Kenangan yang Tak Terlupakan


Foto Dokumen Pribadi







 

Oleh: Dea Ananda Islami

Siswa Kelas XII IPA 1 SMA N 1 Lhokseumawe 

Sastrapuna.com- Namaku Khansa Xaviera, biasa dipanggil Khansa. Aku merupakan anak kedua dari dua bersaudara, Aku lahir di sebuah perdesaan terpencil di Aceh yaitu di Sawang tepatnya di Blang Teurakan. Kata Ibuku sewaktu Aku kecil, Aku anak yang ceria dan menyenangkan, bahkan Aku memiliki banyak sekali teman bermain. Aku memiliki hobi  seni seperti menyanyi, menari dan mewarnai .

Pada tahun 2008 Aku masuk TK, Aku bersekolah di TK Tunas Harapan. Masa TK Ku sangatlah menyenangkan, setiap pagi Aku selalu diantarkan oleh Ibuku ke sekolah dan pulang sekolah, giliran Ayah yang menjemputku. Awal pertama Aku masuk sekolah, Aku tidak berani ditinggal oleh Ibu, Aku anak yang pemalu dan juga penakut. Hari  itu Aku terus menangis meminta pulang. 

Akan tetapi terdapat satu guru bernama Ibu Nana, Ia meyakinkanku dan membujukku agar mau ditinggal oleh Ibuku dan ikut belajar bersama teman-teman lainnya dengan baik. Pada akhirnya, Aku mau ditinggal oleh Ibu dan kemudian mengikuti pembelajaran pada hari itu.  Hari pertama sekolah Aku memiliki banyak teman, Aku sangat senang. Setiap Pulang sekolah Ayah selalu menungguku di depan pintu gerbang sekolah. Aku selalu bercerita kepada Ayah dan Ibu bagaimana hari-hariku di sekolah. Hingga sampai pada suatu hari Aku diminta guruku untuk mengikuti sebuah perlombaan yaitu nyanyi. 

Dengan sangat senang Aku menerima tawaran guruku, setelah pulang sekolah pada hari itu di rumah, Aku dengan sangat antusias menghampiri kedua orangku dan berkata “Bunda, Ayah,  Aku dipilih untuk mengikuti lomba menyanyi” sembari tersenyum senang, kedua orang tuaku terlihat sangat bahagia mendengar berita ini, Ibu berkata “Selamat Nak. Bunda bangga sama kamu, semoga kamu bisa mendapatkan juara yaa ”Aku menyimak setiap kata yang dilontarkan oleh Ibu. Akan tetapi ada perasaan takut yang menyelimuti ku ini merupakan perlombaan pertamaku. Ibu yang melihat Aku murung pun bertanya “kenapa Khansa murung?”

Aku takut Bun…”

Tidak apa-apa nak, Khansa pasti bisa melakukan yang terbaik” jawab Ibu

Ayah  yang menyaksikan itu pun segera memelukku dan juga menyemangatiku.

Setelah hari itu, perasaan takut akan perlombaan itu sudah tidak Aku hiraukan lagi, Aku terus bersemangat berlatih untuk perlombaan. Setiap jam istirahat di sekolah Aku selalu berlatih bernyanyi bersama guru pelatihku yaitu pak Yono, pak Yono orang yang sangat sabar dan ramah, Ia mengajariku dengan sangat baik. Pak Yono mengajariku banyak teknik-teknik dalam  menyanyi dan banyak lagi lainnya. Aku berlatih bernyanyi kurang lebih dalam waktu 1 bulan.

Baca Juga:Terdakwa Jalanan

Hingga akhirnya hari perlombaan pun tiba, pagi itu Aku dirias oleh Ibu, Aku memakai gaun putih yang sangat cantik dan bendo yang menghiasi kepalaku. Aku mengikuti lomba di RRI yang ada di kota Lhokseumawe, Aku pergi bersama guruku sementara kedua orang tuaku mengikuti ku dari belakang. Selama perjalanan jantungku berdebar kencang, Aku sangatlah gugup. Aku terus berdoa kepada tuhan agar diberi kelancaran dalam perlombaan pertamaku ini. Hingga beberapa jam kemudian sampailah di tempat perlombaan, Aku segera turun dan didampingi oleh guruku yaitu Ibu Nana.

Di sana Aku berjumpa dengan kedua orang tua ku. Kami masuk dan segera mengambil nomor undian, Aku mendapati nomor urut ke 15 Aku merasa sedikit lega karena nomor urutku bukan nomor pertama. Selama acara perlombaan Aku sangat gugup ditambah dengan adanya badut di belakang peserta yang menyanyi, Aku merasa semakin gugup karena Aku takut akan badut, Aku berusaha mengubur dalam-dalam rasa takut itu. Setelah satu persatu peserta naik ke atas panggung , sekarang giliran Aku yang harus naik ke atas panggung, sebelum naik ke atas panggung Aku menyalami dan memeluk guru dan kedua orang tuaku untuk meminta semangat dan juga doa. Kemudian Aku menaiki panggung pelan-pelan dengan  rasa gugup ditambah rasa takutku terhadap badut. Aku terus meyakinkan diriku bahwa Aku bisa. Sampai di mana Aku berada ditengah-tengah panggung, 

Aku berdiri sedikit jauh dari badut di belakangku agar rasa takut itu sedikit hilang. Kemudian Aku bernyanyi membawakan lagu yang berjudul “Aku anak gembala”. Aku terus bernyanyi dengan sangat baik hingga selesai. Setelah selesai bernyanyi Aku turun dan segera memeluk kedua orang tuaku dan kemudian melepasnya.

Baca Juga: Aku, Malaikat Kecilku, dan Bidadari

“Bunda, Ayah gimana penampilannya Khansa”

“Keren banget , ini baru namanya anak Bunda”Sembari menarik pelan hidungku

“Anak Ayah keren, Ayah bangga sama kamu Nak” dengan memberikan dua  jempol tangan.

waktu terus berjalan hingga penampilan semua peserta pun sudah selesai, inilah waktu yang ditunggu-tunggu yaitu pengumuman juara Aku sangat berharap Aku bisa memenangkan perlombaan ini,  Satu persatu nama pemenang pun disebut, Aku terus menyimak satu persatu nama yang disebutkan dan berdoa semoga terdapat namaku. Akan tetapi keberuntungan tidak berpihak padaku, Aku tidak mendapatkan juara. Aku pulang dengan rasa kecewa, Ibu terus memberiku semangat sepanjang perjalanan pulang. Berkat semangat Ibu rasa sedihku pun hilang. Aku tidak akan pernah melupakan hari itu.

 Selain mengikuti perlombaan menyanyi, sewaktu TK  Aku juga mengikuti beberapa perlombaan seperti menari, dan mewarnai. Aku juga mendapat beberapa juara pada ajang perlombaan mewarnai, Aku mendapat juara 1 pada perlombaan mewarnai yang diselenggarakan di Lhokseumawe, dan juga meraih juara 2 pada perlombaan antar TK pada waktu itu.

Waktu terus berjalan, umurku terus bertambah Aku beranjak 7 tahun, Aku bersekolah di SD Swasta Iskandar Muda. masa SD ku sangat lah  asyik, Aku memiliki banyak teman. Masa SD ialah masa paling indah menurutku karena pada masa itu Aku memiliki banyak kenangan indah bersama teman-temanku. Sewaktu SD  Aku ialah anak yang rajin dan pintar, Aku selalu mendapat juara kelas. Kata Ibu sewaktu Aku SD Aku juga anak yang aktif dalam kegiatan apa pun. Aku selalu aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah seperti menari, menyanyi dan lainnya. Pada masa SD Ku juga selalu aktif dalam acara 17 Agustus seperti karnaval. Setiap tahunnya Aku ikut serta dalam acara karnaval, Aku selalu berganti-ganti pakaian adat setiap tahunya mulai dari pakaian adat Aceh, Palembang, Jawa, Batak dan lainnya.

Waktu terus berjalan, sampai di mana Aku telah memasuki kelas VI  SD  dan sebentar lagi akan lulus dan melanjutkan ke jenjang SMP. Sewaktu kelas VI  Aku sangat rajin belajar, karena Aku akan menghadapi ujian kelulusan. Aku yang dulunya sibuk bermain bersama teman-teman disekolah, sekarang Aku mengurangi untuk bermain-main. Pada waktu itu sekolah mengadakan les untuk mempersiapkan ujian. Aku mengikuti les dengan baik, Aku selalu hadir ketika les. Beberapa bulan kemudian,  ujian kelulusan pun tiba, pada malam harinya Aku mempersiapkan diriku untuk ujian, Aku terus berdoa kepada tuhan agar Aku lulus dengan nilai yang baik. Aku terus belajar pada malam itu. Keesokan harinya Aku berangkat sekolah diantarkan oleh Ibuku. Aku mengikuti ujian sesuai aturan dan arahan yang telah diberikan. Ujian dilaksanakan selama 5 hari berturut-turut.  Lima hari kemudian ujian pun selesai, Aku merasa sangat lega telah menjalankan ujian ini dengan baik. Akan tetapi ada perasaan sedih dalam diriku, Aku akan segera berpisah dengan teman-temanku dan sahabat-sahabatku. Setelah ujian berakhir Aku dan teman-temanku mengadakan acara pertemuan di luar sekolah untuk merayakan kelulusan kami, Aku dan sahabatku Jannah pergi bersama-sama ke acara tersebut.

Baca Juga: Mengais Asa di Negeri Konflik

Sesampainya di sana kami membicarakan banyak hal, bercerita, bercanda  dan tertawa bersama-sama, hari itu sangat lah menyenangkan.

Beberapa hari kemudian acara kelulusan sekolah pun tiba. Aku sangat sIbuk pada hari itu, karena Aku harus berdandan rapi untuk menghadiri acara tersebut. Malam itu Aku harus tidur lebih awal karena besok Aku akan bangun lebih cepat untuk berhias ke salon. Keesokan paginya Aku bangun jam 7 pagi dan segera ke salon bersama Ibuku. sesampai  di sana.

Tok..tok..tok Assalamualaikum”Ibu mengetok pintu salon, namun pintu tak kunjung terbuka, akhirnya Ibu menelpon pemilik salon dan beberapa menit kemudian akhirnya pintu terbuka

“Maaf Ibu sedikit lama tadi lagi masak di belakang jadi tidak terdengar suaranya”

kata Ibu salon tersebut

Ah iya tidak apa-apa “ sahut Ibu

“Silakan masuk Bu” kata Ibu salon

“Iya kak” sahutku dan Ibu

Aku dan Ibu memasuki salon tersebut, suasana di sana sangat lah sepi karena hari masih sangat pagi, salon ini belum terbuka akan tetapi karena Aku dan Ibu sudah membokingnya, salon ini hanya terbuka untuk merias Aku pada hari itu. Kemudian Aku diminta duduk oleh periasnya, Aku pun dengan segera duduk di kursi yang telah disediakan, kemudian Aku di makeup sesuai dengan permintaan Ibuku. Aku memakai gaun hitam dan jilbab hita yang dikombinasikan oleh jilbab merah dan beberapa perhiasan yang menghiasi kepalaku. Setelah selesai dirias, Aku segera berkaca untuk melihat wajahku setelah dilihat

“Uwaw... make up nya bangus banget” kata ku sambil berkaca, Aku sangat kagum melihat diriku di kaca ini.

Aku menghabiskan waktu selama 2 jam untuk berhias, waktu telah menunjukkan pukul 9 pagi. Aku dan Ibu segera menuju ke lokasi tempat acara diadakan yaitu di gedung PT PIM yang berada di dalam kompleks perumahan PIM.  Jarak dari salon ke gedung tersebut memakan waktu kurang lebih 20 menit. Setelah sampai di sana Aku  melihat teman-temanku yang sangat cantik setelah bermake-up, Aku segera menghampiri mereka.

“Halo teman-teman” sapaku

teman-temanku yang merasa akan kehadiranku pun balik menyapa

“Halo juga Khansa” jawab mereka serentak

“Kalian semua cantik banget, wajahnya tidak mirip seperti biasanya” pujiku kepada mereka

“ Kamu juga Khansa, sangat cantik” jawab salah satu temanku

“Setuju” jawab mereka sama-sama

Setelah berbincang-bincang sedikit lama kami kemudian duduk di tempat yang telah disediakan. Acara pun sudah mulai, pembukaan acara di buka dengan adanya tarian ranup lampuan yang dibawakan oleh adik-adik kelas kami, kemudian ada beberapa kata sambutan yang disampaikan oleh kepala sekolah, guru dan perwakilan angkatan kami. Setelah kata-kata sambutan terselesaikan, kemudian terdapat agenda acara salam-salaman. 

Kami segera membentuk barisan yang rapi untuk naik ke atas panggung untuk menyalami para guru kami yang telah ada di atas panggung. Satu persatu siswa mulai menyalami satu persatu guru, kemudian giliran Aku naik ke atas panggung untuk menyalami guru, suasana pada saat itu sangat lah sedih   tangisan para guru dan murid mulai memenuhi area panggung, 

Aku terus menyalami satu persatu guruku sampai selesai. Sampai di ujung panggung teman-temanku tidak langsung turun, akan tetapi mereka juga bersalaman dan berpelukan. Aku menghampiri mereka dan mulai bersalam-salaman bersama mereka. Isak tangisanku semakin kuat, rasanya  Aku tidak mau berpisah dengan mereka semua. Akan tetapi mau tidak mau, Kami semua akan berpisah.

Setelah acara salam-salaman selesai, Aku dan teman-temanku kembali duduk ke tempat masing-masing. Kemudian terdapat acara hiburan yang dibawakan oleh adik-adik kelas kami. hari itu merupakan hari yang sangat menyenangkan sekaligus menyedihkan.

Beberapa hari kemudian setelah perpisahan Aku dan teman-temanku tidak saling berkomunikasi dikarenakan kesibukan masing-masing dalam mempersiapkan diri untuk masuk ke jenjang sekolah selanjutnya.

Aku berencana bersekolah di SMPN ARUN akan tetapi kedua orang tua Aku memintaku untuk masuk ke Ayah yaitu MTs.S YAPENA yang berada tidak jauh dari SMPN ARUN. Awalnya Aku tidak mau masuk pesantren akan tetapi karena keinginan kedua orang tua ku.  Aku mencoba untuk masuk dan tes di MTs. S YAPENA. Ayah yang mempersiapkan semuanya mulai dari pengambilan formulir dan data-data lainnya. Aku tidak perlu ambil pusing tentang formulir dan data-data lainnya kata Ayah Aku hanya diminta untuk belajar dan mengikuti ujian tes tulisan maupun lisan.

Beberapa hari kemudian waktu tes semakin dekat, Aku yang sangat tidak bersemangat untuk mengikuti ujian tersebut tidak ada niat untuk belajar karena Aku berharap agar tidak lulus di Dayah tersebut, Ayah dan Ibu yang melihatku sangat santai dan tidak ada usaha pun bertanya

“Khansa kenapa tidak belajar untuk tes”? tanya Ayah

“Gapapa yah nanti saat tesnya juga masih beberapa hari lagi” jawabku

“Loh jangan seperti itu, kita harus mempersiapkan dengan baik, karena saingan Khansa nanti bakalan banyak” kata Ibu

Aku yang mendengarnyapun hanya mengangguk dan menjawab “Iya Ayah, Bunda”

“Bagus… anak Ayah kan pintar”

“Heheh iya Ayah”

Beberapa hari kemudian, hari di mana Aku akan ikut ujian tes tulis dan lisan. Pagi itu Aku bangun lebih awal dari biasanya agar tidak telat sampai tempat tes. Aku pergi bersama kedua orang tua Aku dan didampingi kemudian juga ditunggu oleh Ibu sampai Aku selesai tes tulis, setelah ujian tes tulis Ibu pergi meninggalkanku karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan, sebelum Ibu pergi Ibu menitipkan pesan kepadaku

“Nanti kalau Khansa mau tes tulis Khansa jangan lupa beroda ya Nak..”

“Iya bunda.. itu pasti, kan bunda selalu mengajariku seperti itu”

“Anak pintar, Bunda pergi dulu nanti Khansa dijemput sama abang ya !”

“Okey baik Bunda”

Kemudian Aku menyalami Ibu dan Ibu segera pergi meninggalkanku. Sembari menunggu namAku dipanggil untuk tes tulis Aku mengelilingi sekolah ini dan melihat-lihat lingkungannya seperti apa. Ketika Aku asik melihat kesana-kemari tiba-tiba ada seseorang yang menghampiriku, dia ikut berjalan di sampingku. Aku yang menyadari itu melihat kesamping dan tersenyum kepadanya. Kemudian  Aku mangajaknya ngobrol.

“Haloo” sapaku

“Hai” jawabnya

“Nama kamu siapa” tanya Aku

“Aku Auliaa tapi biasanya Aku dipanggil Puput”

“Ohh hai Puput, kenalin  Aku Khansaa” sambil mengulurkan tangan tanda ingin bersalaman. Puput yang menyadari itu juga mengulurkan tangannya.

“Khansa dari sekolah mana ni?

“Aku dari SDS Iskandar Muda, tau ga sekolah itu di mana?”

“SDS Iskandar Muda? di mana itu! Aku tidak pernah mendengarnya” jawabnya antusias

“Itu terletak di PIM” Jawabku 

“Ohh  di PIM, tahu Aku tahu”

“Kalau kamu dari sekolah mana?” tanyaku balik

“Aku dari SDN ARUN”

“Ooo...  berarti di sini dong? di kompleks Arun?” tanyaku

“Iyaa betul, semoga nanti jikalau kita lulus kita bisa berteman baik ya Khansa”

“Iyaa  Aku harap juga seperti itu”

Kami terus melanjutkan perjalanan mengelilingi sekolah sembari berbagi cerita satu sama lain. Setelah asyik berkeliling melihat-lihat sekolah, kami kembali ke ruangan untuk mengikuti ujian tes lisan Aku dan Puput ternyata satu ruangan, kami duduk bersebelahan untuk menunggu panggilan. Satu persatu siswa mulai di panggil hingga akhirnya giliran Aku yang masuk, Aku sangat deg degan Aku menarik nafas panjang agar sedikit lega. Perlahan-lahan Aku mulai memasuki ruangan, Aku disambut oleh kakak kelas yang tersenyum ramah kepadaku, dan ia mengarahkanku untuk duduk di kursi. Sekarang di hadapanku terdapat seorang guru laki-laki, Aku langsung memanggilnya  dengan sebutan ustadz.

“Baik, namanya siapa?” tanya ustadz tersebut

Aku menjawab “nama saya Khansa ustadz”

“Khansaa. nama yang bagus, Khansa sebelumnya bersekolah di mana?”

“saya bersekolah di SDS Iskandar Muda ustadz, tepatnya di PT PIM” jawabku

“Ohh..  baiklah, apakah Khansa sudah siap untuk ditanya?”

“Insyaallah  siap ustadz”

setelah menanyakan hal tersebut, Aku disuruh membaca Al- quran, Aku membacanya sebaik mungkin sampai selesai. Setelah selesai membaca Al-quran Aku dilontarkan beberapa pertanyaan seputar nabi dan rasul dan juga tentang agama. Alhamdulillah Aku bisa menjawab semuanya dengan baik. setelah selesai menjawab semua pertanyaan yang diberikan kepadaku ustaz berkata

“Baik.. jawabannya cukup memuaskan”

“Alhamdulillah jika seperti itu ustaaz” jawabku tersenyum.

“Khansa sudah boleh keluar ruangan” sembari mengulurkan tangan ke arah pintu keluar

“Baik ustaz..  terima kasih”

Setelah selesai, Aku merasa sangat lega bahwa Aku dapat menjawab semua pertanyaan yang diberikan. Ujian lisan dan tulis Aku pun selesai, Aku segera menelpon abang ku untuk menjemput ku. Aku mengambil benda kecil itu di dalam tasku lalu mencari kontak abang ku dan segera menelponnya

“Abang, Khansa sudah selesai tolong jemput ya”

“Iyaa dek” jawab abang ku di seberang sana.

Sembari menunggu abangku, Aku pergi untuk membeli jajan karena Aku merasa sudah sangat lapar. Kemudian Aku duduk di kursi di depan kantin tersebut untuk menunggu abangku. Di situ Aku juga kembali bertemu dengan Puput, kami melanjutkan cerita tadi yang belum terselesaikan. Ketika sedang asyik bercerita bersama Puput, abangku pun ternyata sudah sampai Aku segera berpamitan dengan puput.

“Aku duluan ya Putt”

“Baik Khansa, hati-hati ya”

Aku segera menghampiri abangku dan kemudian pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, abang bertanya kepadaku

“Bagaimana ujiannya Khansa?”

“Eum..  cukup memuaskan abang, Khansa bisa menjawab semuanya”

Alhamdulillah jika seperti itu”

Iya Bang”

setelah asyik berbincang dengan Abang, Aku menghampiri Ibu dan Ayah

“Ayah, Ibu Khansa pulang” teriakku

Halo anak bunda, gimana ujiannya?” tanya bunda

“Alhamdulillah lancar kok Bun”

“Alhamdulillah seperti itu” jawab Ayah dan Ibu serentak. Hari terus berjalan, setelah Aku mengikuti ujian sekarang Aku harus menunggu hasil dari ujianku. Sembari menunggu hasil kelulusan tu di pesantren, Aku juga mendaftarkan diriku di sekolah yang kuinginkan yaitu SMPN Arun Ibu mengambil formulirku di sana. Akan tetapi, beberapa hari setelah Aku mengambil formulir di SMPN Arun hasil ujianku telah keluar. Hari itu Aku sangat takut, Aku berharap Aku tidak lulus karena Aku tidak mau jauh dari kedua orangtuaku dan Aku juga ingin masuk ke sekolah favoritku. Aku membuka situs website Yapena untuk melihat hasilnya. Disitu terdapat Ibu dan Ayah yang tidak sabar akan hasilnya, Aku terus membuka dan mencari namaku awalnya Aku tidak menemukan namaku ada perasaan senang menyelimutiku, akan tetapi Ayah berkata

Coba Khansa liat sekali lagi, mana tau tadi Khansa lihatnya tidak teliti”

Aku menuruti permintaan Ayah, Aku kembali mencari namaku dengan pelan-pelan dan lebih teliti lagi. Ketika Aku asyik mencari namaku tiba-tiba Ibu menunjukkan satu nama, ya itu namaku Khansa Xaviera dengan nomor kelulusan 64 dari 300 lebih peserta. Ibu dan Ayah sangat senang ketika tertera namaku di tempat kelulusan. Aku pun merasa bingung, Aku harus sedih atau senang. Di satu sisi Aku sedih karena tidak dapat mendaftarkan sekolah di sekolah favoritku, suatu sisi juga Aku senang karena berhasil mewujudkan impian kedua orangtuaku. Ketika Aku sedang asyik melamun memikirkan itu, tiba-tiba Ayah bertanya kepadaku

Bagaimana Khansa, Khansa ingin masuk pesantren atau masuk SMP favorit Khansa”

Iyaa Khansa, Ibu dan Ayah tidak memaksa Khansa untuk harus sekolah di pesantren” lanjut Ibu

Aku terdiam, Aku bingung harus masuk ke mana setelah Aku terdiam lama Aku menjawab

Eum nanti deh Khansa beritahu ya Yah, bun”

Baik nak, ikuti kemudian Khansa ya” kata Ibu

Baik Bu”

Malam itu Aku terus memikirkan pertanyaan Ayah tadi. Alhasil Aku memutuskan untuk masuk ke pesantren karena Aku tahu, bahwa kedua orang tua ku ingin Aku untuk masuk ke pesantren. Keesokan harinya Aku memberitahu kepada Ibu dan Ayah bahwa Aku mau masuk ke pesantren. Ibu dan Ayah pun terlihat sangat senang dengan hasil keputusanku.

 Syarat untuk masuk ke pesantren tersebut tidak hanya mengikuti tes tulis dan lisan, akan tetapi juga harus mengikuti tes kesehatan. Jadi, hari itu Aku, Ayah, dan Ibu ke rumah sakit untuk memenuhi syarat tersebut. Aku disuruh cek darah, ronsen, dan tes kesehatan lainnya. Setelah melakukan itu semua Aku, Ayah dan Ibu pun kembali ke rumah. Keesokan harinya kami juga harus kembali ke rumah sakit untuk mengambil hasil dari tes kesehatan tersebut. Alhamdulillah hasil tes kesehatanku cukuplah baik. Hasil dari tes tersebut harus diantarkan ke pihak pesantren untuk di data.

 Hari pun terus berlalu, Aku menikmati setiap detik, menit dan jam di rumah. Aku menghabiskan waktu bersama Ibu, Ayah dan abang. Karena tidak lama lagi Aku akan masuk pesantren. Satu minggu kemudian hari di mana Aku harus meninggalkan rumahku, malam itu Aku menghabiskan banyak waktu bersama Ibu, Aku bermain bersama, tidur bersama dan melakukan banyak aktivitas bersama pada hari itu. Aku sangat sedih karena harus meninggalkan rumahku tercinta. Pada hari itu Aku diantarkan oleh keluarga Aku tidak hanya abang, Ibu dan Ayah tetapi tante Aku dan saudara Aku yang lainnya juga ikut mengantarkanku ke pesantren. Barang-barangku sudah terbungkus rapi dari beberapa hari yang lalu Aku hanya tinggal pergi. Barang-barangku sudah dimasukkan semuanya ke mobil, mulai dari bajuku, alat-alat tulisku, dan semua perlengkapanku. Aku pun berangkat menggunakan mobil tersebut. Sesampainya di sana, Aku langsung ke informasi untuk melihat Aku mendapatkan nomor asrama/rumah yang berapa, setelah melihat-lihat ternyata Aku mendapatkan nomor rumah 21. Aku segera mencarinya dan akhirnya menemukannya, Aku menuruni semua barang-barangku kemudian memasukkannya ke dalam rumah. Tempatku untuk tidur sudah tersedia semuanya di kamar yang akan kutempati Aku hanya perlu menyusun barang-barangku saja ke dalam lemari yang telah tersediakan juga. ketika Aku sedang asyik menaruh barang-barangku ke dalam lemari, seseorang menyapaku

Haloo, ini Khansa bukan?” tanyanya

Suaranya tidak asing bagiku, Aku menoleh ke belakang untuk melihatnya, betapa terkejutnya Aku ternyata Aku dan Puput menempati satu asrama yang sama Aku langsung bertanya kepadanya

Ioh Puput juga di sini? berarti kita satu asrama dong?”

Iyaa Khansa” jawabnya dengan sangat senang.

setelah berbincang dengan Puput, Aku kembali melanjutkan aktivitas ku dan ia pun begitu juga. Setelah selesai melakukan aktivitasku, Aku kembali menhampiri Puput untuk berbincang-bincang. Ketika asik berbincang-bincang Ibu mengajakku untuk keluar untuk membeli beberapa barang ya g masih kurang, Aku mengajak Puput untuk ikut bersamaku karena kedua orang tua Puput juga telah pulang. Puput pun menerima tawaranku kemudian kita keluar bersama-sama mencari barang-barangku yang masih kurang. Waktu sudah sore Aku telah selesai membeli barang-barangku dan kemudian kembali ke asrama. Kemudian Aku kembali menyusun barang-barangku. Beberapa jam kemudian, waktu sudah gelap pertanda hampir malam Ibuku harus segera pulang karena wali santri tidak diperbolehkan ada di asrama ketika sudah malam. Ketika Ibu ingin pamit kepadaku,

 Aku menangis tanda tidak mau ditinggal Ibu terus memelukku dan meyakinkanku bahwa semuanya akan berlalu seperti biasanya. Aku tidak melepaskan pelukanku, Aku terus menangis kurang lebih 5 menit lamanya Ibu juga ikut menangis. Kemudian pada akhirnya Ayah menghampiriku dan meyakinkanku pada akhirnya Aku melepaskan pelukanku dan membiarkan Ibu untuk kembali ke rumah. Aku sangat sedih, ketika Ibu sudah pulang pun Aku terus menangis di kamar. Teman-teman baruku yang menyaksikannya pun menghiburku .Malam itu Aku terus menangis sepanjang malam, rasanya Aku ingin kembali pulang ke rumah. Keesokan harinya Aku melakukan banyak aktivitas, Aku sudah mulai tidak merasa sedih lagi, hari itu Aku melaksanakan ospek. Aku pergi bersama 8 orang teman asramaku yaitu Aku Zahra, Fadila, Puput, Hania, Dinda, Dara, dan Anggi. Kami berbaris berdekatan satu sama lain, kemudian kami dibagikan kelompok Aku mendapatkan satu kelompok dengan Hania Aku sangat senang setidaknya Aku memiliki teman yang sudah kukenali. Aku sangat menikmati waktu ospek ini karena ku memiliki kenalan banyak teman. Sepulang dari ospek Aku dan ke delapan  temanku segera kembali ke asrama untuk istirahat kemudian makan. Keesokan harinya Aku kembali melaksanakan ospek, ospek ini dilaksanakan selama 3 hari. Aku melakukan ospek sesuai dengan aturannya. Hari Jumat pun tiba, hari Jumat merupakan hari libur dan juga hari kunjungan. Pada hari itu Ibu dan Ayah mengunjungiku ke pesantren Aku sangat senang kembali berjumpa orang tuaku, akan tetapi Aku menangis ketika orang tua ku hendak pulang Aku sempat meminta untuk pindah sekolah karena Aku tidak sanggup harus terus berjauhan dengan kedua orang tuaku. Ibu yang melihatku menangis pun segera memelukku dan berkata

Tidak apa-apa Khansa, ini Khansa belum terbiasa aja makanya minta pindah sekolah. Kita tunggu sebulan lagi gimana? kalau Khansa masih belum betah Khansa baru boleh pindah sekolah, gimana? setuju tidak?

Baik, Aku akan mencobanya Ibu, tapi benar ya jika Khansa masih tidak

betah juga Khansa akan pindah sekolah, janji?” jawabku antusias

setelah berbincang lama dengan Ibu, Aku tidak menangis lagi dan kembali ke kamarku. Sesampainya di kamar  salah satu temanku bertanya

Loh Khansa nangis?”

Ah tidak apa-apa Zahra”

Benar kan?”

Iya benar”

Baiklah kalau begitu, jangan sedih-sedih terus”

Iya Zahra”

Setelah itu pun Aku langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci mukaku agar tidak terlihat habis menangis.

Satu bulan kemudian, Aku tidak pernah meminta pindah sekolah lagi kepada Ibu sekarang Aku memiliki banyak teman yang seru dan sayang kepadaku, rasanya Aku juga tidak mau jauh dari mereka. Aku sudah sangat betah di sini. Jika Aku pindah sekolah mungkin Aku tidak pernah bisa berjumpa mereka lagi. Sedangkan Ibu, Aku masih bisa terus berjumpa Ibu kapan pun Aku mau, Aku bisa menelponnya juga Aku rindu.

 Aku terus menjalankan aktivitasku seperti biasanya mulai dari mengikuti pengajian pada pagi hari kemudian dilanjutkan dengan kelas mufradhad (kelas vocab untuk Bahasa  Inggris dan  Arab) kemudian dilanjutkan dengan makan pagi, lalu bersekolah dan kemudian makan siang. Pada sore hari Aku selalu keluar bersama teman-temanku untuk  pergi  jajan ke kantin asrama atau tidak jika ingin makan, kami akan makan sore di dapur. Kemudian dilanjutkan dengan sholat magrib dan pengajian setelah sholat dan malamnya dilanjutkan dengan sekolah malah hari sampai dengan pukul 10.00 Wib . Setelah pulang sekolah Aku selalu berkumpul bersama teman-temanku di ruang tamu asrama, kami bercerita banyak satu sama lain. Aku terus melakukan seperti itu setiap harinya.

Selanjutnya Aku telah memasuki kelas 8 SMP, di pesantren setiap naik kelas teman dan rumah asrama diganti setiap tahunnya, rasanya Aku tidak mau berganti teman dan rumahku lagi Aku sudah sangat nyaman di sini. Tapi Aku juga merasa senang karena Aku ditempati kembali dengan beberapa temanku di rumah yang baru yaitu Fadila dan Dara setidaknya Aku lega karena memiliki dua teman dekat di rumah baruku. Aku, Fadila dan Dara mendapati rumah paling depan dengan nomor rumahnya 45, tempatnya sangat strategis dekat dengan mushala, tempat makan, kantin dan juga sekolah,  ini sangat memudahkan kami untuk melakukan aktivitas kami tidak perlu berjalan jauh lagi. Jauh-jauh hari sebelum hari perpindahan pun tiba Aku dan teman ku sudah membungkus dan mempersiapkan semua barang-barang yang harus dipindahkan ke rumah baru. Satu hari sebelum perpindahan rumah Aku dan teman asrama. Aku yang lain tidur bersama-sana di ruang tamu untuk menghabiskan malam terakhir kami di rumah ini. Kemudian  pada hari perpindahan rumah kami semua saling membantu satu sama lain untuk membawakan barang-barang kami. Kami sangat sibuk pada hari itu, mulai dari pagi hingga malam hari kami terus mengangkat dan memindahkan barang-barang kami.

Akan tetapi, itu semua tidak terselesaikan dalam waktu satu hari. Keesokan harinya kami juga terus memindahkan barang-barang kami hingga terselesaikan. Pada hari ketiga barang-barang pun sudah terselesaikan dengan sempurna, seluruh barang barang ku dan teman-temanku sudah dipindahkan ke rumah baru. Hari-hari terus kujalankan seperti biasanya akan tetapi Aku harus kembali bersosialisasi dengan teman baruku di asrama kami terus berkenalan dan berusaha memahami satu sama lain. Ternyata tidak seburuk yang kupikirkan teman-teman baruku ternyata tidak kalah seru dengan temanku di rumah yang lama. Aku melakukan aktivitas seperti biasanya mulai dari ke mushola, makan dan bersekolah. Akan tetapi pada suatu hari Aku melanggar aturan karena tidak mengikuti sholat zuhur berjamaah di mushola bersama kelima temanku yaitu Dara, Fadila, Deswa, Yesi, dan Ninda dikarenakan tidak mengikuti sholat zuhur berjamaah Aku dan kelima temanku dicari oleh ustazah yang merupakan wali asuh kami di asrama yaitu ustazah Laila. Pada hari itu ustazah lali mendatangi kami ke rumah dan meminta kami untuk sholat berjamaah ke mushala, kami yang awalnya sudah mengetahui akan kedatangan ustazah Laila segera bersembunyi Aku, Dara dan Deswa bersembunyi di dalam lemari sementara Fadila dan Yesi bersembunyi di bawah tempat tidur dan Ninda bersembunyi di belakang pintu.

Awalnya kami memang tidak ditemukan oleh ustazah, setelah mengecek asrama yang kami tepati ustazah segera pergi. Kami yang menyadari akan kepergian ustazah pun keluar dari tempat persembunyian kami, akan tetapi betapa terkejutnya ternyata ustazah kembali ke asrama kami dan kemudian mendapati kami yang sedang asyik berbincang dikamar. Ustazah sangat marah melihat hal tersebut kemudian meneriaki satu persatu nama kami dan menyuruh kami untuk segera ke mushola walaupun sholat di musholla telah bubar dan sudah pada kembali ke rumah masing-masing. Kami yang melihat ustazah telah marah-marah pun segera mengambil wudhu dan kemudian memakai mukena masing-masing akan tetapi muncul ide buruk dalam pikiran Ninda ia berkata

Bagaimana  jika kita lari ke dapur untuk kembali bersembunyi’’

’’Boleh juga tuh nin.. ini juga yang lainnya udah pada pulang dari masjid kan tidak mungkin jika baru pergi, malu tahu’’ jawab Yesi

‘’Wih…. Yesi ada benarnya tuh, malu kalau kita baru pergi sementara yang lainnya sudah pada pulang’’ jawabku

‘’Ya sudah kita ikut kata Ninda tadi aja’’jawab Fadila

‘’Setuju tuh’’ sahut Dara

Setelah bersepakat, kami kemudian segera ke dapur untuk kembali bersembunyi, namun keberuntungan tidak memihak kepada kami, ketika kami berlari ustazah Laila kembali meneriaki kami, namun bedanya ustazah Laila membawa hanger di tangganya. Kami yang mendengar suara tersebut pun berhenti dan menoleh, ternyata benar ustazah telah berdiri tidak jauh dari kami dengan membawa hanger dan berkata

‘’pergi sekarang ke mushala atau ustazah pukul satu-satu pakai hanger ini’’

‘’eh ehh jangan ustazah, kami akan segera pergi ke sana sekarang, jangan pukul kami pakai hanger itu dong ustazah’’ sahut Ninda

Kemudian Kami pun kembali dan memutar arah ke arah mushala, kami sangat malu karena terdapat beberapa murid lain yang menyaksikan hal tersebut dan kemudian menertawakan aksi kami tadi. Sesampainya kami di mushalla tidak ada lagi orang yang melaksanakan sholat, kami pun sempat punya niat hanya memasuki musholla kemudian duduk sebentar   kemudian keluar, akan tetapi kami tidak melakukan hal tersebut karena kami duluan melihat ustazah Laila yang telah berdiri  luar mushola sembari membawa hanger tadi ditangannya dan memantau kami. Karena melihat hal tersebut pun Aku berserta yang lainnya langsung berdiri dan melaksanakan sholat dengan membuat jamaah baru dan yang menjadi imamnya ialah Ninda.

Setelah selesai sholat kami pun keluar dari mushola dan masih mendapati ustazah Laila yang berdiri di luar musholla. Kami menyamperi ustazah dan kemudian meminta maaf atas kejadian hari ini, ustazah pun memaafkan kami. Setelah itu kami kembali ke asrama dan menjalankan aktivitas masing-masing. Setelah hari itu kami tidak pernah mengulangi lagi kesalah tersebut, hari terus berjalan bulan suci ramadhan  pun hampir tiba. Di pesantrenku setiap bulan suci ramadan ditiadakan kegiatan rumah tahfidz atau biasa kami menyebutnya dengan sebutan daurah, berbeda dengan puasa sebelumnya Aku mengikuti daurah diluar pesantren. Namun pada tahun ini Aku ikut serta dalam kegiatan daurah di pesantren.

Aku mendaftarkannya kepada ustazahku waktu itu, tidak ada syarat tertentu untuk masuk ke daurah di pesantren. Hingga bulan puasa pun tiba, setelah beberapa hari Aku pulang ke rumah, Aku kembali mempersiapkan diri untuk kembali ke pesantren dan mengikuti kegiatan daurah. Aku diantarkan Ibu dan Ayah kembali ke pesantren, hari pertama kami tidak langsung  melaksanakan apa yang telah dijadwalkan kami terlebih dahulu membersihkan rumah, karena sudah beberapa minggu tidak ditempati. Hari kedua kegiatan daurah kami baru melaksanakan kegiatan kami yaitu menghafal al-quran mulai dari setelah shalat subuh hingga sampai sholat zuhur. Kemudian dilanjutkan lagi pada sore hari setelah sholat ashar berjamaah. Malam hari kami melaksanakan sholat tarawih berjamaah di musholla pesantren. Kami terus melakukan kegiatan seperti itu setiap harinya selama kurang lebih 2 minggu, sebelum pelaksanaan daurah terselesaikan pihak pesantren mengadakan wisuda bagi peserta daurah. Kami melaksanakan wisuda tersebut di aula yang ada di pesantren. Setelah mengadakan wisuda, kami kembali pulang ke rumah masing-masing. Aku sangat menikmati hari-hariku di pesantren selama bulan suci Ramadhan ini.

 Satu tahun kemudian Aku memasuki kelas 9 SMP, kelas IX merupakan masa-masa sibuk untuk mempersiapkan ujian akhir. Di dayah salah satu  syarat agar dapat lulus ialah harus bias menghafal al-quran juz 1-2. Selama satu tahun tersebut Aku terus mengejar hafalanku, dan Alhamdulillah hafalanku terselesaikan dalam jangka waktu yang singkat yaitu kurang lebih 3 bulan. Selain mempersiapkan hafalan Aku juga mengikuti les yang diadakan di sekolah setiap harinya, Aku terus belajar dengan giat agar dapat lulus dengan nilai yang baik. Waktu terus berjalan sampai hari di mana Aku melaksanakan ujian try out, akan tetapi hari kedua ketika melaksanakan try out kami mendapatkan info bahwa daerah Aceh sudah tersebar virus yaitu virus korona. Pada masa itu memang lagi marak-marknya virus ini, akan tetapi belum tersebar sampai Aceh. Setelah dikabarkan berita tersebut, kami dinyatakan libur selama dua minggu. Akan tetapi dikarenakan kami sedang melaksanakan ujian try out kami akan pulang lebih telat dibandingkan santri lainnya. Pada hari itu tinggal lah kami siswa kelas IX saja yang berada di pesantren, selama 2 hari ke depan kami tetap melaksanakan ujian try out ini. Setelah melaksanakan ujian try out inilah kami baru kembali ke rumah masing-masing.

Dua minggu kemudian sekolah tak kunjung masuk, virus corona terus menyebar luas di Aceh sehingga libur diperpanjang, kami diperintahkan   untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar melalui daring. Namun tak disangka-sangka libur ini sampai dua tahun lamanya dikarenakan virus yang tak kunjung mereda, setiap harinya kasus virus corona baik di Aceh maupun di daerah lainnya kian meningkat. Alhasil kami siswa kelas  IX   tidak dapat melaksanakan ujian nasional dan lulus dengan tidak diadakannya acara perpisahan.

Dalam masa marak-maraknya virus corona ini, Aku menginjak 15 tahun Aku telah memasuki SMA, Aku mendaftarkan   di SMAN 1 Lhokseumawe walaupun sedang dalam masa virus corona, ujian untuk masuk ke sekolah ini tetap dilaksanakan secara offline dan ada beberapa ujian juga yang dilaksanakan secara daring. Aku mengikuti semua ujian dengan sangat baik sehingga beberapa hari setelah tes ujian Aku dinyatakan lulus dan menepati kelas 10 IPA 1. Aku sangat senang karena mendapati jurusan sesuai yang kuinginkan, beberapa bulan kemudian sekolah pun masuk dan melaksanakan   pembelajaran secara daring melalui grup WA   dan  Google Classroom. Awal masuk Aku tidak mengenali seorang pun teman sekelasku dikarenakan kita tidak pernah berjumpa dan hanya beberapa kenal melalui via chat. Waktu terus berlalu Aku mengikuti   ujian semester, namun ujian semester dilaksanakan secara offline. Pada waktu itu Aku tidak dapat memahami materi pembelajaran dikarenakan pembelajaran dilaksanakan secara daring sehingga materi susah untuk dipahami. Walaupun begitu mau tidak mau Aku harus melaksanakan ujian secar offline di sekolah. Hari pertama ujian merupakan hari pertama Aku ke sekolah setelah 1 tahun masuk ke SMAN 1 Lhokseumawe. Hari itu Aku berkenalan dengan banyak temanku. Setelah ujian semester pertama pembelajaran tetap dilaksanakan secara daring.

 Kemudian Aku memasuki kelas 11 SMA, ketika Aku memasuki kelas 11 pembelajaran pun sudah mulai dilaksanakan secara offline kembali akan tetapi masih menggunakan shift. Shift setiap kelas terbagi menjadi dua yaitu shift a dan shift b, Aku masuk ke dalam shift a. Kegiatan belajar mengajar waktu itu tidak setiap hari dilaksanakan disekolah akan tetapi bergantian setiap harinya dengan shift yang lain. Ketika salah satu shift mendapatkan jadwal belajar di rumah mereka akan melaksanakan kegiatan belajar mengajar melalui daring. Ketika Aku memasuki semester dua di kelas 11 ini sekolah sudah normal yaitu semua siswa diperbolehkan belajar full setiap harinya di sekolah setelah melakukan vaksinasi. Alhamdulillah semua siswa SMAN 1 waktu itu sudah menerapkan itu semua. Dan kami kembali bisa sekolah seperti biasanya. Hingga sekarang Aku berada di kelas 12 Aku bersekolah seperti biasa, hari-hariku kujalani dengan baik tidak lama lagi Aku sudah meninggalkan sekolah tercintaku. Ada perasaan bagian dan juga sedih, bahagia karena Aku akan melanjutkan pendidikanku dan untuk mencapai cita-citaku semakin dekat, dan juga perasaan sedih karena ingin meninggalkan teman-teman seperjuangan ku semasa SMA beserta guru-guru yang telah berjasa mengajarkanku. Namun beginilah kehidupan, setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan.

Selama masa TK, SD, SMP, dan SMA Aku memiliki banyak kenangan bersama teman-teman dan juga mendapatkan pembelajaran dari kejadian yang Aku alami selama masa ini. Dari suka dan duka bersama teman-teman, guru Aku yang sangat berharga dan tidak bisa digantikan dengan apa pun.


Editor: Muklis Puna

 

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar