Sumber Gambar:Pixabay
Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd.
Salah satu ciri karya sastra adalah fiksi. Fiksi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersandar pada imajinasi. bentuknya biasanya ada yang bersifat naratif, puitif dan dramatik. Ciri utama inilah yang membedakan antara narasi fiksi dengan narasi nonfiksi.
Narasi fiksi selalu dideskripsikan dengan tindak -tanduk atau perilaku manusia. Tanpa tindak-tanduk dan perilaku tersebut mungkin karya sastra tidak ada di dunia ini. hal ini seperti diungkapkan, Tarigan, (2000:141) "Penokohan atau karakterisasi adalah proses yang digunakan pengarang untuk menciptakan tokoh-tokoh fiksinya."
Baca Juga: Paragraf Deskripsi, Teori, Praktik, dan Pendekatan
Masalah penokohan merupakan ciri utama dalam bentuk narasi yang berbentuk fiksi. Setiap narasi dalam bentuk fiksi selalu didominasi oleh nama-nama tokoh dan karakter yang dimilkinya. Penyampain maksud dari pengarang selalu diwakilkan pada tokoh, baik dalam bentuk fisik, maupun sifat dari tokoh tersebut.
Sujiman, ( 2002 :17) memberi pengertian tentang tokoh adalah "Individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita." Oleh karena itu, segala prilaku tokoh dalan certa merupakan suatu hubungan yang logis. Yang membuat kelogisan hubungan ini dipengaruhi oleh penataan secara kausalitas sesama tokoh dalam cerita.
Tokoh dalam cerita biasanya mengemban satu misi yang berwujud perwatakan tertentu seperti diatur melalui sebuah skenario yang tepat. Perilaku tokoh dalam cerita dapat diukur melalui dua cara yaitu, secara dramatik dan secara langsung (analitik.)
Secara dramatik (dialog) dapat dilihat melalui, tindak-tanduk tokoh, tanggapan tokoh terhadap suatu peristiwa yang ada dalam cerita, lingkungan sekitar tokoh, pikiran-pikiran dalam hati tokoh dan dialog tokoh dengan tokoh lain terhadap masalah yang sedang dihadapi dalam sebuah cerita.
Selanjutnya pengungkapan watak tokoh secara langsung sangat mudah dipahami bagaimana watak dari seorang tokoh sebenarnya, karena dalam hal ini pengarang secara langsung memberitahukan kepada pembaca tentang watak tokoh yang sedang dihadapi pembaca.
Tokoh Sentral dan Tokoh Bawahan
Tokoh merupakan pelaku dalam cerita. Tokoh dibagi menjadi dua, yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang menjadi pusat kisahan dalam cerita.
Selanjutnya, tokoh bawahan adalah tokoh yang mendukung tokoh sentral. Tokoh sentral dalam cerita rekaan sering disebut dengan tokoh utama, sedangkan tokoh bawahan sering disamakan dengan tokoh yang membantu tokoh utama.
Tokoh Sentral
Kehadiran tokoh sentral dalam sebuah cerita merupakan hal mutlak diperlukan. Selain melakonkan cerita tokoh ini diaunakan sebagai alat menyampaikan amanat yang dinginkan oleh pengarang atau pencerita.
Dalam hal ini, Panuti (2002:18) memberikan kriteria tentang tokoh sentral adalah " Kriteria yang digunakan untuk menetukan tokoh sentaral bukan frekuensi kemunculan tokoh dalam cerita, melainkan intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita" Untuk mengetahui tokoh sentral dalam sebuah cerita tidak dapat dilihat pada kemunculan tokoh, tetapi bagaimana pengaruh tokoh sentral dalam sebuah cerita. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya cerita atau karya sastra setelah dibaca tidak diketahui siapa tokoh sentral sebenarnya.
Baca Juga: Kenangan yang Tak Terlupakan Kenan
Pengaruh tokoh ini terasa sekali ketika cerita itu sedang berlangsung. Ada seseorang yang fisiknya tidak muncul dalam cerita, akan tetapi perannya sebagai tokoh sentral sangat terasa dalam setiap rangkaian peristiwa.
Untuk mengetahui keberadaan tokoh sentral dalam sebuah cerita dapat dilakukan melalui memahami hubungan antar tokoh. Tokoh sentral dalam cerita selalu berhubungan dengan tokoh lain.
Sedangkan tokoh lain, tidak semua berhubungan satu dengan lainnya. Dalam cerita pendek yang menggunakan alur maju dan kesan tunggal lebih mudah menemukan siapa tokoh sentral sebenarnya. Selain itu, dalam cerpen selalu mengisahkan satu tokoh atau beberapa orang tokoh sehingga lebih mudah menentukan tokoh sentral.
Tokoh sentral dalam sebuah cerita tidak hanya bersifat protogonis (tokoh baik), tetapi tokoh antagonis (tokoh jahat) termasuk juga sentral. Yang perlu diperhatikan dalam tokoh sentral adalah bukan karakteristik yang dimilki tokoh, melainkan pengaruh dan keterlibatan tokoh dalam terbentuknya cerita. Hubungan kedua tokoh ini selalu berlawanan dalam cerita. Dengan memanfaatkan hubungan ini pengarang lebih mudah dalam membangun alur dari cerita.
Tokoh Bawahan
Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh sentral.
Kalau dilihat sekilas tokoh bawahan dalam cerita tidak berpengaruh terhadap cerita yang dibawakan. Akan tetapi, kehadiran tokoh ini dapat memberi nilai tambah terhadap cerita. Jika tokoh ini tidak dihadirkan cerita akan terasa hambar dan monoton. Kehadiran tokoh ini secara jelas mendukung tokoh sentral dalam perangkaian alur cerita.
Tokoh bawahan selalu mempengruhi tokoh sentral dalam cerita, misalanya dalam novel Salah Asuhan karya Abdul Muis. Dalam novel ini jelas yang menjadi tokoh sentral adalah Hanafi. Corri dan Rapiah dalam novel ini berfungsi sebagai pelukisan diri Hanafi. Penyelesaian yang disajikan pada akhir cerita adalah penyelesaian bagi Hanafi.
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa kehadiran tokoh bawahan dalam sebuah cerita memberi manfaat terhadap cerita, tokoh sentral, dan nilai tambah bagi cerita.
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA N 1 Lhokseumawe
0 Komentar