Oleh: Muklis Puna
Entah di hela napas keberapa jantung ini kan henti bergetar
Riak kecil mengusik sunyi, merajut malam
Di bilik sempit, jiwa berhimpitan, meramu rindu yang tak terujar
Waktu membentang, jadi penghalang rasa
Entahlah...
Entah kapan jurang waktu sudi membeku
Sepi bersenandung, mengalunkan kisah yang pilu
Resah merayap, menjerat sukma, menjaring asa
Ah...
Kugiring gelap menuju pagi yang samar
Kusangka rindu kan lekas sirna, terburu bayang
Namun di patahan mentari, namamu menari, kian benderang
Ah...
Sepi menggigil, menusuk kalbu yang hampa
Semilir angin berbisik, membawa kehangatan yang fana
Baca Juga
Puisi:Sajak di Pinggang Malam
Ah...
Mentari mendaki siang, luruh menuruni senja
Rindu dan resah, mengganggu sukma yang tak berdaya
Kusimpan diri di lekuk sepi yang menganga
Aku bagai terdakwa, di mahkamah hati yang merana
Ribuan tanya membelit, mengadili kasus merindu
Ah...
Rindu, resah, dan keluh kesah membelah jiwa
Kuasah dendam rindu, di bawah jembatan cinta yang maya
Lhokseumawe, 20 Oktober 2025
0 Komentar