Sumber Gambar: Dreamina.capcut.com
Muklis Puna
Sejak matahari
begeser di garis edar
Hampir setiap hari di paruh malam
Engkau buka kelopak mataku di antara resah
Seolah ada palu yang menumbuk rongga dada
Ada sesuatu yang meronta - ronta mengenang masa
Hampir setiap hari di paruh malam
Engkau buka kelopak mataku di antara resah
Seolah ada palu yang menumbuk rongga dada
Ada sesuatu yang meronta - ronta mengenang masa
Baca juga: Membaca Hujan
Beban rasa itu
masih saja menggantung di pikiran
Ketika debu- debu terus dihembus badai
Pelan-pelan datang, kini menggumpal dalam darah
Menghadang aliran rasa dalam aorta
Ketika debu- debu terus dihembus badai
Pelan-pelan datang, kini menggumpal dalam darah
Menghadang aliran rasa dalam aorta
Malam terus
turun menemui pagi
Aku masih terhimpit di ruang sepi
Batin terjepit di antara dua warna
Pad warna hitam Aku meradang
Pada warna putih Aku menghiba
Aku masih terhimpit di ruang sepi
Batin terjepit di antara dua warna
Pad warna hitam Aku meradang
Pada warna putih Aku menghiba
Baca Juga: Menabur Angin
Terlalu jauh
sudah jalan yang kutempuh
Genggaman tangan tidak satupun mengurat suka
Saban hari kutulis kisah dengan tinta merah
Kadang senang melipat cerita
Kadang duka bergelimang noda
Genggaman tangan tidak satupun mengurat suka
Saban hari kutulis kisah dengan tinta merah
Kadang senang melipat cerita
Kadang duka bergelimang noda
Ah…
Terlalu lama Engkau biarkan
Aku bersenandung dalam dutka
Pada sepertiga malam mengambang
Aku menghamba pada -Mu Ya Allah
Lhokseumawe, Desember 2024
Terlalu lama Engkau biarkan
Aku bersenandung dalam dutka
Pada sepertiga malam mengambang
Aku menghamba pada -Mu Ya Allah
0 Komentar