Oleh: Mukhlis, S.Pd.,M.Pd.
Sekolah tegak kokoh, berdiri dengan tembok tinggi dan pagar yang penuh kawat berduri, menciptakan kesan yang sangat formal dan terkadang menakutkan.
Pintu gerbang menjulang menantang langit, menandakan bahwa dunia di dalamnya adalah dunia yang penuh aturan dan batasan. Begitu siswa melangkah masuk, mereka memasuki kelas yang senyap dan tertib.
Baca Juga: Ilmu dan Kerendahan Hati: Menggali Makna Belajar dari Saidina Ali
Kelas- kelas bertingkat seperti rumah di kota besar, mereka mendengarkan ocehan guru tanpa banyak suara. Setiap detik di dalam jam ini diatur dengan ketat, hanya terputus oleh lonceng yang menandakan waktu istirahat.
Ujian, Tugas, dan Persaingan: Perjalanan Berat Menuju Nilai
Tugas datang silih berganti, dari tugas mandiri yang membosankan hingga tugas kelompok yang sebenarnya lebih banyak dikerjakan oleh ketua atau wakil kelompok.
Namun, semuanya berujung pada angka yang menentukan masa depan mereka. Setiap hari menjadi perjuangan, seperti pedagang yang mengumpulkan angka demi angka, berusaha memenuhi standar yang telah ditentukan.
Kejujuran diuji, apakah mereka benar-benar bisa berdiri di kaki sendiri ataukah terpaksa mencontek untuk meraih nilai.
Baca Juga: Membebaskan 'Aku' dalam Puisi: Paradigma Baru dalam Mengkaji Sastra
Ujian datang tanpa ampun, menghadirkan ketegangan yang hampir tak tertahankan. Setelah mempersiapkan hafalan selama berbulan-bulan, para siswa harus menghadapi soal-soal yang menguji sejauh mana mereka telah menyerap materi.
Suasana kelas yang tadinya penuh keheningan, berubah menjadi riuh dengan bisikan kecil meminta jawaban. Ada yang mempersiapkan lembar kecil untuk menulis jawaban, sementara yang lain mencoba mengingat kembali apa yang telah mereka hafalkan.
Ketika ujian selesai, suara kegembiraan memenuhi ruang, dengan ucapan "Hore...! Sekolah libur!" menggema, menandakan akhir dari perjuangan mereka untuk sementara waktu.
Antara Ketegangan dan Kebebasan
Sekolah memang penuh dengan aturan yang ketat dan tugas yang menumpuk. Namun, ada kebebasan yang datang setelah perjuangan panjang: liburan. Para siswa akhirnya bisa merasakan kebebasan setelah menanggung beban selama berbulan-bulan.
Baca Juga : Menggali Asal Usul dan Filosofi di Balik 'Menyala Abangku'
Mereka menantikan waktu istirahat, menggambarkan kontras yang jelas antara tekanan belajar dan kegembiraan setelah melewati ujian yang panjang.
Tentu, mereka semua menyadari bahwa hari-hari penuh tantangan ini akan kembali datang, tetapi untuk saat ini, mereka menikmati masa libur dengan hati yang lega.
Namun, meskipun kebebasan sementara ini terasa melegakan, mereka tahu bahwa perjuangan itu takkan berakhir begitu saja. Liburan hanyalah jeda, sementara dunia sekolah tetap menanti dengan tugas dan ujian yang tak akan habis.
Setiap siswa yang meninggalkan sekolah untuk berlibur, meskipun dengan senyuman, tetap membawa beban yang tak terlihat—sebuah kesadaran bahwa tantangan baru akan segera datang dan mereka harus siap menghadapinya.
Sekolah adalah tempat di mana ketegangan dan kebebasan bergantian silih berganti, membentuk karakter dan membangun pengalaman hidup yang berharga.
Dalam perjalanan ini, para siswa belajar lebih dari sekadar pelajaran di dalam buku, tetapi juga pelajaran tentang ketahanan, tekad, dan bagaimana menghadapi tantangan yang datang dengan kepala tegak.
Dunia sekolah mungkin penuh dengan aturan dan ujian, tetapi juga penuh dengan kenangan yang akan dikenang sepanjang hidup.
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1Lhokseumawe
0 Komentar