SSumber: Dreamina.capcut.com
Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd
Suatu kegiatan untuk menyerap informasi dengan menggunakan segenap pikiran dan penalaran disebut dengan membaca.
Membaca tidak hanya mengeja sejumlah lambang bahasa yang ada dalam teks bacaan, tetapi membaca yang dimaksud adalah mengonsumsi segala informasi yang ada dalam bacaan. Informasi yang didapat dari bacaan dapat memberikan suatu perubahan kepada si pembaca.
Permasalahan yang sebelumnya tidak diketahui sebaliknya masalah tersebut jadi pengetahuan. Selain berfungsi sebagai sarana untuk mencari pengetahuan, membaca juga dapat dijadikan sebagai evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan dan dirasakan selama ini oleh pembaca.
Finoechiaro dan Bonomo (Tarigan 1994:8) adalah sebagai berikut "Membaca adalah memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahasa tertulis.
Kegiatan menyimak dan berbicara haruslah mendahului membaca. Membaca lebih tepat kalau kita tahu bagaimana mengatakan serta mengelompokkan bunyi-bunyi tersebut serta tidak tertegun melakukannya. Oleh karena itu, sangat penting sekali diingat agar setiap kesulitan yang berkenaan dengan bunyi, urutan bunyi, intonasi atau jeda haruslah diajarkan secara baik. Pelajar disuruh membaca dalam hati atau disuruh membaca lisan."
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu proses mengolah sebuah bacaan secara kritis dan kreatif agar memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh terhadap isi bacaan. Membaca yang dimaksud dalam kedua teori di atas adalah membaca secara evaluatif.
Selanjutnya, membaca tidak hanya melafalkan gabungan lambang bunyi dengan intonasi yang indah, tetapi yang dititikberatkan dalam membaca sesungguhnya adalah fungsi penalaran yang ada pada si pembaca terhadap isi bacaan.
Membaca Cepat
Seorang pembaca yang sudah memahami tentang teks bacaan sangat mudah mengambil sebuah simpulan yang logis dan dapat meyakinkan orang lain ketika informasi tersebut disampaikan. Oleh karena itu, manfaat membaca teks bacaan dengan membaca cepat bagi seorang pembaca adalah .
a) Sebagai media dalam mengonsumsi informasi tentang suatu masalah, konsep dan keadaan yang aktual.
b) Teks bacaan dapat dijadikan sebuah sandaran oleh pembaca dalam memproduksi tulisan tulisan lain dalam ilmu kebahasaan.
Baca Juga:Kata dan Bentuk Kata dalam Bahasa Indonesia
Membaca sebagai media dalam mengonsumsi informasi tentang suatu masalah, konsep dan peristiwa peristiwa aktual. Membaca seperti ini, membutuhkan kreativitas yang tepat terhadap bentuk dan isi dari bacaan yang dibaca.
Kreativitas yang dimaksud, adalah membaca dengan mengaktifkan alat indera dan pikiran. Keaktifan alat indera sangat dibutuhkan oleh seorang pembaca terutama dalam melihat kelompok kata yang ada dalam teks bacaan.
Ketajaman mata dalam melihat kelompok kata sangat menentukan informasi yang didapat dari sebuah teks bacaan. Jika seorang pembaca masih mengeja kata per kata dalam teks bacaan, maka dapat dikatakan kecepatan membaca yang dimilki oleh pembaca masih sangat rendah.
Selain itu, membaca dengan melihat kata per kata merupakan suatu penyakit membaca yang dimiliki oleh seorang pembaca. Dalam dunia pendidikan, hal ini dapat dilihat betapa banyaknya orang melakukan kegiatan membaca, bahkan tak terhitung waktu yang dihabiskan untuk membaca, akan tetapi tingkat keterbacaan terhadap teks bacaan jauh dari harapan.
Tingkat keterbacaan, bukan berarti seorang pembaca tidak mampu mengeja huruf demi huruf yang ada dalam teks bacaan, tetapi indikator yang dilihat adalah kemampuan memahami konsep, masalah atau urutan peristiwa yang ada dalam teks bacaan.
Setiap teks bacaan, tentu menyajikan sejumlah informasi yang berhubungan dengan konsep, masalah, dan peristiwa – perisiwa yang mendera kehidupan manusia. Informasi ini tidak didapatkan begitu saja oleh pembaca.
Membaca cepat teks bacaan sangat dibutuhkan oleh seorang pembaca. Hal ini dapat menghemat waktu, biaya, dan media sehingga pola pikir pembaca lebih terarah dan kritis terhadap teks bacaan yang dibaca.
Selanjutnya, teks bacaan dapat dijadikan sebagai sandaran oleh pembaca dalam memproduksi tulisan-tulisan lain dalam ilmu kebahasaan. Dalam memproduksi sebuah tulisan membutuhkan persiapan dan pengetahuan yang cukup terhadap masalah yang akan ditulis. Pengetahuan dan persiapan dalam memproduksi sebuah tulisan di dapat melalui membaca.
Di samping itu, dalam menulis membutuhkan sejumlah referensi. Referensi ini berfungsi sebagai penguat dalam meyampaikan gagasan penulis.
Sejumlah referensi yang dibutukan oleh penulis dalam memproduksi sebuah tulisan juga di dapat melalui membaca. Dengan demikian, seorang penulis dituntut melakukan kegiatan membaca sebanyak mungkin untuk mengumpulkan kutipan sebagai penguat gagasanya dalam tulisan.
Setiap referensi dan kuipan yang diambil oleh penulis semua berasal dari orang lain. Jadi dengan banyak melakukan kegiatan membaca, penulis banyak mendapatkan ide-ide atau konsep-konsep baru yang berhubungan dengan tulisannya. Oleh karena itu, menulis tanpa membaca merupakan suatu kegiatan yang sia-sia.
Bagi pembaca, terutama membaca cepat teks bacaan dapat membantu memahami sebuah masalah, konsep, dan istilah-istilah baru yang berkembang dalam dunia kebahasaan.
Manfaat ini akan terasa ketika pembaca dihadapkan pada sebuah teks bacaan yang menganalisis masalah –masalah kompleks. Membaca cepat juga dapat membantu pembaca memahami bagaimana masalah yang disajikan dalam suatu karya tulis secara garis besar, walaupun secara langsung pembaca tidak membaca secara mendetail.
Faktor-Faktor yang Mempengruhi Pemahaman Isi Bacaan dalam Membaca Cepat
Setiap kegiatan yang dilakukan tentu saja mempunyai kendala yang mempengaruhi hal tersebut. Berkaitan dengan aspek memahami isi bacaan melalui membaca cepat teks yang ada dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat faktor–faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut.
Berkaitan dengan pemahaman dalam membaca teks bacaan Josep, (2007: 55) mengemukakan tentang unsur-unsur pemahaman dari sebuah bacaan adalah 1) Mengetahui atau memahami kata kalimat, dengan kalimat lain 2) mengindentifikasi topik wacana antesenden dan anafora, 3)
Membedakan ide yang penting dan yang kurang penting,yang utama dan bukan, 4).Membuat dugaan dan simpulan, dan 5) Membuat sari atau inti pesan.
Pada umumnya, unsur-unsur pemahaman dalam sebuah bacaan meliputi pemahaman teks bacaan secara menyeluruh. Dalam memahami teks bacaan secara menyeluruh dituntut pemahaman terhadap rangkaian kalimat.
Rangkaian ini disusun secara sistematis dan efektif. Agar pemahaman bacaan dapat berjalan efektif, maka penulisan sebuah teks bacaan lebih diutamakan pada penulisan secara padu dan koherensi. Selain itu, juga dituntut adanya syarat-syarat yang dimilki oleh sebuah paragraf.
Ebel (Harras (2007:119) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya pemahaman yang dapat dicapai oleh murid dan perkembangan minat bacanya tergantung pada faktor berikut 1) murid yang bersangkutan, 2) keluarganya, dan 3) situasi sekolah. Faktor murid yang bersangkutan sangat ditentukan oleh kecerdasan yang dimilki.
Hal ini terlihat pada kemampuan analisis, evaluasi dan kritik yang disampaikan setelah murid membaca isi bacaan. Hubungan dengan situasi sekolah terhadap pemahaman isi teks adalah keadaan, lokasi suatu sekolah yang memberi konstribusi terhadap pemahana isi dari sebuah bacaan.
Keadaan sekolah dapat berwujud suasana yang menyenangkan dan jauh dari suara bising, sehingga murid dapat memahami seluruh isi bacaan dengan tenang. Selanjutnya, faktor keluarga adalah faktor yang sangat menentukan dalam pemahaman sebuah teks bacaan yang dilakukan murid. Faktor ini terdiri atas dukungan keluarga secara menyeluruh terhadap minat baca bagi seorang murid.
Dorongan ini dapat dibangun dengan usaha-usaha dalam penyediaan buku-buku yang mendukung minat baca murid dalam keluarga. Jika memungkinkan penyediaan pustaka dalam keluarga juga merupakan hal yang sangat membantu terhadap pemahaman teks bacaan.
Selanjutnya, ahli lain seperti Harras (2007:120), mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pemahaman bacaan meliputi: program pengajaran membaca, kepribadian murid, motivasi, kebiasaan dan lingkungan sosial dan ekonomi mereka.
Berdasarkan batasan-batasan yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan murid dalam membaca adalah sebagai berikut.
(a) Kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh minat baca yang dimiliki.
(b) Faktor internal yang ada pada diri seseorang merupakan faktor yang paling menentukan dalam meningkatkan kemampuan membaca.
(c) Program pengajaran di sekolah tentang materi-materi yang akan dipelajari di sekolah dapat juga meningkatkan kemampuan membaca.
Upaya Meningkatkan Minat Baca
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk mengukur kemampuan seseorang dapat diukur dari kecepatan membaca efektif yaitu kecepatan membaca 250 kata per menit. Dengan demikian setiap hari waktu yang harus disediakan untuk membaca adalah 2- 3 jam.
Hal ini dapat diwujudkan dengan upaya-upaya agar seseorang termotivasi untuk membaca seperti yang telah disebutkan di atas.
Adapun beberapa indikator yang dibutuhkan dalam mengukur minat baca seseorang adalah sebagai berkut.
Frekuensi dan Kuantitas Membaca
Frekuensi sering diartikan dengan keseringan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan atau sudah menjadi kebiasaan terhadap kegiatan tersebut.
Jika dikaitkan dengan membaca, keseringan ini berhubungan dengan waktu yang disediakan untuk membaca dalam sehari oleh setiap pembaca. Orang yang telah memiliki minat baca yang tinggi umumnya frekuensi membaca sangat tinggi dan waktu yang dipergunakan pun sangat tinggi. Dengan kata lain, seseorang yang mempunyai minat membaca akan banyak melakukan kegiatan membaca begitu juga sebaliknya.
Kualitas Sumber Bacaan
Bacaan merupakan media dalam mencari segala informasi yang berhubungan tentang permasalahan yang ingin disampaikan oleh seorang penulis. Agar informasi tersebut dapat menarik minat pembaca, maka seorang penulis harus berusaha sebaik mungkin agar bacaan yang ditulis berkualitas.
Kualitas ini dapat memotivasi pembaca untuk menyusuri lembaran demi lembaran yang ada dalam bacaan tersebut. Agar kualitas bacaan terjaga, penulis harus berusaha menyusun paragraf demi paragraf secara variatif sehingga tidak membosankan pembaca.
Selain hal yang sudah disebutkan di atas, penulis harus konsisten dalam menyampaikan ide/gagasan kepada pembaca, sehingga pembaca tidak merasa teraniaya oleh bacaan tersebut. Bahasa dalam bacaan juga sangat mempengaruhi kualitas dari sumber bacaan tersebut.
Apabila penulis tidak dapat memilih kosa kata dan gaya bahasa yang menarik akan menjadikan bacaan tersebut ditinggalkan oleh pembaca dalam waktu seketika.
Berkaitan dengan peningkatan minat baca murid di sekolah, Ajip Rosidi, (Harras 2007:129) menjelaskan bahwa kegemaran membaca bukanlah sesuatu yang tumbuh secara otomatis dan dengan sendirinya, akan tetapi minat baca harus ditanam dan dipupuk sejak anak berusia dini. Oleh karena itu, hal ini sangat membutuhkan partisipasi orang tua dan lingkungan tempat anak tersebut belajar mengenal bacaan.
1Membaca dengan Teliti
Membaca teliti bertujuan untuk memahami segala jenis gagasan utama yang ada dalam wacana secara saksama.
Membaca jenis seperti ini, pembaca tidak hanya dituntut untuk memahami sejumlah informasi yang ada dalam teks tersebut. Akan tetapi, seorang pembaca harus mampu menghubungkan antara paragraf satu dengan paragraf lainnya, sehingga menghasilkan sebuah informasi yang tepat dari bacaan tersebut. Dalam membaca seperti ini biasanya pembaca memberikan sejumlah tanda pada bagian-bagian yang dianggap penting.
Membaca Pemahaman
Dalam kegiatan membaca jenis ini pembaca dituntut untuk memahami norma-norma kesastraan, seperti resensi, naskah drama, dan pola-pola lain yang berbentuk fiksi. Di samping menguasai kaidah-kaidah kesastraan pembaca dalam jenis ini harus memiliki cara bernalar yang tinggi.
Hal ini merupakan faktor utama dalam membaca pemahaman. Bahasa yang digunakan dalam bacaan ini adalah bahasa yang menyimpan sejumlah makna yang berbeda penafsiran setiap pembaca. Ketepatan penafsiran tersebut sangat tergantung kepada pembaca bagaimana cara memahami bacaan tersebut.
Membaca secara Kritis
Membaca dengan tujuan tidak menerima secara sembarangan apa saja yang ada dalam sebuah bacaan adalah membaca kritis. Membaca kritis adalah membaca dengan evaluatif dan menganalisis terhadap isi bacaan.
Evaluatif maksudnya pembaca menilai isi bacaan tersebut dengan sejumlah pertanyaan, apakah informasi yang disampaikan dapat diterima secara logika atau hanya sebagai hayalan si penulis saja. Sedangkan analisis maksudnya membaca dengan menghubungkan isi bacaan tersebut dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh si pembaca tentang masalah yang ditulis.
Apabila informasi yang disajikan telah dianalisis maka pembaca baru dapat menyimpulkan apakah informasi tersebut dapat diterima atau tidak.
Membaca dengan Mengambil Ide
Membaca ide adalah membaca untuk memperoleh ide-ide atau pokok-pokok gagasan dalam sejumlah bacaan. Ide-ide tersebut biasanya digunakan pembaca dalam menyusun sebuah karya tulis ilmiah.
Kemudian membaca seperti ini juga bertujuan untuk mencari jawaban atas berberapa pertanyaan yang diajukan oleh penulis dalam suatu wacana. Hal ini sering dijumpai dalam buku-buku paket yang digunakan oleh murid sekolah menengah ke bawah. Tujuan digunakan pertanyaan tersebut untuk mengetahui apakah si pembaca sudah dapat menangkap ide-ide yang disampaikan penulis melalui pertanyaaan yang diajukan.
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 2 Lhokseumawe
0 Komentar