Sesat di Kerumunan

Sesat di Kerumunan


sastrapuna.com - Muklis Puna

Seingatku baru kemarin pagi kau tampak muka,  mengurai kepopong penuh serat yang dianyam rembulan
Kaki kecilmu masih tergores, 
ketika kau tendang mulut rahim milik ibu pertiwi
Kini kulihat kau tersesat di keramaian 
Menggigau di siang bolong,  
lalu melolong  mencari tuanmu

Putikmu belum kuncup benar,  
namun kau sudah meloncat- loncat 
mengutuk dahan dan daun 
Coba senyapkan kupingmu 
pada batang- batang menua, 
Tatap lekuk tubuh penuh luka, 
 karena tombak orang iseng yang kesemsem pada tangisan getah

Angin begitu kuat menghepas setiap dahan, 
Menerbangkan apa saja yang rapuh 
Di hulu subuh,  
daun- daun  bersimpuh dipeluk embun

Ada sesal pada angin yang menjemput suka
Ada marah yang menggumpal dada, 
kenapa ia dipinang angin
Padahal getah masih merekat dahan
Burung-  burung masih bersenandung lagu
Entahlah... 
Entah pagi terlalu cepat membngunkan matahari
Entah malam sudah bosan melihat bulan


Lhokseumawe,  13 Mei 2022

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar