Sumber : Dokumen Pribadi
Oleh :Selvia Aprillia
Pagi itu,gerimis membasahi kota,membawa hawa dingin keujung kaki awan yang masih sibuk berselimut diranjang rumah sakit.Senin pagi, hari yang sibuk tentunya.Anak-anak berseragam bersiap untuk berangkat kesekolah dan para karyawan kantoran yang bergegas menuju kantornya masing-masing.semua orang bersiap untuk memulai aktivitasnya pagi itu.Kota ini berangsur pulih,tapi tidak dengan Awan.
Dengan ingatan yang masih samar,ia mencoba mengingat apa yang telah terjadi padanya.Kenapa dia bisa terbaring disini?Apa pula selang-selang yang terpasang di tubuhnya ini.Lalu kenapa dia tidak bisa menggerakkan sebelah kakinya?Astaga,Rein.Bagaimana keadaan Rein?Semua ingatan bercampur aduk dikepalanya. Dan akhirnya memori di kepalanya mengingat apa yang telah terjadi hari itu.Hari terburuk di hidup awan.Reina Agata,Biasa dipanggil Rein.Wanita yang cukup populer di sekolah.Selain memiliki paras yang anggun,ia pun memiliki segudang prestasi sebagai
Baca Juga:Sebuah Telaah Sastra : Aku, Puisi, dan Suara Hatiku
Penari Saman yang sudah ke internasional.Bagaimana tidak,Rein sudah berlatih menari sejak kecil.Dilatih langsung oleh pelatih yang ternama dikotanya,Yang sekaligus kakaknya sendiri.Tapi kisah ini bukanlah kisah tentang perjalanan hebat Rein sebagai seorang Penari,Ini kisah Klasik tentang dua anak manusia,Yang saling menjaga,saling berbagi cerita,dan...sebuah kehilangan.
Kisah ini adalah tentang Rein dan Awan.Seorang pemuda kutu buku yang telah menjadi sahabat Rein sejak di bangku sekolah dasar.Awan merupakan seorang yang sangat misterius.Wajahnya tanpa ekspresi,tak banyak bicara,seolah dia adalah seorang introvert yang sangat antisosial.Tapi saat bersama dengan Rein,ia menjadi pribadi yang banyak tersenyum tiap kali mendengar
Rein bercerita.Awan merupakan seorang pendengar yang baik.Tiap kali Rein bercerita tentang masalahnya, Awan selalu bisa memberikan solusi yang paling masuk akal.Ia pandai melihat berbagai sudut pandang dari sebuah masalah.Mungkin karena kebiasaannya membaca banyak buku juga.Ia menjadi pribadi yang cukup bijak dalam mengambil keputusan saat memberikan saran kepada Rein.Dan Rein pun selalu senang bercerita kepada sahabatnya ini.
Tetapi,Awan juga pandai dalam menyimpan rahasia.Selama ini,ia menyembunyikan perasaannya.Bisa kalian tebak?Ya,Awan menyukai Rein.Hanya saja,Dia tidak pernah menunjukkannya.Seperti kisah di novel yang sering ia baca,ia hanya takut apabila ia mengungkapkan hatinya pada Rein,Itu malah akan merusak persahabatan yang selama ini sudah mereka jalani.Masalah klasik memang,tapi ketakutan itu membuat Awan berpikir bahwa suatu hari,Di saat yang tepat,ia akan mengatakan perasaannya ini pada Rein.Tapi tidak sekarang.Untuk saat ini,yang terpenting adalah Melihat Rein tumbuh meraih mimpinya.Dan Awan berjanji untuk selalu ada di samping Rein sampai saat itu tiba.
"Rein,besok sibuk ga?ke toko buku yuk,katanya kemarin mau cari buku latihan soal ebtanas."Awan membuka perbincangan diatas motor dengan Rein yang ia bonceng di belakang. "Hmm,sibuk ga ya,Aku sibuk nih wan,Sorry"Jawab Rein."Eit,tapi boong haha jangan cemberut gitu dong,Aku tahu kamu juga lagi cari bahan bacaan baru kan?"."Buku yang kamu beli kemarin pasti sudah kamu baca semua.Dasar kutu buku"Lanjut Rein dengan nada yang sedikit meledek.
"Ini anak kalau ngomong suka sembarangan ya.Gak aku anterin pulang nih"Jawab Awan sedikit kesal.
"Hahaha iya maaf maaf paduka Awan,Sang penjaga Langit.Jangan marah dong,Nanti malah kamu turunin hujan yang deras lagi.Ehh tapi tidak apa-apa deh.Aku kan suka hujan"Rein lagi-lagi meledek Awan.Tapi kali ini Awan tidak kesal.Ia malah tertawa kecil melihat cara bicara dan obrolan Rein yang semakin ngelantur itu.
"Sudah sampai nih,jadi besok aku jemput jam berapa Rein?"Tanya Awan kepada Rein yang baru turun dari motor dan membuka gerbang rumahnya."Jam 2 aja Wan,oh iya besok temani aku makan bakso Koko ya.Di Lhokseumawe juga kok,dekat dengan toko buku favorit kita"Jawab Rein.
"Oke,yasudah aku pamit pulang dulu ya Rein,sampai jumpa besok"
"Iya Wan, hati-hati".
Demikian pertemuan Rein dan Awan hari itu.Sore harinya, gerimis turun membasahi setiap sudut kota Lhokseumawe.Membawa kesejukan selepas panasnya udara siang itu.Rein tersenyum di sudut kamarnya,menatap langit dan dengan riang memperhatikan setiap butir hujan yang jatuh ke tanah.Rein sangat menyukai hujan.Tapi Awan tidak,Ia tidak suka hujan.Keesokan harinya,Awan dan Rein kembali bertemu seperti yang sudah dijanjikan sebelumnya.Sebelum menuju toko buku, berkeliling kota Lhokseumawe selalu menyenangkan bagi mereka,menyusuri tiap sudut kota yang menyimpan banyak kenangan,kota yang menjadi saksi persahabatan mereka sejak kecil.
Setelah puas berkeliling kota, sampailah mereka di warung bakso Koko.Atas permintaan Rein kemarin,tentang pertama yang mereka singgahi adalah warung bakso Koko.Sajian bakso yang sangat terkenal dikawasan ini,ditambah harum kuahnya yang menjadi ciri khas bakso tersebut.Selepas kenyang menghabiskan dua porsi bakso biasanya, mereka melanjutkan perjalanan menuju ke toko buku Anugerah favorit mereka yang ada di kawasan Lhokseumawe juga.Tapi sayangnya,entah ada angin apa ternyata toko buku itu tutup.
"Buka kembali besok pagi"Tertulis di pintu depannya.
Rein cukup bersedih.Meskipun kemarin ia seolah meledek Awan soal pergi ke toko buku ini,Tapi sebenarnya,Ia benar-benar sedang membutuhkan buku latihan soal tersebut.
"Sudah,jangan cemberut begitu,besok aku antar kamu lagi kesini.tak usah khawatir"Awan coba menghibur Rein.
"Janji ya,tidak apa kan aku merepotkanmu dua kali?"
"Kau ini,bukankah merepotkanku lebih dari dua kali juga sudah sering.jangan pura-pura lupa ya"
"Hehehe terima kasih Awan,kamu memang sahabat terbaik"Ucap Rein.
Menutup perbincangan mereka didepan toko buku, Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang kembali ke rumah.
Terik matahari siang itu tidak berlangsung lama.Langit mendung nan gelap mulai datang menghampiri kota Lhokseumawe.Ditengah perjalanan pulang,Hujan deras tiba"melanda,membuat basah setiap pengendara yang melintas,termasuk Rein dan Awan.Beruntungnya,mereka sempat menemukan tempat berteduh yaitu sebuah halte bus yang cukup ramai oleh pengendara lain yang juga ikut berteduh.Seolah memecah keheningan sambil menatap langit,Rein berbicara kepada Awan.
"Gimana ya rasanya jadi hujan?"
"Saat hujan turun ke bumi,ia tak bisa melawan Awan"
"Ia tak bisa menolak ketika Awan mengindahkannya untuk jatuh,gugur,dan turun dari langit"
"Hujan hanya bisa menerima"
"Tapi dengan penerimaan yang benar,hujan pasti akan mengerti"
"Bahwa gugurnya ia ke bumi membawa kebaikan,kesejukan,dan kebahagiaan.Termasuk untukku,aku sangat suka hujan"
"Kalau kamu,suka hujan tidak Wan?"Tanya Rein.
"Aku tidak suka hujan"Jawab Awan singkat.
"Lho,kenapa Wan?hujan itu menyenangkan"Jawab Rein lagi.
"Aku tidak suka hujan, karena aku adalah Awan"
Rein kebingungan dengan jawaban Awan.Memangnya kenapa kalau dia Awan?toh,namanya kan memang Awan,Awan Dito Anugrah.
Rein tertegun beberapa saat,Melamun.
"Sudah agak reda nih,ayo kita pulang"Ajakan Awan membuyarkan lamunan Rein.
"Iya ayo,tapi besok jangan lupa ya jemput aku lagi"jawab Rein.
"Iya-iya cerewet"
Dan sore itu mereka pulang.
Satu hal yang mereka tidak ketahui,itu adalah sore terakhir mereka bisa menikmati hujan bersama.Obrolan singkat,perbincangan tentang hujan,yang tidak selesai.
Minggu,26 Des 2004, Gempa berkekuatan 9,3 SR mengguncang daerah Aceh dan sekitarnya yang memakan ribuan korban.
Pagi itu,pukul 08.00,Bencana itu datang.Guncangan yang begitu hebat seketika meluluhlantahkan bangunan,membuat retakan besar di tanah.Dan membuat gempar manusia yang baru akan memulai aktivitasnya pagi itu.Teriakan dan tangisan terdengar dimana-mana.Suasana mencekam dan panik menyelimuti kota Lhokseumawe.
Gempa dirasakan selama 10 menit dan berpusat di Samudera Hindia pada kedalaman sekitar 10 km di dasar laut.Awan yang saat itu baru terbangun dari tempat tidurnya, kebingungan dan takut dengan apa yang terjadi pagi itu.Ia sangat panik,tetapi Awan tahu bahwa dalam situasi seperti ini,ia harus tetap tenang.dengan hati-hati,Awan melangkah keluar dari kamarnya.Dan langsung mencari keluarganya, Ayah,Ibu,dan adik Awan segera bergegas keluar rumah.
Baca Juga:Potrait Kota Tua
Karena akan sangat berbahaya berada didalam rumah saya gempa bumi terjadi,mereka berhasil keluar dengan selamat,tapi naas bagi Awan.Saat beberapa meter lagi ia sampai di pintu depan rumahnya,tembok besar dari arah ruang tamu rubuh menimpa kaki Awan.Ia berteriak kesakitan,meminta pertolongan Ayahnya,sedetik sebelum ayahnya berhasil menggapai Awan,Satu tembok lagi rubuh.Dan kali ini menimpa badan dan kepala Awan yang saat itu memang sudah tersungkur dilantai.
Awan bersimbah darah.lalu,semuanya gelap,hening.
"Wan,Wannnn,bangun hey bangun,jangan tidur terus"
Suara yang sangat familiar itu berbisik ditelinga Awan.
"Reein.."ucap Awan terbata-bata.
Ia masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi.Di sebuah ruangan putih,dengan cahaya yang sangat terang itu,Rein berdiri di hadapan Awan.Ia tersenyum sambil memasang muka menyebalkan yang sangat sering Awan lihat.Rein terlihat sangat cantik dengan gaun putih yang begitu anggun,ia mendekati Awan.
"Wan,mandi sana,lihat tuh rambut kamu,berantakan sekali,kamu belum mandi tiga bulan apa haha"Rein berbicara pada Awan.
"Kita dimana Rein?Tempat apa ini?dan mau kemana kamu dengan pakaian secantik itu?"tanya Awan yang masih bingung.
"Pergi kemana yaa?aku mau pergi ke toko buku favorit kita wan,bukankah kemarin kita tidak sempat kesana"ucap Rein.
"Tunggu Rein,biar aku temani"Awan mencoba mengikuti alur pembicaraan Rein.
"Tidak usah wan,kali ini biar aku pergi sendiri.Aku tak mau merepotkanmu terus"Rein berbicara dengan sedikit terisak,ia mendekati Awan,lalu memeluknya dengan erat.
Dengan suara yang lembut ia berbisik di telinga Awan
"Wan,kamu jaga diri baik-baik ya"
"Jangan bangun kesiangan terus"
"Jangan pula tidur terlalu larut hanya untuk membaca novel detektif kesukaanmu.Tak baik untuk kesehatan"
"Oh iya,jangan suka ngebut-ngebut dijalan lagi ya,motormu sudah tua,kalau mogok gimana"
Tanpa ia sadari,airmata mengalir perlahan membasahi pipi Awan.Ia tak bisa lagi membendungnya.Awan mulai mengerti,mungkin ini adalah terakhir kalinya ia bisa berbicara dengan Rein.
"Rein,kamu ingat obrolan kita soal hujan kemarin? perbincangan yang belum selesai itu biar aku selesaikan sekarang"
"Aku tidak suka hujan Rein,Aku sangat membencinya"
"Kamu tau kenapa?"
"Karena aku adalah Awan"
"Kamu tau Rein,Sesungguhnya Awan dilangit tak pernah ikhlas untuk membiarkan hujan turun ke bumi"
"Sungguh,bagaimana mungkin dia rela membiarkan bagian dari dirinya untuk gugur,jatuh,dan meninggalkan dirinya sendirian di langit"
"Aku sangat membenci hujan,Aku ingin sang Awan tetap utuh Rein"Ucap Awan yang sudah tidak bisa lagi membendung tangisannya.
"Awan"
"Kamu tidak bersalah membenci hujan"
"Tapi kau harus mengerti wan"
"Bahwa hujan yang turun ke bumi sesungguhnya tidak benar-benar pergi"
"Ia kelak akan kembali ke langit"
"Menjadi Awan yang baru yang bisa menjadi peneduh bagi orang lain"
"Seperti aku sekarang ini wan"
"Aku tidak gugur ke bumi,aku akan kembali ke langit dan memperhatikanmu dari atas sana"
"Tak apa kau bersedih,tapi semoga kalimat ini bisa menjadi penenang bagimu wan"
"Aku sungguh sangat menyayangimu"Ucap Rein sambil melepas pelukannya.
Awan coba menahan tangisannya,dan menegakkan kepala.Beranikan diri untuk melihat wajah Rein untuk terakhir kalinya.Ia tau ini adalah perpisahan.
"Wan,lanjutkan hidupmu ya,sekali lagi,jaga dirimu baik-baik"
"Awan Dito Anugrah"
"Sang penjaga langit"
Rein tersenyum dan sesaat kemudian Awan terbangun dari tidurnya.Tidur panjangnya.Kembali keranjang rumah sakit,ibu Awan menangis saat melihat Awan membuka matanya,ia memeluk Awan dengan erat.Ternyata keajaiban itu masih ada.Sudah lewat tiga bulan sejak Gempa bumi itu meluluhlantahkan daerah Aceh.Awan mengalami luka berat akibat tertimpa reruntuhan bangunan rumahnya.Kaki kiri Awan patah dan ia mengalami pendarahan di otaknya.Yang membuat ia berada dalam kondisi koma selama tiga bulan ini.Syukurlah ia bisa membuka matanya pagi ini.Suara gemercik gerimis seketika menarik perhatian Awan.Ia melihat dengan pandangan kosong ke arah jendela rumah sakit yang basah oleh hujan pagi ini.Air mata mengalir dipipinya.Gempa bumi tiga bulan lalu mengakibatkan sekitar 130.000 orang tewas dan 37.063 orang hilang.
Dan,Reina Agata adalah salah satunya.
~Tamat~
Note:
•Ketika kita tak lagi mampu mengubah sesuatu,itulah saat dimana kita ditantang untuk mengubah diri kita.
•Penyesalan itu selalu datang diakhir,janganlah menjadi orang yang bodoh karena sudah menyia-nyiakan orang yang tulus menyayangimu
•Kesempatan tak datang dua kali,jadi jangan sia-siakan kesempatan yang ada
•Kadang kala kita menemukan semua jawaban dalam keheningan
•Jika kamu menginginkan pelangi,kamu harus tahan dengan hujan
•Hidup dengan penyesalan dan rasa bersalah jauh lebih menyakitkan daripada kematian
•Tuhan menciptakan penyesalan biar kita tau bahwa tidak semua hal bisa diulang di dunia ini
Penulis:Adalah Siswa Kelas X1-1 Unggul SMA N 1 Lhokseumawe
0 Komentar