Oleh : Naziratul Aulia , S.Pd.
Wahai kopi candu,
Sebuah cangkir kecil berisi rayu
Rasa haus berpaling menjadi candu
Membakar semua suka- duka yang semu
Menenangkan yang pulang dari jalan berliku
Sebuah cangkir kecil berisi rayu
Rasa haus berpaling menjadi candu
Membakar semua suka- duka yang semu
Menenangkan yang pulang dari jalan berliku
Wahai kopi candu,
Terdengar sederhana, namun merayu
Memercikkan aroma terlilit rindu
Mengundang insan dari ujung penjuru
Tak pernah peduli tentang waktu
Terdengar sederhana, namun merayu
Memercikkan aroma terlilit rindu
Mengundang insan dari ujung penjuru
Tak pernah peduli tentang waktu
Baca Juga: Senyum dalam Tabel Trigonometri
Wahai kopi candu,
Sebuah ide takkan padu
Tanpa meneguk sambil bercerita lucu
Ada kehangatan yang membersamai waktu
Ada catatan sejarah yang membunuh ragu
Sebuah ide takkan padu
Tanpa meneguk sambil bercerita lucu
Ada kehangatan yang membersamai waktu
Ada catatan sejarah yang membunuh ragu
Wahai kopi candu,
Tercelup kemegahan, menghapus sendu
Sebuah kebanggaan dan syukur yang menderu
Membangkitkan semangat menghancurkan lesu
Menikmati hawa surgawi dalam cairan candu
Tercelup kemegahan, menghapus sendu
Sebuah kebanggaan dan syukur yang menderu
Membangkitkan semangat menghancurkan lesu
Menikmati hawa surgawi dalam cairan candu
Lhokseumawe, Oktober 20213
0 Komentar