Tanpa Ayah, Aku Juga Bisa Sukses

Tanpa Ayah, Aku Juga Bisa Sukses

 

 

 

                                 Sumber : Dreamina.capcut.com 

 Oleh; Naila Azkia

"Banguuun!! Zela bangunn," Sagara menguncang tubuh Zela yang terkulai lemas dilantai. Semalaman gadis itu tidur dilantai yang dingin tanpa alas dan selimut satupun.

"Hari ini kamu ulangan, cepat bangun! jangan banyak alasan"

Ucap lelaki paruh baya tersebut

 Setelah sekian lama Sagara merepet, namun tak kunjung bangun si Zela hingga membuat amarah Sagara semakin memuncak. Dengan langkah terburu-buru Sagara mengambil air lalu ia menyiram seluruh air tersebut ke wajah Zela

Baca Juga: Bisikan Daun Kelor

BYUUUR

     Zela langsung terbangun dengan mulut yang sibuk mencari udara, air yang disiram lelaki paruh baya itu memasuki hidungnya, membuat rasa sesak dan sedikit perih disana.

    Zela menatap Sagara dengan mata sayunya. Bukan kali pertama bagi Zela dibangunkan dengan disiram air seperti ini.

" Akhirnya kamu bangun juga. Cepat siap-siap kesekolah. Jangan sampai telat dan jangan sampai nilai kamu kurang dari sembilan puluh kalau tidak mau Ayah pukul seperti kemarin."

Ujar Sagara

    Zela menatap pantulan dirinya dicermin yang sedikit lesu. Dirinya kini sudah siap untuk berangkat kesekolah. Gadis itu memakai seragam sekolah berlengan pendek serta rok rimpel yang selutut.

   Zela tak kuat menuruni tangga, kakinya tak mampu menahan tubuh mungil itu, kepalanya

pusing, tubuhnya seakan dibakar.

   Dari kejauhan ada seorang Ibu yang iba melihat anaknya yang tersiksa dengan ulah Ayahnya. Walaupun sang Ibu mengetahui Anaknya sedang sakit tetapi ia tak boleh membela Zela karena Sagara marah. Jika ia marah maka Zela akan kena imbasnya.

"Ma, Zela lemes Ma kepala Zela pusing, Ayah jahat banget sama Zela, Apa Zela ga dianggap anak sama Ayah? Apakah Zela hanya beban bagi Ayah?"

tanya Zela mengeluh

"Engga Zela kamu jangan pikirin itu, Ayah sayang kok sama Zela, ya udah kamu makan ya nak sekarang"

Ucap Shella menenangkan anaknya. Lalu shella langsung pergi.

    Zela menatap punggung Shella yang mulai menjauh.

   Zela sudah tak bisa membendung air matanya lagi. Rasanya sangat sesak, selama 16 tahun dia hidup, ia tak pernah merasakan kasih sayang seorang Ayah walaupun sosok itu selalu ada dihadapannya. Keluarga yang utuh belum tentu menandakan kebahagiaan.

    Zela menghapus air matanya dengan kasar, lebih baik ia segera berangkat sebelum Sagara kembali marah.Jika sampai benar-benar marah maka Zela akan terkena pukulan dengan ikat pinggang atau mungkin lebih parah lagi.

  Baca Juga:  Aku dan Seuntai Harapan                            ….

    Sesampainya disekolah Zela berjalan dikoridor dengan lemes, badannya sangat panas bahkan menggigil seperti baru keluar dari dalam lemari es. Mungkin akibat dirinya tertidur atau lebih tepatnya pingsan di lantai tanpa selembar kain sebagai alas. Hingga akhirnya Zela sampai dikelas yang disambut baik oleh Alesya sahabatnya. Zela terlihat begitu pucat.

    Kondisi Zela yang seperti itu tidak membuat heran Alesya karena ia paham betul bagaimana kehidupan sahabatnya tersebut

"Hai Zela, kamu sakit ya?"

tanya Alesya

" Seperti biasa " jawab Zela

"Bagaimanapun rasa sakit yang kamu rasakan hari ini, sesering apapun kamu merasa gagal kemarin, jangan menyalahkan dirimu ya. Hal-hal yang datang itu di luar kendalimu, jadi jangan merasa bersalah atasnya.

Maafkan hal-hal sakit yang hadir. Kamu boleh menangis, tapi ingat bahwa ada mimpi yang ingin kamu wujudkan. Ada seseorang yang benar-benar ingin kamu bahagiakan.

Kamu hebat, kamu hebat telah bertahan sejauh ini. Sehat-sehat terus yaa.

Aku ga sabar melihat kebahagiaan yang akan kamu rasakan setelah sesakmu selama ini."

Ucap Alesya menghibur.

" Makasiiiiih Alesya telah membuat ku terhibur, Aku akan bangkit dari semua ini."

Jam menunjukkan pukul 13.50 WIB waktunya pulang sekolah.

KRIIING..

bel berbunyi

   Sesampainya dirumah Zela menyaksikan bokap dan Nyokapnya beradu mulut

"Aku talak kamu, Aku udah punya yang lain"

Ujar Sagara dengan segampang itu.

Bak petir menyambar Zela merasa ini hanya ilusi semata, namun ia disadarkan oleh tangis Ibunya yang pecah. Buru-buru Zela memeluk Shella.

"Apapun yang terjadi Mama jangan pernah berhenti menjadi orang baik karena diluar sana banyak manusia yang membutuhkan kebaikan Mama." Ucap Zela menyemangati.

 Hari berikutnya Zela mendapatkan kabar dari rekan Ayah nya bahwa perusahaan Sagara bangkrut. Rumah yang ditempati Sagara sekarang terbakar. Selingkuhan Sagara pun sudah menikah dengan laki-laki lain. Ternyata wanita selingkuhan Ayahnya hanyalah memanfaatkan kekayaan Sagara untuk kebutuhannnya semata dan sekarang Sagara tidak mempunyai apa-apa selain baju yang ada dibadan bahkan untuk makan pun ia tak sanggup membelinya. Zela sangat dikagetkan dengan kabar itu, iya Zela sedih namun ia tak tahu harus berbuat apa. Mungkin itu karma bagi Sagara atas perbuatannya selama ini.

 Baca Juga Salahkah Aku Menjadi Orang Biasa

                                                               ….

 Sekeras apapun hidup ini menginginkan Zela berhenti, jiwa ini menuntunnya untuk tetap berjalan.

   Berjalan sambil mengingat semua hal yang pernah dilalui.

Berjalan sembari mengingat manis dan pahit sesuatu yang datang di episode sebelumnya.

Berjalan dengan penuh harap tentang masa depan.

     Hari-hari tanpa seorang Sagara dijalani bahagia oleh Zela, ia bisa belajar tanpa didesak dan paksaan dari Bokapnya.

    Zela adalah siswa yang sangat cerdas dan berprestasi dibidang akademik namun itu muncul setelah Sagara menceraikan Ibunya.

Dalam artian Zela mampu belajar dengan cara yang tidak dipaksa seperti kelakuan Ayah nya selama ini.

" Ma" panggil Zela

"Iya nak??" jawab Shella

" Zela bangga punya mamak yang sekuat ini dan sebaik ini" ucap Zela sambil memeluk mamaknya. Ada rasa kehangatan yang sangat nyaman disana dari seorang Ibu.

" Iya nak Mama juga bangga punya anak yang sesabar dan sekuat Zela, ditambah lagi anak Mama ini pinter. Bangga banget dah pokoknya Mama sama kamu Zela." jawab Shella sambil mengelus punggung Zela. Sempurnalah Aku seorang anak. Batin Zela.


Penulis adalah Siswa SMA 3 Putra  Bangsa , Aceh Utara

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar