Foto Dokumen Pribadi
Sastrapuna.com, Lhokseumawe Rabu 17 September 2025 Pagi itu, Lhokseumawe seolah diselimuti aura istimewa. Bukan sekadar embun atau kabut rutin, melainkan gema langkah seorang pemimpin yang tak hanya membawa visi pendidikan, namun juga nyali kemanusiaan.
Adalah Marthunis, S.T., D.E.A., Kepala Dinas Pendidikan Aceh, yang menyambangi Samudera Pasai ini dengan agenda yang menggetarkan jiwa, merajut asa, dan mengalirkan darah.Didampingi sosok tangguh lainnya, Bapak Syarwan Joni, S.Pd, M.Pd, Kabid Pembinaan SMA, Marthunis menjelma menjadi konduktor orkestra kebaikan.
Ia datang, bukan hanya untuk beretorika, melainkan untuk menginspirasi generasi muda menjadi "Anak Indonesia Hebat" dan menggerakkan nadi-nadi sosial lewat setetes darah yang disumbangkan.
Subuh Berjamaah, Spirit Bergelora
Bayangkan, di tengah temaram subuh yang syahdu, di SMAN Mosa Arun yang sunyi, terjadi sebuah ritual sakral. Marthunis, jajaran Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kota Lhokseumawe.
Para kepala SMA/SMK, serta ratusan siswa dan guru, larut dalam kekhusyukan shalat berjemaah. Ini bukan sekadar ibadah rutin. Ini adalah penanda. Sebuah deklarasi bahwa setiap awal yang baik, bermula dari ketaatan dan kebersamaan. Sebuah pondasi spiritual untuk serangkaian aksi positif yang akan membanjiri hari itu.
Foto Dokumen Pribadi
Dari sanalah, Marthunis mulai menaburkan benih-benih kebaikan. Ia mengajak para siswa untuk meresapi dan mengamalkan "Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat".
Tujuh pilar yang jika dipegang teguh, akan mengantar mereka pada gerbang kesuksesan sejati: bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat.
Bukankah orang-orang sukses di dunia, para pembentuk peradaban, memulai hari mereka dengan rutinitas serupa? Sebuah pola hidup yang tak hanya membentuk raga, namun juga jiwa.
Mengalirkan Kemanusiaan: Setetes Darah, Sejuta Harapan
Namun, Marthunis tak berhenti di sana. Usai merajut spiritualitas dan motivasi di SMAN Mosa Arun, ia memimpin barisan menuju lobi Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kota Lhokseumawe.
Di sana, sebuah pemandangan mengharukan terhampar: ratusan warga sekolah, guru, dan siswa, dengan sukarela mengulurkan lengan. Bukan untuk meminta, melainkan untuk memberi. Mereka adalah para pahlawan tak berseragam yang mengalirkan darah, mengalirkan harapan.
"Jaga kebiasaan hidup sehat, agar kita terus bisa berbagi," pesan Marthunis, suaranya mengandung gema keikhlasan. Sebuah ajakan yang melampaui formalitas, menyentuh relung hati.
Pada hakikatnya, hidup sehat bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga agar kita memiliki energi, kemampuan, dan kesempatan untuk terus menebar kebaikan kepada sesama.
Melalui donor darah, kita tak hanya menyelamatkan nyawa, namun juga merawat hablumminannas, ikatan kemanusiaan yang seringkali terlupakan. Dan di akhir hari yang sarat makna itu, hanya satu harapan yang terucap: "Semoga Allah merahmati kita semua."
Sebuah penutup yang meneduhkan, mengukuhkan bahwa setiap tindakan kebaikan, sekecil apapun, akan selalu kembali dengan keberkahan. Lhokseumawe, hari itu, menjadi saksi bisu tentang bagaimana pendidikan dan kemanusiaan dapat berjalan beriringan, menghasilkan generasi yang tak hanya cerdas, namun juga berhati mulia.
Konstributor: Muklis Puna
0 Komentar