Perbandingan Itu Menyakitkan

Perbandingan Itu Menyakitkan

       SSumber: Dreamina.capcut.com  

 Oleh: Sity Aisyura Balia 

Di sebuah pemukiman yang jauh dari hiruk pikuknya kota, terdapat gadis cantik dan anggun yang masih bekerja keras, meskipun jam telah menunjukkan pukul 10.00 malam. Seolah-olah gadis itu melupakan kegiatan kuliah di esok hari.

Sea Arabella namanya, Ia masih sibuk dengan kegiatan cuci piring di kedai rumah makan. Kemudian datanglah seorang teman Sea yang bernama Athena Althaia yang menghampirinya. Namun, Sea sendiri seolah tidak memperhatikan kehadiran Athena tersebut.

“Sea, sebaiknya kamu pulang dan istirahat di rumah, biar aku yang menggantikan pekerjaanmu. Besok kamu harus pergi kuliah, kan?” Ujar Athena yang tengah berdiri di samping Sea.

“Tidak apa-apa, ini kan sudah menjadi tanggung jawabku. Kamu tenang saja, mencuci piring adalah keahlianku.” Jawab Sea disertai dengan kekehan kecil.

“Aish, di bilangin juga. Kamu harus jaga kesehatan dan istirahat yang cukup, kamu nggak kasihan sama ibumu yang di rumah sendirian?” Tanya Athena dengan raut wajah kesal dan khawatir.

Sea pun tersenyum tipis, lantas ia menjawab “Hmm, aku akan pulang setelah pekerjaanku selesai.”

Baca Juga: Arti.dari Namanya

Athena berdecak pelan dengan jawaban temannya itu, ia pun pergi dari dapur dan menuju ke depan kedai sambil menunggu Sea yang sedang menyelesaikan pekerjaannya. 

Menikmati angin semilir di malam hari, membuat Athena hanyut dalam lamuannya, ia tengah memikirkan kehidupan yang dijalani oleh temannya itu. Sea adalah anak terakhir dari dua bersaudara, ia hidup bersama ibunya sedangkan kakak perempuannya telah berkeluarga. 

Athena tidak begitu dekat dengan Sea, ia hanya mendengarkan sekilas tentang kehidupan temannya itu, yang mana Sea sangat dekat dengan ibunya. Hal itu membuat hati kecil Athena tercubit, terkadang ia iri terhadap Sea, ia punya ibu yang sayang padanya, perhatian dan selalu menjadi tempat keluh kesah. Sementara dirinya, ia hanya bisa mencurahkan hatinya kepada sang pencipta.

Athena sangat menyukai suasana malam hari, banyak bintang yang bersinar dan di temani oleh sang rembulan. “sungguh indah sekali mereka.” Pikir Athena. 

Dari jarak yang jauh, Sea tengah melihat temannya itu sedang melihat ke arah langit, ia pun mengikuti arah pandang Athena. Dan benar saja, temannya sedang bercurhat dengan sang bintang dan rembulan. Lantas, langkah kedua kaki Sea membawa ke tempat di mana Athena sedang menikmati udara malam hari.

“Apa yang sedang Kamu pikirkan?” Tanya Sea

Athena pun sedikit terkejut atas kedatangan temannya yang seperti makhluk halus, ia pun menjawab “Aku sedang merenungi kehidupanku. Sejujurnya aku iri padamu, kamu bisa dekat dengan ibumu, berkeluh kesah pada beliau. Sedangkan Aku, dari kecil Aku hidup bersama nenekku, kemudian orang tuaku membawaku untuk hidup bersama pada usia 7 tahun. 

Baca  Juga: Hutan Lavender

Aku pikir setelah aku tinggal bersama kedua orang tuaku, aku akan mendapatkan kasih sayang dan bisa dekat dengan ibuku. Ternyata aku salah, orang tuaku sibuk bekerja dan aku tidak punya banyak waktu bersamanya.”

Sea menghela nafas pelan, “Athena, apa yang kamu irikan pada kehidupanku? Justru, aku yang seharusnya iri terhadapmu. Kamu bekerja untuk dirimu sendiri, sedangkan aku punya tanggung jawab untuk ibuku.” Ujarnya.

“Tapi, kamu enak punya ibu yang sayang padamu.” Balas Athena yang masih kekeuh dengan pendapatnya. 

“Apa yang kamu tahu tentang kehidupanku? Kamu hanya tahu berdasarkan cerita orang-orang, Athena. Kamu tidak tahu apa yang aku alami sebenarnya. Kamu tahu? Ibuku selalu menuntut aku supaya lebih bekerja keras, uang hasil kerja kerasku, bukan aku yang menikmati, melainkan ibuku.” Jawab Sea dengan suara serak, seperti menahan tangisnya. 

Athena terkejut dengan penjelasan yang diberikan oleh Sea, ia pun tetap mendengarkan tanpa memotong keluh kesah temannya.

“Ibuku selalu meminta uang padaku setiap hari, padahal aku sudah memberikan jatah uang bulanan. Aku juga memiliki tanggung jawab lain, seperti kuliahku, tagihan listrik, cicilan, masih banyak lagi. Tapi apa? Ibuku tidak pernah sama sekali peduli dengan kehidupanku, ketika aku berkeluh kesah padanya, supaya beliau mengerti kondisiku. 

Aku malah mendapatkan caci maki, aku dibilang anak durhaka. Padahal aku selalu mementingkan beliau, aku selalu berusaha untuk menyenangkan ibuku. Namun, ibuku selalu egois, tidak pernah memikirkan tentangku. Lalu, apa yang kamu irikan padaku, Athena?”

Athena merasa lidahnya kelu tidak bisa menjawab pertanyaan dari Sea, ia pikir kehidupannya sangat menderita. Ternyata masih ada orang yang tidak seberuntung seperti dirinya, Sea lah orang yang tidak seberuntung itu, kehidupan Sea sangat menyakitkan, tetapi Sea sangat pintar menyembunyikan kesedihannya.

“Jadi, tujuanmu bekerja keras tanpa kenal lelah itu karena desakan dari ibumu?” Tanya Athena

“Iya”

“Dan apa yang membuatmu semangat bekerja selain desakan dari ibumu itu?”

Sea tersenyum masam, lantas ia menjawab “Hidupku. Tak ada yang bisa kuandalkan untuk memperjuangkan hidup yang lebih baik untukku. Tak ada orang tua kaya raya. Hal yang aku inginkan harus aku usahakan sendiri. Kalau aku berhenti mengejar impianku, aku berhenti bekerja, jelas saja aku tidak akan mendapatkan apa pun.”

Athena terharu mendengar jawaban temannya itu, seharusnya ia lebih bersyukur dan tidak membandingkan kehidupannya dengan orang lain. Karena apa yang kita lihat, belum tentu seindah apa yang sebenarnya ada. Sama halnya dengan Sea, ia terlihat begitu menikmati hidupnya. Namun nyatanya, ia tengah menutupi kesedihannya dibalik senyum manis yang terpantri di wajahnya.

“Hari sudah malam, ternyata kita telah bercerita sangat lama. Memang benar, orang lain tidak akan tahu diri kita, bahkan orang tua kita sendiri. Bagaimana cara matamu melihat, otakmu berpikir dan hatimu merasakan semua hal yang kamu rasakan di dunia ini. 

Baca Juga; Jejak Semangat di Puncak Burni Telong

Jadi, semangat untuk kita, Sea. Mulai besok kita harus lebih semangat dan tidak perlu iri dengan kehidupan orang lain.” Ujar Athena dengan senyum yang tercetak di wajahnya. Sea pun ikut tersenyum dan ia berjanji akan terus semangat menjalani kehidupannya, toh ia juga harus bersyukur, karena masih banyak orang yang tidak seberuntung dirinya.

Baca  Juga; Aku, Pino, dan Neira

Dari kisah dua orang tersebut dapat disimpulkan bahwa jangan suka membandingkan kehidupan kita dengan orang lain. Hidup itu saling pandang memandang dan sebagai manusia harus selalu bersyukur terhadap apa yang kita miliki, serta jangan terlalu sibuk dengan melihat kehidupan orang lain dan mengabaikan keberuntungan di dalam hidup diri sendiri.

Penulis  adalah  Siswa  Kelas Xi -1 SMA Negeri 1 Lhokseumawe 


Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar