Membaca Hujan

Membaca Hujan

 

                                                                        Sumber: Dreamina.capcut.com

Muklis Puna

Rinai, renyah, lebat menyemai  di angkasa
Pelan -pelan turun lewat lambaian petir mengemuruh
Bersama puting beliung  menukik ke bumi diapit sayap-sayap belati
Sungai mulai lelah terkulai tak mampu menahan beban di pundak

Menyerah…
Tak kuasa mengantarnya sampai ke telaga
Kemudian diludahnya beban  di atas  meja kehidupan
Dia memikul rumah-rumah rapuh yang melepuh
karena busuran api selama musim kemarau


Puing - puing tanggul berterbangan bagai kupu-kupu
Bercampur lumpur dan pohon ranum yang tercerabut  
Bocah -bocah lugu tertawa riang
 
Dulu Dia membelai bumi  sekali dalam semasa
Setelah itu, jadi cerita pengantar tidur pada wajah polos sebelum mendengkur
Menjadi tanda  lahir,  ketika mereka bercakap-cakap
Bahkan jadi legenda asal mula sebuah tempat

Kini...
Dia datang hampir setiap mata   terpejam
Bukankah  Mikail sudah menakar setiap embun yang ditumpahkan di pucuk-pucuk daun
Menyusur dan sungsang melewati sungai  yang deras  lalu merapat ke  telaga  
Tetapi mengapa tempayan ini sering kepenuhan seriring jarum jam berlalu.
 
Baca juga :Menabur Angin

Aku  bingung menyasar jawab
Semua terpaku bisu
Tiba -tiba aku terperosok pada lubang waktu
Yang belum diracuni oleh teori  geografi dan fisika  
Inilah tanda yang ada dalam kalam- Nya
Empat belas abad silam

 

Lhokseumawe,  Desember 2024

 

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar