Foto: Tangkapan Layar
Oleh :Muklis Puna
Berliku jalan kau tempuh, demi satu tujuan nan luhur,
Mengusir mendung pekat, dari belantara hati yang bebal.
Batu cadas menghantam telapak kaki, tiada keluh,
Terjal mengoyak terompah, hingga telapak bernanah,
namun kau abai.
Kepompong berselimut lusuh, di mata dunia tak bermartabat,
Tapi niatmu tak pernah tergusur dari busur perjuangan.
Pahlawan tanpa tanda jasa, mengemban tugas tanpa henti,
Upah bukanlah tujuan, namun sirnanya kebodohan,
itulah mahkota.
Gunung-gunung kau jelajahi, sampai ke pelosok telaga,
Menebar virus pencerahan, membuka tabir kebodohan.
Sungai deras penuh riam, bukan halangan yang berarti,
Tugasmu menyalakan bara, bukan sekadar mengisi bejana.
Foto: Tangkapan Layar
Pasang sungai boleh berganti surut, kau tak pernah larut dalam nestapa,
Jiwamu bagai baja murni, bukan sekadar sepuhan yang rapuh.
Tak goyah dihantam badai fitnah, tak lusuh digerus arus zaman,
Tak pudar dibalut lumpur cibiran, kau tetap tegak.
Titi boleh bergantung pada janji manis,
Jalan boleh buntung, tak ada kepastian.
Lumpur boleh bertimbun, menghimpit asa,
Sungai boleh menggulung, menyeret harapan.
Kau tetap bersenandung, agar tunas bangsa tetap subur.
Kau adalah replika negeri dalam bayang, penopang masa depan,
Menjadi lilin di kegelapan, membakar diri sendiri,
Menyulut motivasi, di tengah api pengorbanan.
Di sini…
Di kota-kota megah, teman sejawat bercanda ria,
Di bawah gemerlap kota, tertawa lepas.
Mengumbar senyum di bawah tumpukan tunjangan berlipat empat,
Uang minum ribuan gelas, tak terhitung.
Uang makan ratusan piring, melimpah ruah.
Motor mewah, sepatu mengkilap, seragam sutra,
Ransel kulit berukir corak Eropa, semua bergelimang harta.
Entah dari tanah apa kau dibuat, wahai Guru,
Entah dari mana hatimu dianyam, begitu kokoh.
Entah dari mana jiwa ditiup, hingga kau lebih kuat dari baja,
Lebih mulia dari permata, lebih berharga dari takhta.
Aku hanya mampu mengurut dada, pilu,
Menopang dagu, merunutmu berpeluh,
Melihatmu dipandang sebelah mata, dituding beban negara,
Padahal kau adalah pondasi, tiang penyangga peradaban.
Lhokseumawe, 8 September 2025
0 Komentar