Oleh: Yulianti Idris
Ini kisahku....ya, kisah hidupku
Kami pasangan bahagia, walau tak punya materi berlimpah, karena kebahagiaan bagi kami bukan hanya tentang materi, tapi tentang rasa. Dan aku bersyukur, Allah tetap menjaga rasa ini di hati kami.
Rasa sayang yang kami miliki sudah cukup membuat kami bahagia, kami dikaruniai seorang putri mungil semata wayang yang mampu menambah kesempurnaan kebahagiaan hidup kami, lengkap sudah keluarga kecilku. Tak terasa pernikahan kami memasuki tahun ke 15.
Baca Juga: Aku, Sekolahku dan Pemadam Kelaparan
Ini awal takdir itu dimulai, suatu tragedi yang besar telah merubah hidupku, tapi tidak rasa sayangku padanya. Tahun 2019 suami ku divonis tak bisa melihat lagi, vonis itu merubah kehidupan ku, aku tak mampu membendung kesedihan melihat kondisi suamiku, ini ujian terberat bagi kami, apalagi bagi suamiku yang harus kehilangan penglihatannya, ini bukan hal yang mudah, tapi kami tak punya pilihan, Allah telah menentukan takdir-Nya.
Aku bukanlah seorang wanita mandiri, suamiku selalu memanjakanku dengan segala rasa sayangnya, kemanapun pergi kami selalu bersama, aku selalu bergantung padanya. Tentu saja ini tak mudah bagiku untuk menjadi seorang wanita mandiri, tapi aku harus bisa dan berusaha.
Selama 3 tahun Aku berusaha untuk kesembuhannya, selama 3 tahun Aku selalu melakukan pengobatan untuknya, perjalanan pulang pergi Lhokseumawe-bireuen kami tempuh setiap 2 minggu sekali untuk melakukan pengobatan suamiku, dengan kondisi ekonomi kami tentu ini sangat berat, kami tak punya kendaraan pribadi yang bisa membawa kami berobat ke Bireuen, di sinilah kesabaranku diuji kembali, dengan susah payah kami harus naik kendaraan umum dengan kondisi suamiku yang tak bisa melihat, aku tetap berusaha tegar dan kuat, aku tetap harus berusaha untuk kesembuhan suamiku.
Tapi kenyataan berkata lain, suamiku tak kunjung sembuh, tahun 2021 kami mencoba pengobatan ke Medan, dan di sanalah vonis akhir untuk suamiku. Kata dokter, "Mata suamiku secara medis tak bisa disembuhkan lagi",.
Harapan Kami pupus, air mata tumpah dari kelopak matanya saat dia mendengar vonis itu, dia yang biasanya tegar, hari ini terlihat begitu rapuh, aku tahu masih ada secercah harapan dihatinya saat kami berobat ke Medan, tapi saat vonis itu disampaikan, semuanya sirna,
Aku berusaha untuk menguatkannya, aku harus kuat agar Dia juga kuat, Aku tau saat ini akulah harapannya, kalau aku lemah, bagaimana dengan dia, aku genggam tangannya dan ku dekap tubuhnya, dia terlihat begitu rapuh dengan deraian airmata di pipinya, Selama aku mengenalnya, tak pernah kulihat air dimatanya, tapi hari ini air mata itu tak mampu dibendungnya.
Aku berusaha tetap tegar walaupun sebenarnya aku juga rapuh, tapi aku harus kuat, untuk dia dan putri kecilku.
Hari demi hari berlalu dengan hal hal yang baru, hidup harus tetap berlanjut, ini bukan akhir segalanya. Walau kesedihan ini terus melanda. Aku harus bangkit dari keterpurukan ku. Tak ada yang bisa kuandalkan selain diriku sendiri, aku harus kuat, agar suami dan anakku juga kuat. Aku ter sadar bahwa aku tak sendiri, aku punya Allah yang akan menguatkanku. Mulai saat itu segala keluh kesah ku kuadukan pada-Nya, dan ku pasrahkan segalanya kepada-Nya yang membuatku semakin sadar bahwa manusia tak punya daya upaya selain Allah. Aku merasa menjadi lebih kuat dalam menghadapi ujian ini.
Aku mulai menata hidupku yang baru. Dulu aku tak pernah berani mengendarai sepeda motor, kemana mana selalu diantar oleh suamiku, tapi kini siapa yang akan mengantar? Jadi aku harus bisa mengendarai sepeda motor, tekadku membuatku berani untuk mengendarai sepeda motor sendiri. Dan alhamdulillah usahaku tidak sia sia, semakin hari keberanian ku semakin teruji hingga aku semakin lancar mengendarai sepeda motor.
Hari demi hari kumulai dengan hal -hal yang baru, yang bertolak belakang dengan kehidupan ku sebelumnya, ternyata takdir ini merubahku menjadi seorang wanita mandiri, tak manja lagi seperti dulu.
Suamiku adalah laki laki yang hebat, didalam keterpurukan takdirnya ia tak pernah menyerah, kami percaya bahwa takdir Allah adalah yang terbaik bagi kami, tiada yang lebih baik selain ketetapan Allah. Daun di dahan saja tak akan jatuh tanpa izin Allah, apalagi jalan hidup kita, semua sudah digariskan oleh yang Kuasa.Tinggal bagaimana cara kita menerimanya, mengahadapi atau lari dari kenyataan?
Berjalan waktu, tak terasa sudah memasuki tahun keempat suamiku tak bisa melihat lagi, kini kami mulai terbiasa dengan kehidupan yang baru, hari hari yang kami lalui tak kalah indah dengan hari hari lalu disaat suamiku masih bisa melihat.
Dulu saat suamiku masih bisa melihat rutinitas jalan-jalan sore menjadi hiburan bagi kami, tapi kini hal itu tak mungkin lagi kami lakukan, tapi hati kami tetap menyatu dalam kasih sayang, aku dan suamiku punya hobby yang sama yaitu musik, suamiku sangat mahir memainkan gitar, dan aku sangat suka bernyanyi, waktu kosong kami sering kami isi untuk bernyanyi berdua sekedar menghilangkan kejenuhan akan rutinitas yang tak pernah berakhir, apalagi sekarang terlalu banyak tuntunan pekerjaan yang melelahkan.
Tak hentinya aku bersyukur kepada Allah karena kami masih diberikan rasa sayang yang tetap menyatukan kami dalam biduk rumah tangga, sering dia melontarkan pertanyaan kepadaku, kenapa aku masih mau menerima dia dalam keadaan seperti sekarang ini, hanya satu jawabanku,
Allah mentakdirkan kita berjodoh artinya Allah menyatukan kita dalam sebuah ikatan perkawinan, perkawinan bukan sekedar bersama, tapi ada ikatan hati didalamnya, dan ku sampaikan padanya, bahwa aku tidak akan meninggalkan dia, karena dia adalah jodohku, tak ada yang salah darinya, jadi kenapa aku harus meninggalkan dia, dia menjadi seperti ini bukan atas kemauannya, tapi semua ini adalah takdir Allah untuk jalan hidupnya, aku adalah pasangan hidupnya artinya takdirnya adalah takdirku juga.
Doa kami semoga Allah tetap mempersatukan kami sampai maut memisahkan, karena rasa sayangku padanya tak pernah berubah, masih seperti dulu, dia adalah imam terbaik bagiku yang selalu membimbingku dalam jalan kebaikan, dan sosok ayah yang luar biasa untuk putriku. Semoga Allah mengijabah doa kami untuk tetap menjaga ikatan pernikahan kami sampai maut memisahkan, Dia adalah surgaku....semoga aku tetap istiqamah dalam menjaganya.
Tak ada yang mampu merubah takdir, kita hanya bisa menerima dengan ikhlas dan menjalaninya degan sabar, percayalah bahwa ketetapan Allah adalah yang terbaik, dan Allah punya rencana yang indah dibalik segala takdirNya. Tetap bersyukur karena setiap tarikan nafas kita adalah anugerah-Nya.
Editor: Muklis Puna
0 Komentar