah menunda untuk berbakti kepada orang tua, sebab waktu yang telah berlalu tidak dapat dikembalikan, dan penyesalan akan muncul saat semuanya telah terlambat. Tokoh “aku” digambarkan sebagai sosok yang penuh penyesalan karena dahulu kurang menghargai ibunya, sementara tokoh ibu digambarkan sebagai figur yang sarat dengan cinta dan kasih sayang tulus kepada anaknya. Cerita ini menggunakan sudut pandang orang pertama, sehingga saya merasa lebih dekat dan dapat turut merasakan emosi tokoh utamanya yaitu rasa rindu, bersalah, serta kehilangan yang mendalam. Latar waktu berpindah antara masa kecil dan masa kini, dengan suasana yang dibangun penuh makna dan menggetarkan hati. Menurut saya, penulis cerpen ini merupakan pribadi yang peka, tulus, dan mahir dalam menyampaikan nilai-nilai keluarga melalui kisah sederhana namun menyentuh hati. Cerpen ini berhasil membuat saya merenung sekaligus mengingatkan bahwa kasih sayang orang tua, khususnya ibu, adalah sesuatu yang tak tergantikan dan harus disyukuri selagi masih ada kesempatan.
BalasHapus