Oleh : Muklis Puna
Di sini hanya sunyi
Suara deru mesin menggerek malam
Pengemis terlelap di bantaran malam
Lampu jalan mendesah dalam buaian bulan
Di sini
Di pinggang malam
Para garong menyasar kota
Mencari lengah pemilik toko
Mencongkel kunci peradaban
Mengeja malam merayap pada pagi
Kotaku lengang
Corona menghadang
Pejabat mendengkur
Gelandangan mengusung gubung
Mencari sandaran melepas penat
Sayup sayup telapak kaki bernyanyi
Gerobak tua berderit, membelah hening
Mengumpulkan sisa-sisa mimpi yang dibuang
Botol plastik, kardus lepek, nyawa sambungan
Untuk esok yang tak pernah menjanjikan kenyang
Di sudut pos jaga, sebatang kretek membara
Menemani penjaga sepi yang melawan kantuk
Kopi pahit di bibir, sepahit nasib yang tersisir
Oleh janji-janji bisu penguasa kota
Bernyanyi tentang pagi yang belum datang
Tentang lambung perih melilit
Tentang warna lampu merah meredup
Tentang permohonan maaf pemilik warung
Tentang kulit penuh daki dan kuman
Di sini hanya sunyi
Tikus- tikus kota merajai malam
Bercengkrama tentang nasi basi
Mencumbui sampah di keheningan
Di sini sunyi bukan berarti hampa
Ia berisi doa-doa yang tak sampai ke langit
Keluh kesah yang tercekat di kerongkongan
Dan rindu pada ranjang empuk yang hanya angan
Di sini hanya sunyi
Lhokseumawe, 25 Agustus 2025
0 Komentar