Dari Lintasan Atletik ke Ruang Kelas

 

                                                                Foto: Dokumen Pribadi
Tahun 2001 adalah awal perjalanan panjang seorang pemuda sederhana dari pesisir Aceh ( Lhokseumawe. Namanya Safrizal, namun di kalangan teman-temannya ia lebih akrab disapa Jordan karena kelihaiannya mengolah bola basket dan tubuhnya yang lincah di lapangan. Perjalanan hidupnya bukan sekadar tentang meraih gelar juara, tetapi tentang bagaimana sebuah kecintaan pada olahraga mengantarnya menjadi seorang pendidik yang menginspirasi.

Awal Perjalanan: Menjadi Mahasiswa pada 2001

Lahir dan besar di lingkungan yang sederhana, Jordan kecil tumbuh dengan keterbatasan fasilitas. Sekolah tempat ia menimba ilmu tidak memiliki lapangan olahraga yang memadai. Namun semangatnya tidak pernah surut. Pada tahun 2001, ia diterima sebagai mahasiswa di salah satu universitas syiah kuala jalur undangan negeri di Aceh, mengambil jurusan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.

Menjadi mahasiswa di awal tahun 2000-an bukan perkara mudah. Di tengah kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan, Jordan harus membagi waktunya antara kuliah dan bekerja sampingan. Siang hari ia belajar,m, dan di sela-sela waktu senggangnya ia tetap berlatih olahraga. Teman-temannya mengenalnya sebagai sosok yang tidak pernah lelah, selalu membawa alat latihan untuk latihan si sela - sela waktu luang

Di kampus, bakatnya mulai terlihat. Ia sering mewakili fakultas dalam berbagai kejuaraan daerah, dari atletik, bola basket, hingga voli. Setiap kali turun bertanding, Jordan selalu memamerkan semangat pantang menyerah. Kegigihannya membuat dosen dan pelatih kampus mulai meliriknya.

Menjadi Atlet Binaan Kemenpora pada 2003

Tahun 2003 menjadi titik balik dalam hidupnya. Suatu hari setelah pertandingan antaruniversitas, Jordan mendapat panggilan dari pelatih daerah yang bekerja sama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Ia ditawari kesempatan emas untuk bergabung sebagai atlet binaan Kemenpora dalam cabang atletik.

Perjalanan ini tidak mudah. Untuk menjadi atlet binaan, Jordan harus melalui serangkaian tes fisik, psikologi, dan mental,

Namun Jordan tidak gentar. Ia justru menikmati setiap detik perjuangannya. Pagi-pagi buta ia sudah di lintasan lari, siang hari latihan kekuatan, sore hari latihan teknik, dan malam hari evaluasi bersama pelatih. Semua itu ia jalani dengan senyum dan keyakinan bahwa olahraga adalah jalan hidupnya.

Prestasinya pun mulai menonjol. Ia pernah meraih posisi podium dalam kejuaraan atletik nasional tingkat mahasiswa, dalam bimanaan PPLM ( pusat pembinaan latihan mahasiswa ) Kemenpora bahkan mengakui dedikasinya dengan memberi dukungan penuh hingga ia menyelesaikan masa kuliah.

Lulus dan Mengabdi: Perjalanan Menjadi PNS pada 2010

Setelah bertahun-tahun mengabdikan diri di dunia olahraga, Jordan tidak pernah lupa pada cita-citanya semula: menjadi guru yang bisa menularkan semangat olahraga kepada generasi muda. Seusai masa binaan, ia kembali ke kampung halaman membawa segudang pengalaman. Ia mengajar sebagai honorer di beberapa sekolah sambil menunggu peluang menjadi pegawai negeri.

Tahun 2010 menjadi tahun bersejarah. Berkat perjuangan panjangnya, ia resmi diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan posisi guru olahraga di sebuah sekolah menengah atas. Tangis haru pun pecah, bukan hanya dari dirinya sendiri, tetapi juga dari orang tuanya yang selama ini selalu mendukung meski dengan keterbatasan.

Sebagai guru, Jordan tidak sekadar mengajar teori dan praktik olahraga. Ia membawa nilai-nilai perjuangan yang ia pelajari selama menjadi atlet. Di setiap kelasnya, ia selalu menekankan bahwa olahraga bukan hanya soal menang atau kalah, tetapi tentang disiplin, kerja keras, dan pantang menyerah.

Menginspirasi dari Lapangan ke Kelas

Perjalanan dari seorang mahasiswa biasa di tahun 2001, atlet binaan Kemenpora pada 2003, hingga menjadi PNS pada 2010, adalah bukti nyata bahwa mimpi besar bisa diraih dengan kerja keras dan doa. Jordan menjadi teladan bagi murid-muridnya. Banyak siswa yang awalnya malas berolahraga, akhirnya terinspirasi oleh cerita perjuangan gurunya.

Ia membentuk klub olahraga sekolah, melatih tim basket, dan bahkan mendirikan komunitas atletik kecil di desa untuk anak-anak. Baginya, olahraga adalah cara membangun karakter bangsa. Ia selalu berkata kepada murid-muridnya,

“Lapangan adalah tempat kalian belajar jujur, disiplin, dan percaya diri. Jangan takut gagal, karena dari kegagalan kalian belajar menjadi lebih baik.”

Pelajaran dari Perjalanan Safrizal alias Jordan

Kisah hidup Jordan memberikan banyak pelajaran berharga:
1. Tekad dan Disiplin adalah Kunci
Sejak mahasiswa, Jordan menunjukkan bahwa disiplin dalam latihan dan belajar bisa membuka banyak pintu kesempatan.
2. Berkorban untuk Impian
Ia rela meninggalkan kampung halaman, menghadapi kerasnya latihan, demi mewujudkan cita-citanya.
3. Mengabdi untuk Masyarakat

Meski sempat berada di puncak prestasi sebagai atlet, Jordan memilih untuk kembali dan membina generasi muda melalui pendidikan.

4. Menginspirasi Lewat Teladan

Sebagai guru olahraga, ia tidak hanya mengajarkan teknik, tetapi juga nilai-nilai kehidupan yang ia jalani sendiri.

Kini, setelah lebih dari satu dekade mengajar, nama Safrizal alias Jordan dikenal luas di kalangan pendidikan jasmani di daerahnya. Murid-muridnya banyak yang sukses menjadi atlet daerah, bahkan ada yang mengikuti jejaknya kuliah di jurusan olahraga. Setiap kali mereka kembali ke sekolah, mereka selalu menyebut satu nama dengan penuh rasa hormat: Jordan, guru yang dulu adalah atlet tangguh, dan kini menjadi inspirasi hidup.

Perjalanan Jordan membuktikan bahwa jalan menuju kesuksesan tidak pernah lurus dan mudah. Perlu kerja keras, pengorbanan, serta keikhlasan untuk terus belajar dan berbagi. Dari lapangan tempat ia berlari mengejar prestasi, kini ia berdiri di ruang kelas, mengajarkan arti perjuangan kepada generasi berikutnya.

Safrizal alias Jordan bukan hanya seorang guru olahraga. Ia adalah simbol semangat, pengabdian, dan inspirasi yang lahir dari cinta mendalam pada olahraga dan pendidikan.

Editor: Muklis Puna

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar