Oleh:Salsabila Khairi
Hai! aku Yumna dan aku berumur 12 tahun.Aku mempunyai rahasia kecil yang tidak pernah aku ceritakan kepada siapapun.
Bandung 2 Juli 2020.Aku pulang dengan senyuman yang tak bisa kusembunyikan.Langkahku terus melaju,bahkan panas terik siang itu tidak menghentikanku untuk terus tersenyum.Di tanganku,kertas pengumuman sekolah terlipat rapi,tapi isinya terus memenuhi isi kepalaku.
Smansa: Bukan Sekadar Mimpi
Rasanya seperti mendapat kejutan yang tak terduga.Libur 1 bulan karena EFALISIA.”1 bulan tanpa tugas sekolah,tidur sepuasnya,nonton drama seharian,dan tentunya tidak ada belajar”gumamku sambil tersenyum .Saat itu aku belum tau…bahwa libur ini akan mengubah segalanya.
16 Juli 2020.2 minggu sudah berlalu,aku masi terus menonton drama favoritku,bangun jam 10 pagi dan tidur larut malam.Hal ini sudah membuatku lumayan bosan.Pagi ini aku bangun lebih cepat dari biasanya.
Cahaya matahari lembut menembus kaca kamar,hembusan angin masuk melalui tirai-tirai jendela yang masi tertutup.Aku melirik sambil tersenyum kecil”Wah pagi ini terasa berbeda”batinku sambil tersenyum kecil.”Apa? Ayah di-PHK?” suara Ibu terdengar lirih dan penuh keputusasaan,tapi cukup terdengar keras hingga sampai ketelingaku di dalam kamar.
Aku berjalan ke arah pintu untuk mendengar lebih lanjut.Aku terdiam,tubuhku membeku.Mataku mulai berkaca-kaca,dan jantungku berdegup kencang.”Bagaimana nasib kita selanjutnya”Aku berbisik dengan nada lirih nyaris tak terdengar.
Bagaikan petir yang menembus jiwa,aku menggeser kursi secara halus.tatapan ku kosong,isi kepala ku terus berputar putar,aku menatap keluar dan melihat burung-burung bebas berterbangan di langit pagi,dan tanpa sadar air mata mengalir di pipiku.
Janji yang Terbisik dalam Mimpi
16 Agustus 2020.Satu bulan yang panjang kini sudah berlalu,guru mengumumkan akan memanjangkan hari libur tanpa tahu kapan akan kembali masuk sekolah.Virus EFALISIA terus bertambah parah dan memakan hampir 1000 nyawa.
Ayah terus merenung karena tak kunjung mendapatkan kerja,rumah nyaman yang kini kami tempati telah disita oleh bank karena tidak mampu membayar tagihannya.Ayah dan Ibu memutuskan untuk tinggal sementara di rumah nenek hingga ayah mendapatkan kembali pekerjaannya.
Aku tiba di rumah nenek,rumah tua yang megah,tetapi terlihat tidak perpenghuni,halaman yang luas dan dipenuhi oleh rumput-rumput liar.
Aku berjalan menyusuri jalan berbatuan yang sudah di penuhi rumput,menaiki
satu persatu anak tangga hingga tepat di depan pintu rumah nenek,nenek
menyambut kami dengan riang,”Akhirnya kalian berkunjung lagi kesini ya,nenek
dan kakek kesepian di rumah tua ini”serunya riang.Aku masuk dan mulai mencari
kamar untuk aku tempati.
Aku memegang pintu lemari itu, menariknya perlahan-lahan, dan akhirnya… Drrttt! Pintu lemari tersebut berhasil terbuka.Aku melihat lubang kecil yang sangat menarik perhatianku,lubang itu terus membesar dan membuat semakin penasaran,takut,dan bertanya-tanya”lubang apa ini”ucapku dalam hati.
Namun,rasa
penasaranku lebih besar dibandingkan ketakutan yang aku hadapi.Lubang itu
seolah-olah memanggilku untuk masuk kedalamnya.Dan “fwooshhh”aku masuk kedalam
lubang itu.
”Hai makhluk bumi!,aku Dito,kau pasti Yumna,gadis kecil berumur 12 tahun,dan ayahmu di PHK karena virus EFALISIA”aku terkejut”darimana kau tau tentang diriku”ucapku lantang.”kau tidak perlu tau siapa kami,kami hanya ingin mencari obat untuk virus EFALISIA,namun kami membutuhkan kamu untuk membantu kami,apakah kamu tertarik membantu kami?”seru Jerry.
Aku tertarik dengan pertanyaan Jerry
Lebih Berharga dari Pertualangan
“Mungkin ini bisa membuatku kembali kerumah dan
membantu ayah mendapatkan kerja”ucapnya dalam hati.Yumna mulai menurunkan
suaranya”oke,aku setuju dengan kalian,tapi kalian harus berjanji untuk
menghilangkan virus tersebut dan mengembalikan aku kebumi”ujarnya.Dito dan
Jerry pun mengangguk,menyetujui pernyataan tersebut.
“Tugasmu cuma satu,temukan mutiara itu dan kembalikan ke
tempatnya,” timpal Jerry cepat.
Pintu itu berderit saat kudorong. Bau apek langsung
menyerang hidung. Di dalamnya gelap, hanya sedikit cahaya menembus celah-celah
papan. Mataku tertumbuk pada sosok anak kecil yang tertidur meringkuk di
lantai, memeluk sebuah ransel yang berisi benda bulat berkilau lemah. Jantungku
berdetak cepat,”mutiara itu”bisikku.
Aku berjongkok, berusaha menarik mutiara dari pelukannya. Tapi sebelum sempat, lantai rumah bergetar. Ada suara langkah berat mendekat,tuk... tuk... tuk. Pintu terhempas terbuka, dan makhluk tinggi berkulit hitam pekat dengan mata merah menyala muncul, napasnya terdengar seperti desis ular.
“Serahkan mutiara itu,” suaranya berat, seperti bergema di dalam kepalaku.Refleks, aku meraih mutiara, memeluknya erat, lalu lari menerobos pintu belakang. Suara dentaman kakinya memburu di belakangku. Nafasku tersengal, kaki hampir terpeleset di jalan licin. Aku melompati pagar kayu, berlari di antara lorong-lorong sempit, mendengar suara makhluk itu semakin dekat.
Di kejauhan, gerbang kerajaan mulai terlihat.
Tanganku sudah gemetar, tapi aku terus memaksa berlari. Tepat saat makhluk itu
hampir meraih bahuku, aku melompat ke altar emas dan menaruh mutiara di
tempatnya.
FUSHHH! Cahaya menyembur
keluar, menyilaukan mata. Angin kencang menerpa, membuat makhluk itu terlempar
jauh, menjerit sebelum menghilang. Suara di sekitarku mereda, udara menjadi
hangat.
Aku,dito dan Jerry berdiri terengah-engah,
memandangi mutiara yang kini bersinar tenang di singgasananya.
Aku melirik ke Jerry dan Dito seolah tugasku sudah
selesai. Mereka membawaku menjauh dari kerajaan. Kami berhenti di tengah
lapangan luas, udara malam terasa tenang.
Jerry memegang tanganku sambil berkata, “Terima
kasih, Yumna. Kamu sudah banyak membantu.”Aku tersenyum kecil. “Sama-sama.
Sekarang semuanya sudah berakhir.”
Penulis adalah Siswa Kelas XI -2 Program Unggulan SMA N 1 Lhokseumawe
0 Komentar