Sumber; Dokumen Pribadi
Oleh : Fani Julia Azahra
“Harapan?” mungkin bagi sebagian orang harapan merupakan suatu hal yang penting, mereka mengusahakan apa yang seharus nya di usahakan agar harapan nya terwujud.
Di usia yang menginjak 14 atau 15 tahun ketika sudah beranjak dari anak-anak ke remaja tentu nya mereka memiliki harapan yang masih belum jauh-jauh dari mendapat juara kelas.
Menang perlombaan,atau diterima di SMA tujuan mereka sama seperti remaja pada umumnya Luna juga memiliki harapan, tetapi ada beberapa harapan Luna yang sedikit berbeda dari remaja lain nya. Ini tentang Luna dan 8 harapan nya.
Luna Azahra adalah gadis yang terlahir dari keluarga sederhana gadis yang selalu menunjukkan senyum manisnya.
Jika dilihat dari sudut pandang orang lain kehidupan Luna bisa di bilang nyaris sempurna. Seperti yang mereka lihat Luna adalah gadis pintar sudah banyak prestasi yang di raih, bahkan Luna selalu masuk juara 3 besar di kelas namun belum pernah masuk 3 besar juara umum.
Menjadi murid kesayangan guru karena kesopanan dan keramahan nya membuat murid-murid lain sedikit iri pada nya.
Gadis baik dan ramah yang selalu memikirkan dan mengutamakan perasaan orang lain, entah apa yang Ia pikirkan menurut nya perasaan orang lain lebih penting bagi nya.
“Keluarga?” Luna memiliki keluarga yang cukup harmonis jika dari pandangan orang lain, namun sebenarnya itu tidak sesempurna yang mereka bayangkan Luna sudah terbiasa dengan kurang nya perhatian dari kedua orang tuanya sejak usia nya masih kecil tetapi itu tidak membuat Ia membenci orang tua nya.
Luna hanya merasa kurang di perhatikan atas hal-hal kecil yang padahal menurut nya sangat penting, terutama oleh Papa nya.
Kedua orang tua nya selalu peduli pada nya ketika Ia mengatakan apa yang Ia butuhkan, sebenarnya Luna juga bersyukur orang tua nya masih peduli pada nya.
Luna akan takut dan membenci orang tua nya ketika mereka sama sekali tidak mempedulikan atau tidak ingin tahu sama sekali tentang hari-hari Luna jadi lebih baik mereka kurang memperhatikan nya.
Matahari siang begitu terik memancarkan cahaya nya. Bising nya suara kendaraan membuat suasana siang ini semakin buruk. Ini sudah jam pulang sekolah seorang remaja laki-laki sedang memperhatikan gerak -gerik seorang gadis di halte bus yang dari tadi sedang mengobrak abrik tas nya sepertinya sedang mencari sesuatu.
Lalu bus sudah datang menjemput membuat nya panik dan buru-buru memasukkan barang-barang yang ia keluarkan tadi ke dalam tas nya. Karena terburu-buru ia lupa memasukkan salah satu buku nya.
Gadis itu tidak sadar Ia langsung berlari dan menaiki bus. Remaja itu mendatangi dan mengambil sebuah buku yang ukuran nya sedang, bewarna biru dan bergambar kupu-kupu.
Remaja itu tertarik pada halamanan yang sudah di tandai dengan sticky note bewarna biru “Maaf aku lancang membukanya, aku izin membaca halaman ini.” kemudian Ia membaca buku itu di halaman tersebut tertulis “Harapan ku di tahun ini, ucapan selamat dari Papa,
Hadiah juara kelas, jalan jalan liburan semester, kejutan ulang tahun, masuk 3 besar juara umum, di terima di SMAN 1 Bandung, buket bunga perpisahan dan bersepeda sambil hujan-hujanan.” Remaja itu terkekeh ketika membaca harapan terakhir kemudian dia membuka halaman paling depan berharap ada nama pemilik buku ini. Yap sesuai harapan di halaman depan tertulis dengan jelas nama pemilik buku ini “Luna Azahra”
Sesampainya di rumah, Luna membuka tas nya hendak mengambil buku harian nya , namun muka nya berubah panik seketika karena buku yang di carinya tidak ada Ia mengeluarkan semua isi tas nya membuat barang-barang nya berceceran di lantai “Ya ampun kenapa buku ku tidak ada?
Apakah aku meninggalkan nya, tapi dimana?” Luna terus mencoba mengingat di mana ia meninggalkan buku harian nya “Ah aku baru ingat tadi aku mengeluarkan nya di halte bus, gawat jika buku itu memang ketinggalan di sana” Luna sangat khawatir jika bukunya di ambil orang atau entah hilang kemana bagi nya buku itu sangatlah berharga.
Mentari pagi menyinari ibu kota dengan terangnya, angin pagi menyapa dengan mengelus lembut kulit. Luna turun dari bus sekolah dengan terburu-buru ia berlari ke tempat kemarin Ia duduk berharap menemukan buku nya yang tertinggal kemarin.
Ketika sedang mencari bukunya kemudian seseorang memegang pundak nya dari belakang. Luna kaget dan langsung berbalik ke belakang “Kamu mencari sesuatu?” remaja itu bertanya karena tidak sengaja melihat Luna seperti sedang mencari sesuatu yang berharga.
Luna duduk dan menghela napas “Awal nya aku memang mencari sesuatu, kemarin aku tidak sadar meninggalkan buku harian ku di sini aku mencoba mencarinya tapi sekarang buku ku benar-benar hilang.” Luna berkata dengan kecewa. Ini merupakan masalah bagi Luna karena hampir setahun ini Luna terus mencurahkan isi hati nya di buku harian itu.
“Apa kamu sekolah di sini?” Luna bertanya karena sepertinya Ia tidak pernah melihat lelaki ini di sekolah nya. “Ah iya perkenalkan nama ku Alvaro Riandy aku murid pindahan dari Jakarata” Alvaro memberikan tangan nya untuk bersalaman. “Ouh baiklah aku Luna Azahra kamu bisa panggil aku Luna.” Luna berkata dan menjabat tangan Alvaro.
Kring…kring…kring… bel berbunyi menandakan waktu nya kami masuk ke kelas masing-masing. Setelah selesai berdo’a kemudian bu Siti selaku wali kelas IX-5 masuk bersama anak baru “Baiklah anak-anak hari ini kalian kedatangan teman baru, ayo nak silahkan perkenalkan diri” ucap bu Siti kepada anak baru
“Baiklah, halo teman-teman perkenalkan nama saya Alvaro Riandy kalian bisa panggil Al saja” kemudian Bu Siti mempersilahkan Al untuk duduk di meja belakang Luna bersama Dimas. “hay Luna ternyata aku sekelas dengan mu.” ucap nya lalu Luna tersenyum dan mengacungkan jempol nya membuat Alvaro terkekeh.
Berbulan-bulan berlalu kedekatan Luna dan Alvaro pun sudah sangat dekat mereka menjadi teman baik, dan tidak lama lagi mereka akan melaksanakan ujian semester.”Luna, ku dengar dari Dimas kamu selalu masuk 3 besar juara kelas?” Luna hanya menjawab dengan anggukan kepala “Ada apa kenapa muka mu seperti tidak suka?” Alvaro bertanya karena heran dengan ekspresi Luna.
“Tidak ada yang istimewa menurutku maksudnya bukannya aku tidak bersyukur tetapi ketika aku mendpatkan juara Papa selalu biasa saja jika kamu ingin tahu salah satu harapan ku di buku itu adalah Papa mengucapkan selamat kepada ku untuk prestasi yang ku raih.”
“Wah hari ini mendung seperti nya cuaca berpihak pada kita hari ini untuk hari terkhir ujian ini aku memang mengharap kan cuaca yang damai seperti ini tidak terlalu panas juga tidak hujan.” Luna hanya melihat ke langit dan enggan menjawab Alvaro yang dari tadi sudah mengoceh. “Hey! ayolah Luna sudah seminggu terakhir sejak saat itu kamu terus mencuekkan ku, ini benar-benar membuat ku prustasi rasa nya” Keadaan lengang sejenak kemudian Luna menjawab
“Entahlah, sejak membahas juara kelas rasa nya mood ku sangat jelek aku merasa seperti tidak bersemangat, orang-orang pasti berpikir dengan aku mendapat juara kelas orang tua ku akan sangat membangga-banggakan anak nya ini walaupun sebenarnya itu hanya berlaku pada Mama tidak dengan Papa” Luna semakin tidak bersemangat karena membahas ini “Aku tidak suka melihat mu begini selalu murung, minggu depan sudah mulai libur aku akan mengajak mu bermain hitung-hitung sebagai jalan-jalan liburan semester kita” Luna hanya menanggapi dengan anggukan.
Hari ini satu minggu setelah ujian semester selesai tibalah hari pembagian raport dan pengumuman juara kelas. “Luna Azahra” panggil bu Siti kemudian mama Luna langsung duduk ke depan. “Sebenarnya nilai Luna sudah termasuk sangat bagus namun sayang nya peringkat satunya tergeser oleh Alvaro anak pindahan itu, tetapi tidak apa peringkat nya hanya bergeser ke pringkat dua itu tidak terlalu buruk” ucap bu Siti dengan senyum ramah nya.
“Baiklah terimakasih bu saya harap juga Luna bisa lebih fokus ke pembelanjaran nya sekali lagi terimakasih banyak bu” kemudian mama Luna kembali menghampiri Luna
Luna memang sudah tidak enak perasaan ketika melihat ekspresi mama nya yang tidak seperti biasa “Tidak apa kali ini kamu dapat peringkat dua semoga kedepannya kembali mendapat peringkat satu” Luna mengangguk dan tersenyum lesu menaggapi perkataan mama nya.
Dari awal memeang Luna sudah tidak berharap lebih pada hasil ujian semester kali ini. Mood Luna sekarang benar-benar jelek bahkan dia tidak ingin bicara dengan Alvaro bukan karena ia marah Alvaro merebut peringkat nya tetapi mood nya memang benar-benar jelek.
Seperti biasa Papa Luna tidak mengucapkan selamat atau mengatakan apapun untuk menyemangati nya. Luna sudah cukup terbiasa dengan ini semua walaupun sebenarnya secara tidak langsung kedua orang tua Luna menaruh harapan besar pada nya tanpa ada perhatian lebih pada perkembangan nya.
Sebenarnya Luna tidak begitu suka dengan liburan ini karena pasti nya saat masuk sekolah nanti bu guru meminta menceritakan sedikit pengalaman liburan ini.
Teman-teman Luna selalu menceritakan liburannya dengan gembira menurut Luna itu sangat lah menyebalkan. Ketika bu guru meminta Luna untuk menceritakan sedikit pengalaman liburan nya itu benar-benar harus membuat nya meraikai sedikit cerita yang tidak kalah seru nya seperti teman-teman. Hal ini lah yang membuat orang-orang beranggapan hidup nya nyaris sempurna.
Alvaro datang ke rumah Luna untuk menjemput nya “Pagi tante! Luna nya ada?” sapa Alvaro kepada Mama Luna kemudian menyalam mama nya. “Pagi Al, Luna nya di dalam kamu langsung masuk saja” ucap Mama Luna sambil tersenyum ramah. Alvaro sudah di dalam rumah Luna dan melihat Luna sedang sarapan sambil menonton kartun kuda pony membuat Alvaro terkekeh.
“Luna apa kamu akan menghabiskan waktu liburan mu hanya dengan kuda pony itu?” Luna kaget karena tiba-tiba Alvaro berkata seperti itu. Alvaro tertawa melihat ekspresi Luna yang kaget begitu “Ya ampun kenapa kamu datang tidak bilang-bilang dulu Al? bikin kaget saja” Luna kembali fokus dengan kartun nya “Seingat ku aku sudah mengatakan saat ujian terkhir waktu itu, sekarang cepat siap-siap aku akan menunggu mu 10 menit.
Hari ini langit sedikit berawan, sinar matahari tidak begitu terik bisa di bilang hari ini cuaca sedikit mendung, kicauan burung menyapa orang-orang di sekitar taman, hembusan angin menyapa kulit dengan lembut nya.
Sekarang Alvaro sedang mengajak Luna ke taman mereka duduk di bawah pohon besar, Alvaro membelikan semangkuk ice krim coklat untuk Luna. Mereka sedang memeperhatikan anak-anak yang sedang bermain sepeda sambil tertawa.
“Wah melihat mereka aku jadi teringat sesuatu dan ingin sekali bermain sepeda” ucap Luna sambil terkekeh, Alvaro hanya memperhatikan nya. Kemudian pandangan Luna teralihkan kepada seorang anak perempuan yang menunjukkan hasil gambar nya pada sang ayah “Al apa kamu tahu bagaimana perasaanya ketika kamu berhasil melakukan sesuatu kemudian ayah mu mengatakan, wah anak ayah hebat ?”
Alvaro sedikit kebingungan karena Luna tiba-tiba menayakan hal seperti itu. “Entah lah Luna yang pasti sekarang kita sedang liburan jadi kita harus bersenang-senang tanpa memikirkan hal-hal selain bersenang-senang” Alvaro membawa Luna ke tempat lain agar suasana hati nya lebih baik.
Setelah memebawa Luna ke tempat bermain wahana, menonton bioskop, dan makan siang, Alvaro mengajak Luna ke pantai yang menurut nya tempat paling bagus untuk menikmati sore ini. Suara ombak laut begitu khas terdengar di telinga juga angin laut yang menerpa wajah membuat Luna tersenyum manis, tanpa sadar ternyata Alvaro terus memperhatikan Luna dan terkekeh melihat nya.
Mereka duduk di piggir pantai. Luna memejamkan mata nya mencoba menikmati angin laut yang begitu nikmat, menurut nya ini sangat menyenangkan. “Apa kamu tidak marah karena aku mengambil peringkat satu mu di kelas?” Luna sedikit kaget mendengar Alvaro yang tiba-tiba bertanya begitu.
Luna terkekeh dan memalingkan wajah nya ke arah Alvaro “Aku tidak pernah marah pada siapa saja yang akan merebut peringkat satu dari ku lagipun kamu tahu aku tidak begitu mengharapkan peringkat itu lagi, sampai sekarang aku masih terus bertanya-tanya bagaimana rasanya perkembangan kita selalu diperhatikan oleh sang Ayah”
Alvaro terdiam mendengar pernyataan dari Luna menurut nya sebenarnya kehidupan Luna tidaklah nyaris sempurna seperti yang orang-orang bayangkan.
“Luna apa harapan mu di tahun ini?” Luna tersenyum dan memalingkan lagi wajah nya ke depan sambil memejamkan mata “Mengapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu?”
Alvaro menjawab “Entah apa yang kamu pikirkan seharus nya remaja seusia kita seperti ini paling sering nya berharap agar mendapat juara kelas, tetapi kamu malah biasa saja ketika posisi mu di peringkat satu tergeserkan.”
Alvaro masih bingung dengan pola pikir Luna yang sangat sulit di mengerti. Luna tersenyum “Sebenarnya ada beberapa harapan yang kutuliskan di buku harian ku, aku juga berusaha bagaimana cara nya agar harapan ku terwujud, namun buku itu hilang membuatku sadar bahwa seperti nya aku tidak perlu bersusah payah agar harapan ku terwujud karena sepertinya itu akan sangat mustahil.” Ekpresi Luna berubah menjadi sedih setelah mengatakan itu.
“Maaf jika aku merusak suasana hati mu.” Ucap Alvaro merasa bersalah karena melihat ekspresi Luna yang berubah drastis. “Ayo ada satu hal lagi yang aku yakin akan mengembalikan mood mu menjadi lebih baik.
Alvaro membawa Luna ke rumah ya lalu ia mengeluarkan sepasang sepeda dari garasi nya. Luna terdiam melihat Alvaro sudah menaiki salah satu sepeda bewarna hitam itu. “Tunggu apa lagi? Apa kamu tidak mau berjalan-jalan dengan sepeda?”
Luna menganggguk dan menaiki sepeda satu nya lagi yang bewarna biru tua. “Apa sepeda itu cocok dengan mu? Itu sepeda kakak ku” Luna mengangguk dan tersenyum manis. Sudah sekitar satu jam mereka menaiki sepeda mengelilingi komplek dengan langit yang sudah mulai sangat mendung dan gerimis mulai turun membasahi kawasan komplek.
”Ayo kembali ini sudah mulai turun hujan takut nya nanti semakin deras” Luna menggeleng “Ayo bermain hujan sebentar seperti nya akan menyenangkan dan melengkapi seluruh kegiatan kita hari ini”. Alvaro diam sejenak dan “baiklah, sebentar saja nanti kamu bisa sakit kalau lama-lama” Alvaro mengiyakan membuat Luna tersenyum lebar dan mulai mengayuh sepeda mengelilingi komplek sekali lagi.
Luna mendahului Alvaro “Al apa kamu tau sebenarnya aku tidak suka dengan liburan ini” Alvaro terlihat bingung sekali lagi karena pernyataan Luna. “Kenapa kamu tidak suka?” Luna memelankan mengayuh sepeda nya agar bisa beriringan dengan Alvaro
“Kamu tau Al ketika kembali masuk sekolah bu guru pasti meminta kita untuk menceritakan sedikit pengalaman liburan kita dan itu sangat menyebalkan menurutku, itu karena aku selalu menghabiskan waktu liburan ku tidak jauh-jauh dari yang kamu lihat tadi,
Papa jarang ada waktu libur karena seminggu hanya ada sehari waktu libur” Alvaro hanya diam mendengarkan jawaban dari Luna “Tetapi sekarang aku benar-benar senang jika bu guru meminta menceritakan sedikit tapi aku akan menceritakan banyak akan ku ceritakan tentang hari ini tanpa terlewatkan sedikit pun”
Luna tersesyum manis setelah mengatakan itu kemudian mengayuh sepedanya kembali mendahului Alvaro. Tanpa sadar ternyata Alvaro juga tersenyum sambil terus memperhatikan Luna yang sedang bersepeda di bawah derasnya hujan hari ini.
Sudah dua minggu berlalu sejak hari itu kini Luna sudah kembali bersekolah seperti biasanya. Sekarang Luna dan Alvaro sedang makan siang di kantin “Luna apa harapan mu selain yang kamu katakan sebelumnya?”. Luna berhenti menyendok nasi gorengnya dan berpaling menatap Alvaro “Kali ini apa yang membuat mu tertarik dengan harapan ku?”.
“Entahlah aku hanya ingin memastikan apa ada harapan mu yang normal seperti remaja lainnya” Luna terkekeh mendengar jawaban Alvaro. “Tentunya aku juga memiliki harapan seperti yang kamu pikirkan, aku ingin masuk 3 besar juara umum dan di terima di SMAN 1 Bandung seperti yang kamu tahu SMANSA adalah sekolah terfavorit di sini.” Luna kembali menyendokkan nasi goreng ke mulut nya, Alvaro mengangguk “aku akan membantu mu” Luna juga mengangguk menanggapi ucapan Alvaro.
Hari demi hari berlalu, bulan demi bulan berlalu hingga hanya tinggal beberapa hari lagi untuk ujian kelulusan. Selama itu Alvaro sangat membantu Luna dalam proses belajarnya dia selalu menemani Luna setiap akhir minggu untuk mengulang pelajaran dan membantu Luna menyelesaikan pelajaran yang tidak di mengerti Alvaro akan terus menjelaskan hingga Luna benar-benar mengerti terutama untuk pelajaran fisika Luna sering sekali kebingungan untuk mengerti pelajaran itu.
“Anak-anak minggu depan kalian akan melaksanakan ujian kelulusan dan ibu harap kalian sudah mempersiapkan diri dengan baik.” Setelah mengatakan itu kemudian bu Siti pamit mengikuti rapat untuk acara perpisahan nanti. “Aku yakin kali ini kamu lah yang akan mendapat juara umum itu” Alvaro duduk di samping Luna kemudian memberi sebuah permen, Luna mengambil permen nya
“Kemarin aku memang kurang peduli dengan peringkat kelas tapi kali ini aku akan berusaha sebaik mungkin untuk 3 besar juara umum” Alvaro mengangguk dan tersenyum hangat mendengar perkataan Luna barusan. Ini yang Alvaro harapkan dari Luna semangat nya untuk meraih harapan yang sebelumnya hamper Ia lupakan.
Kring…kring…kring.. bel tanda pulang sekolah telah berbunyi hari ini adalah hari terakhir kami mengikuti ujian kelulusan setelah hari ini pikiran kami akan tenang dan damai tanpa memikirkan soal-soal apa yang akan keluar pada ujian nanti dan hanya perlu menunggu kapan hasil ujian nya akan keluar.
Sebelum pulang kami di kumpulkan untuk mendengarkan pengumuman tentang acara perpisahan “Baiklah anak-anak tanpa berlama-lama ibu akan langsung mengumumkan tentang acara perpisahan, Acara nya akan kita adakan pada hari kamis tanggal 8 Desember 2022, Kalian dapat mengenakan dresscode yang telah kalian sepakati perkelas. Sekian ibu ucapkan terimakasih atas perhatiannya.
” Luna tersenyum ketika mendengar tanggal acara nya kemudian Alvaro menghampiri Luna “Wah bukannya itu satu hari setelah pengumuman kelulusan mu di SMAN 1” Luna pikir Alvaro akan mengatakan sesuatu yang sepemikiran dengan nya, terkadang memang tidak baik terlalu berharap.
Sebenarnya 8 Desember nanti juga adalah hari ulang tahun Luna yang ke-16 tahun. Luna pikir Alvaro mengingat nya tapi sepertinya Luna salah Alvaro malah seperti tidak tahu apa-apa, baiklah Luna tidak akan terlalu berharap lebih untuk ulang tahun nya.
Gelapnya malam menyelimuti kota, lampu warna warni berkelap-kelip menerangi ibu kota. Angin malam ini begitu sejuk menusuk kulit, cuaca terlihat seperti akan turun hujan. Seorang gadis tengah duduk di meja belajarnya sambil menghadap ke arah jendela sambil menompang dagu Ia terus memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya, gadis itu adalah Luna.
Luna sedang melamun dari tadi ia terus memikirkan tentang pengumuman kelulusan SMAN 1 Bandung yang akan keluar pada pukul 00.00 sekarang sudah pukul 23.50 itu artinya Luna hanya perlu menunggu sekitar 10 menit lagi.
“Mama.. Papa..” Luna berteriak dari kamar nya sambil menuruni anak tangga dengan terburu-buru untuk menemui kedua orang tua nya. “Ada apa Luna mengapa kamu berteriak begitu? Apa ada sesuatu” Mama bertanya dengan lembut kemudian Luna mengangkat layar ponsel nya dan menunjukkan pada mama dan papa
“Selamat kamu di terima di SMAN 1 Bandung / Lulus” Mama menunjukkan ekspresi sangat bahagia kemudian papa bangun dari kursinya dan memeluk Luna “Alhamdulillah, selamat Luna papa bangga pada mu” seperti mimpi tiba-tiba Luna terdiam di tempat dan menangis karena perlakuan papa nya yang sungguh tidak biasa. Momen ini sungguh benar-benar Luna harapkan sudah dari Ia kecil dulu.
Kamis,8 Desember 2022 tibalah dimana hari acara perpisahan bagi siswa/I SMPN 5 Bandung, Luna sudah selesai bersiap-siap dengan mengenakan dress batik bewarna coksu di padukan dengan tas dan high heels bewarna putih, rambutnya ia biarkan terurai dengan sedikit di catok pada bagian bawah dan sedikit make up tipis.
Hari ini Luna di antar oleh papa nya Ia yang memintanya dan langsung di iyakan oleh papa nya. Luna sampai lebih awal sedikit sekarang pukul 07.10 dan acara akan di mulai pada pukul 07.30 sudah sekitar 10 menit Luna duduk di pos depan namun Ia belum melihat Alvaro entah dimana lelaki itu sekarang Luna terus menunggu nya bahkan sekarang acara sudah di mulai tapi batang hidung Alvaro belum juga kelihatan itu membuat Luna sedikit khawatir karena Alvaro juga tidak mengangkat telpon nya.
“Sebelum acara puncaknya saya akan mengumumkan terlebih dahulu 3 besar juara umum kita tahun ini” ucap bu Rahma yang membuat Luna dan beberapa murid lain nya sedikit bingung. Seharus nya pengumuman juara umum itu termasuk acara puncak dan di umumkan di akhir acara.
“Baiklah juara 3 di raih oleh… Cut Amanda” suara riuh tepuk tangan memenuhi lapangan sekolah. “Juara 2 di raih oleh… Raja Ardiansyah” banyak orang terkejut mendengar Raja mendapat Juara dua karena sudah 2 tahun berturut-turut dial ah si pemegang juara 1 umum, jujur saja sebenarnya Luna sedikit iri pada nya. “Dan juara 1 di raih oleh…” telapak tangan Luna sudah sangat dingin jantung nya berdegup kencang di tambah tidak ada Alvaro di samping nya dan itu membuat Luna sedikit kecewa.
“Luna Azahra” di tengah Lamunan nya tiba-tiba riuhnya tepuk tangan dan sorakan murid-murid lain membuat nya terkejut Luna masih berpikir apakah dia salah dengar atau bu Rahma salah memanggil nama. “Kepada anak-anak ibu yang di panggil tadi tolong ke panggung nak kita akan membagikan piagam dan hadiah kepada 3 besar juara umum.” Ternyata Luna benar Ia tidak salah dengar ataupun buRahma yang salah sebut nama. Sekarang Luna sudah di panggung dengan medali di leher nya serta piagam dan piala di tangan nya.
Tiba-tiba barisan di depan panggung terbuka menjadi dua bagian membuat Luna bingung, tapi Ia tidak memikirkan banyak hal mood nya sudah kurang bagus karena sampai sekarang Alvaro masih belum terlihat. “Luna ada yang ingin kamu katakana?”
Bu Rahma memberikan mic kepada Luna “Pertama sekali terimaksih banyak untuk guru-guru dan teman-teman yang sudah meng support saya dan terimaksih saya terutama kepada Alvaro yang sudah membantu banyak walaupun sedikit kecewa karena tidak datang bahkan sampai sekarang batang hidung nya pun belum kelihatan” murid-murid lain tertawa mendengar ucapan Luna yang terakhir.
“Siapa bilang aku tidak datang? Dari tadi aku sudah memperhatiakan mu bahkan aku lebih duluan sampai dari kamu Luna” Tiba-tiba Alvano datang berjalan di tempat yang sudah dikosongkan tadi, Alvaro tampak rapi dan gagah dengan mengenakan kemeja batik coksu lengan panjang yang di lipat berpadu dengan jeans hitam dan sepatu sneakers putih.
Alvaro membawa buket mawar di tangan kanan nya dan paperbag di tangan kiri nya “Selamat atas juara umum mu”. Alvaro tersenyum hangat pada Luna ketika Ia sudah berdiri di depan panggung, kemudian sorakan dan tepuk tangan kembali terdengar riuh memenuhi lapangan sekolah. Setelah berfoto-foto Alvaro memberikan buket mawar itu kepada Luna
“ Selamat ulang tahun Luna dan Maaf aku tidak bisa mewujudkan harapan mu yang pertama” Alvaro mengeluarkan sebuah buku berukuran sedang bewarna biru dengan gambar kupu-kupu. Luna terdiam dan menatap tak percaya ke arah Alvaro. “Maaf aku tidak langsung mengembalikan buku mu” ucap Alvaro sambil menggaruk tengkuk nya yang tak gatal dan sedikit cengengesan.
“Aku harap kamu hanya membaca bagian harapan ku saja Al.” Luna mengambil buku dan paperbag itu dari Alvaro. “Awal nya niat ku memang begitu tapi-“ Belum sempat Alvaro menjawab nya Luna sudah memotong nya “Jangan bilang kamu sudah membaca semua nya Al” Alvaro kembali cengengesan “Maaf aku lancang-“ Luna kembali memotong ucapan Alvaro “Terimaksih Al kamu sudah mewujudkan semua harapan ku di tahun ini bahkan harapan yang dari dulu belum terwujudkan” Alvaro sedikit bingung mendengar pernyataan itu.
Luna terkekeh “Iya kamu sudah membantu ku mewujudkan semua nya aku di terima di SMAN 1 Bandung dan kamu tau respon papa? Papa memeluk ku bahkan papa bilang papa bangga, Al” keadaan lengang sejenak sampai Alvaro mengelus pucuk kepala Luna
“Aku juga bangga pada mu Luna” Alvaro kembali tersenyum, entah lah menurut Luna ini yang paling Ia sukai dari Alvaro. Senyuman hangat yang mampu membuat nya bahagia mulai sekarang.
“Aku kira kamu melupakan hari ulang tahun ku Al” Alvaro terkekeh karena ekspresi yang Luna tunjukkan. “Mana mungkin aku melupakannya Luna, beberapa hari terakhir ini aku terus mengingat nya bahkan aku terus memikirkan cara agar kamu senang dengan kejutan yang ku buat”. Luna tersenyum manis mendengar pernyataan Alvaro.
Sekarang Luna percaya berharaplah sesuka dan sepuas hati mu jangan pernah menganggap bahwa tidak ada cara untuk mewujudkannya atau berpikir sangat mustahil untuk mewujudkan nya. Mulailah lebih jujur dan terbuka pada diri sendiri jangan hanya mementingkan atau mengutamakan perasaan orang lain, namun jika tidak bisa selalu cobalah sesekali lebih mengutamakan perasaan mu.
Jangan putus asa jika kamu pernah gagal karena sungguh dari kegagalan itulah kamu akan menuju sukses. Percayalah pada diri mu, percaya pada potensi mu dan cobalah untuk lebih terbuka kepada orang tua mu bisa jadi dengan dukungan mereka orang tersayang yang selalu ada di samping mu kamu akan menjadi seorang yang lebih baik.
----End----
Penulis adalah Siswa Kelas XII Unggul SMA Negeri 1 Lhokseumawe
0 Komentar