Menyibak Tabir "AKU " di Balik Puisi "Itu Aku " Karya Drew Andini


 

Menyibak Tabir "AKU " di Balik Puisi
"Itu Aku " Karya Drew Andini


Oleh Muklis Puna

Sastrapuna.com-Dari sekian puisi yang ditulis oleh penyair perempuan yang tangguh ini.  Puisi " Itu Aku" menggugah selera penulis untuk menyelami lautan  bait yang begitu mempesona. Walaupun pada judul puisi mengarah ke dirinya, penulis memahami bahwa itu bukan Aku yang menohok ke penyair. 

Kehebatan penyair ini luar biasa karena mampu meng- Aku-kan orang lain sebagai dirinya. Kenapa penulis berani menuduh demikian, karena emosional penyair ini lebih dekat dengan penulis. 

Jadi Aku lirik yang punya khas dan aroma jiwa yang mantap. Kemampuan bersandar pada bocah lusuh bau  polusi pembangunan patut diacungkan jempol. Proses persenyawaan antara penyair dan aku lirik terlihat sangat kental. 

Mengadopsi resah, sedih dan duka para bocah yang merindukan seragam sekolah adalah bukanlah hal mudah dilakukan oleh seorang penyair. Belajar menjadi orang lain dalam puisi juga butuh konsep yang tepat. Artinya bagaimana cara penyair memindahkan objek lain ke dirinya ini patut dipertanyakan. 

Mari kita ngulik bait bait yang sesuai dengan konsep yang ditawarkan di atas.

//Gadis kecil di balik pagar sekolah/
Tersemat lusuh pada tiap jemarinya/
/Erat memeluk pagar/
/Matanya sembab/
/Kulitnya kecoklatan terpanggang mentari /
/Tulang - tulang mengukir kulit/
/Tersisa secuil sunggingan kecil/

Larik pertama puisi ini hanya bercerita biasa saja, artinya umum di orang- orang seperti itu / gadis kecil dibalik pagar sekolah/ Namun pada larik kedua Tersemat lusuh pada tiap jemarinya/

Baca Juga: Apa dan Bagaimana Tema Puisi  

Penyair mulai merangkul penikmat untuk berhalusinasi dengan mengajak keluar dari berpikir dalam kotak kehidupan. Hampir semua larik dari bait itu penyair mendeskripsikan secara detail siapa sosok dalam bayangan pembaca. Penulis menduga sang penyair begitu hati hati dalam melakukan terhadap objek yang ada di negeri ini akibatnya deskripsi yang muncul adalah sanggup memancing imajinasi pembaca. 

Sepintas puisi ini hampir mengarah ke naratif. Akan tetapi sang penyair  mengalihkan bentuk puisi ini di persimpangan bait.  Coba diperhatikan bait kedua

//Segera saja/
/Kesadaran menyergap/
/Aku tak setara dengan mereka /
/Yang tak perlu berjuang untuk sebutir beras /
/Cukup menengadahkan tangan pada orangtua /

Dan..,

/Lembaran puluhan ribu jatuh laksana kapas/
/Gadis kecil di balik pagar/
/Meratapi besi - besi /

Ketika penikmat hendak menelusuri siapa dan bagaimana aku lirik sebenarnya. Hal ini tidak diinginkan penyair, bait bait itu langsung digiring ke wujud dan khas puisi puisi penyair sebelumnya. Uniknya penyair mampu membaca batin sang aku lirik ini terlihat sangat pada larik /Kesadaran menyergap/Aku tak setara dengan mereka /

Ruang kesenjangan dibentangkan secara halus dan mampu menggelitik pembaca. Karena apapun pengembangan bait yang dilakukan selalu berhubungan dengan konteks kesenjangan sosial hari ini. Hal hal seperti ini hampir ribuan puisi telah ditulis cuma gaya, nuansa dan teknik penulisan nya membuat puisi ini lebih punya roh yang kuat. 

Penyair Drew Andini yang sudah melanglang  buana di dunia maya memahami betul hal ini. Penyair kelahiran Mojokerto dikenal ulet dan gesit dalam memperjuangkan kesetaraan gender dalam berkarya. 

Karena kegesitannya Karya karya nya sudah diadopsi dalam bahasa Inggris dijadikan sebagai lirik lagu. Secara umum di dunia maya tak banyak mengenal sosok perempuan tangguh ini. Walaupun berada dalam kondisi yang penuh tantangan dalam berkarya akan tetapi ia perfek dalam menulis. 

Nah.   Kembali ke puisi " Itu Aku'  siapakah dia?  Yang jelas dia bukan mengacu pada Drew Andini. Namun ia lebih merujuk pada Aku yang sudah melewati observasi yang matang oleh penyair. Kelebihan penyair dalam puisi ini ialah mampu bersandar pada objek secara totalitas, mampu menyelami masalah yang dialami tokoh. Harapan harapan tokoh telah dihamparkan di dada para pembaca untuk mengulik lebih dalam siapa sih sebenarnya AKU.

Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Aceh dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe.

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar