"Banguuun!! Zela
bangunn," Sagara menguncang tubuh Zela yang terkulai lemas dilantai.
Semalaman gadis itu tidur dilantai yang dingin tanpa alas dan selimut satupun.
"Hari ini kamu
ulangan, cepat bangun! jangan banyak alasan"
Ucap lelaki paruh baya
tersebut
Setelah sekian lama Sagara merepet, namun
tak kunjung bangun si Zela hingga membuat amarah Sagara semakin memuncak.
Dengan langkah terburu-buru Sagara mengambil air lalu ia menyiram seluruh air
tersebut ke wajah Zela
Baca Juga: Bisikan Daun Kelor
BYUUUR
Zela langsung terbangun dengan mulut yang
sibuk mencari udara, air yang disiram lelaki paruh baya itu memasuki hidungnya,
membuat rasa sesak dan sedikit perih disana.
Zela menatap Sagara dengan mata sayunya.
Bukan kali pertama bagi Zela dibangunkan dengan disiram air seperti ini.
" Akhirnya kamu
bangun juga. Cepat siap-siap kesekolah. Jangan sampai telat dan jangan sampai
nilai kamu kurang dari sembilan puluh kalau tidak mau Ayah pukul seperti
kemarin."
Ujar Sagara
Zela menatap pantulan dirinya dicermin yang
sedikit lesu. Dirinya kini sudah siap untuk berangkat kesekolah. Gadis itu
memakai seragam sekolah berlengan pendek serta rok rimpel yang selutut.
Zela tak kuat menuruni tangga, kakinya tak
mampu menahan tubuh mungil itu, kepalanya
pusing, tubuhnya seakan
dibakar.
Dari kejauhan ada seorang Ibu yang iba
melihat anaknya yang tersiksa dengan ulah Ayahnya. Walaupun sang Ibu mengetahui
Anaknya sedang sakit tetapi ia tak boleh membela Zela karena Sagara marah. Jika
ia marah maka Zela akan kena imbasnya.
"Ma, Zela lemes Ma
kepala Zela pusing, Ayah jahat banget sama Zela, Apa Zela ga dianggap anak sama
Ayah? Apakah Zela hanya beban bagi Ayah?"
tanya Zela mengeluh
"Engga Zela kamu
jangan pikirin itu, Ayah sayang kok sama Zela, ya udah kamu makan ya nak
sekarang"
Ucap Shella menenangkan
anaknya. Lalu shella langsung pergi.
Zela menatap punggung Shella yang mulai
menjauh.
Zela sudah tak bisa membendung air matanya
lagi. Rasanya sangat sesak, selama 16 tahun dia hidup, ia tak pernah merasakan
kasih sayang seorang Ayah walaupun sosok itu selalu ada dihadapannya. Keluarga
yang utuh belum tentu menandakan kebahagiaan.
Zela menghapus air matanya dengan kasar,
lebih baik ia segera berangkat sebelum Sagara kembali marah.Jika sampai
benar-benar marah maka Zela akan terkena pukulan dengan ikat pinggang atau
mungkin lebih parah lagi.
Baca Juga: Aku dan Seuntai Harapan ….
Sesampainya disekolah Zela berjalan
dikoridor dengan lemes, badannya sangat panas bahkan menggigil seperti baru
keluar dari dalam lemari es. Mungkin akibat dirinya tertidur atau lebih
tepatnya pingsan di lantai tanpa selembar kain sebagai alas. Hingga akhirnya
Zela sampai dikelas yang disambut baik oleh Alesya sahabatnya. Zela terlihat
begitu pucat.
Kondisi Zela yang seperti itu tidak membuat
heran Alesya karena ia paham betul bagaimana kehidupan sahabatnya tersebut
"Hai Zela, kamu sakit
ya?"
tanya Alesya
" Seperti biasa
" jawab Zela
"Bagaimanapun rasa
sakit yang kamu rasakan hari ini, sesering apapun kamu merasa gagal kemarin,
jangan menyalahkan dirimu ya. Hal-hal yang datang itu di luar kendalimu, jadi
jangan merasa bersalah atasnya.
Maafkan hal-hal sakit yang
hadir. Kamu boleh menangis, tapi ingat bahwa ada mimpi yang ingin kamu
wujudkan. Ada seseorang yang benar-benar ingin kamu bahagiakan.
Kamu hebat, kamu hebat
telah bertahan sejauh ini. Sehat-sehat terus yaa.
Aku ga sabar melihat
kebahagiaan yang akan kamu rasakan setelah sesakmu selama ini."
Ucap Alesya menghibur.
" Makasiiiiih Alesya
telah membuat ku terhibur, Aku akan bangkit dari semua ini."
Jam menunjukkan pukul
13.50 WIB waktunya pulang sekolah.
KRIIING..
bel berbunyi
Sesampainya dirumah Zela menyaksikan bokap
dan Nyokapnya beradu mulut
"Aku talak kamu, Aku
udah punya yang lain"
Ujar Sagara dengan
segampang itu.
Bak petir menyambar Zela
merasa ini hanya ilusi semata, namun ia disadarkan oleh tangis Ibunya yang
pecah. Buru-buru Zela memeluk Shella.
"Apapun yang terjadi
Mama jangan pernah berhenti menjadi orang baik karena diluar sana banyak
manusia yang membutuhkan kebaikan Mama." Ucap Zela menyemangati.
Baca Juga Salahkah Aku Menjadi Orang Biasa
….
Sekeras apapun hidup ini menginginkan Zela berhenti, jiwa ini menuntunnya untuk tetap berjalan.
Berjalan sambil mengingat semua hal yang
pernah dilalui.
Berjalan sembari mengingat
manis dan pahit sesuatu yang datang di episode sebelumnya.
Berjalan dengan penuh
harap tentang masa depan.
Hari-hari tanpa seorang Sagara dijalani
bahagia oleh Zela, ia bisa belajar tanpa didesak dan paksaan dari Bokapnya.
Zela adalah siswa yang sangat cerdas dan
berprestasi dibidang akademik namun itu muncul setelah Sagara menceraikan
Ibunya.
Dalam artian Zela mampu
belajar dengan cara yang tidak dipaksa seperti kelakuan Ayah nya selama ini.
" Ma" panggil
Zela
"Iya nak??"
jawab Shella
" Zela bangga punya
mamak yang sekuat ini dan sebaik ini" ucap Zela sambil memeluk mamaknya.
Ada rasa kehangatan yang sangat nyaman disana dari seorang Ibu.
" Iya nak Mama juga
bangga punya anak yang sesabar dan sekuat Zela, ditambah lagi anak Mama ini
pinter. Bangga banget dah pokoknya Mama sama kamu Zela." jawab Shella sambil
mengelus punggung Zela. Sempurnalah Aku seorang anak. Batin Zela.
Penulis adalah Siswa SMA 3 Putra Bangsa , Aceh Utara
0 Komentar