Sumber: WHS Smansa
Lhokseumawe, 3 Mei 2025, SMAN 1 Lhokseumawe sukses menggelar simulasi demokrasi . Kegiatan ini mengambil tema " Anti Bully". Hal ini sebagai upaya menekan angka perundungan (bullying) di lingkungan sekolah. Kegiatan ini berlangsung pada Sabtu, 3 Mei 2025 di Aula SMAN 1 Lhokseumawe dan melibatkan 108 siswa dari berbagai jenjang kelas.
Simulasi ini bertujuan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, mendorong partisipasi aktif, serta menciptakan pengalaman belajar yang interaktif dan bermakna. Kegiatan dibuka oleh Muhammad Aulia Saputra selaku pemimpin aksi bersama tiga rekannya: Fahri, Aroy, dan Nada.
Pembukaan dilakukan dengan penyampaian yel-yel untuk membakar semangat peserta sebelum memulai simulasi demonstrasi.Dalam sambutannya, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Bapak Mukhlis, S.Pd., M.Pd., memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut.
Ia mengungkapkan kekagumannya terhadap kemampuan siswa dalam berbicara di depan umum. "Simulasi ini sangat baik dan saya tidak menyangka siswa memiliki potensi *public speaking* yang luar biasa.
Sejak awal tahun ajaran, sekolah telah menerapkan program anti perundungan secara komprehensif yang mencakup edukasi, pembentukan tim kesiswaan, dan sistem pelaporan," ujarnya.
Sumber: WHS SmansaSenada dengan itu, Ibu Yuverny Selvi, S.Si., M.Pd., selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum menyatakan bahwa kegiatan simulasi telah berjalan dengan terstruktur. Ia juga menegaskan bahwa isu perundungan telah menjadi bagian dari pembelajaran P5 sebelumnya.
Bapak Isman Surdi, S.Pd., M.Psi., selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana yang turut mendampingi kegiatan, menyampaikan harapannya agar semangat siswa dalam menyuarakan aspirasi dapat terus berlanjut hingga ke jenjang perguruan tinggi. Kegiatan ditutup dengan penandatanganan surat aspirasi oleh para peserta, yang secara resmi ditandai oleh Bapak Mukhlis, S.Pd., M.Pd.
Selanjutnya, Farhan Setiawan, M.Sos., selaku guru mata pelajaran Sosiologi, di akhir kegiatan menyatakan bahwa pembelajaran demokrasi tidak hanya berlaku di dalam kelas atau buku pelajaran. "Simulasi ini merupakan praktik nyata dari pembelajaran demokrasi yang telah kalian pelajari selama ini," ujarnya.
Simulasi berjalan dengan tertib, aman, dan tanpa insiden. Para guru dan peserta berharap kegiatan ini dapat membentuk budaya sekolah yang menjunjung tinggi empati, keadilan, dan rasa saling menghormati.
Kontributor: Barda Shafira dan Afifah Nailatul Izzah Siregar, Anggota OSIS Departemen Jurnalistik SMAN 1 Lhokseumawe
0 Komentar