Oleh : Sri Hidayati Hidayat
Elle duduk di ruan tunggu tempat psikiater dengan perasaan tak tenang, perasaan campur aduk yang sangat sulit untuk dijelaskan menggunakan kata-kata saja.
Ruangan itu terasa tenang bagi suatu kekacauan yang terus berputar di dalam diri Elle. Pandangan matanya terus menatap pintu, memikirkan apa dan siapa yang ada di balik pintu tersebut.
Elle melamun beberapa saat, hingga akhirnya tersadar bahwa sudah gilirannya setelah dipanggil oleh petugas beberapa kali.
Baca Juga: Gaya Hidup, Menjadi Faktor Penentu Meningkatnya Penyakit Kanker di Kalangan Remaja
Ell menuju ruang psikiater, saat pintu terbuka disana tampak seorang wanita yang terlihat seperti kapas melemparkan senyuman hangat untuk menyambut kedatangan Elle.
Suasana Elle seketika berubah, yang tadinya terasa linglung kini menjadi tenang hanya dengan melihat senyuman ramah yang terpencar dari sang psikiater.
“Halo Elle, saya Hazel,” ucapnya dengan suara yang pelan.
“H-halo juga, aku Elle…”, Elle dengan perasaan canggung membalas sapaan dengan senyuman malu-malu, Elle seperti anak kucing yang tersesat.
Pada terapi pertamanya, ia tidak yakin apa yang harus diharapkan dari hal itu. Tiba-tiba bayangan trauma melintas di pikiran Elle, membuat kondisinya tidak stabil.
Elle berteriak, menangis, dan tidak dapat mengendalikan dirinya.
“Huhu, aku tidak bisa…,” Elle berguman sambil menangis tersedu-sedu.
Hazel dengan sigap membujuk dan menenangkan Elle yang sedang tidak stabil itu.
“Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja,” ucap Hazel sambil memeluk Elle dengan erat.
Elle akhirnya tenang setelah beberapa saat, mereka memasuki ruangan terapi yang nyaman dengan suasana seperti benar-benar berada di alam terbuka.
Ada begitu banyak tanaman dan bunga-bunga diletakkan dalam ruang itu. Hazel menyuruh Elle untuk duduk di kursi empuk berada tepat di hadapan Hazel yang duduk berserangan.
Dengan ramah Hazel berkata, “Aku disini ada untuk membantu melewati masa-masa sulit yang sedang kamu hadapi selama ini, kamu bisa membicarakan apapun denganku, aku tidak akan mengabaikan maupun mengahkimimu.”
Elle merasa sedikit lega mendengar perkataan itu. Dia merasa tidak apa-apa jika mencerikan peristiwa traumatis yang telah menghantuinya selama beberapa bulan terakhir.
Elle mulai membuka dirinya kepada Hazel, walau baru bertemu ia merasa bahwa Hazel sangat baik padanya.
Di setiap minggu, Elle selalu kembali ke ruang terapi yang terasa nyaman itu, membawa beban pikirannya yang menyakitkan.
Hanya dengan bertemu Hazel di ruang terapi, ia sudah merasa sedikit lebih baik dari sebelumnya. Hazel senantiasa memberikan ruang ruang bagi Elle untuk mengungkapkan diri tanpa harus merasa berat.
Baca Juga: Bingung, Membedakan Kalimat Fakta dan Opini dalam Bahasa Indonesia, Baca Artikel Berikut!
Pembicaraan itu selalu mengalir seperti arus sungai yang tenang, pelan-pelan namun pasti. Seiring berjalannya waktu dengan setiap sesi terapi yang dilakukan Elle, itu membuatnya semakin membaik hari demi hari, Tak hanya itu,
Elle juga telah menjadi semakin dekat dengan Hazel, mereka sekarang bukan hanya sekadar pasien dan psikiater. Namun, telah menjadi hubungan pertemanan yang saling mendukung.
Setiap sesi terapi membawa Elle lebih dekat pada pemahaman dirinya dan pemulihan pada emosionalnya. Hazel dengan tulus dan sabar membimbing Elle melewati lorong-lorong gelap dalam pikiran dan hatinya. Menjelajahi dan menyelami masa lalu serta kenangankenangan pahit yang menyakitkan.
Membantu Elle menemukan cahaya harapan di tengah kegelapan yang menyelimuti hari-harinya yang seperti neraka. Setiap momen kebersamaan penuh makna dan pengertian mendalam.
Setiap momen kebersamaan penuh makna dan pengertian mendalam dengan setiap langkah penyembuhan ini. Hazel bangga telah membuat
Elle merasa lebih baik sebagi tiang penyangga kokoh dalam perjalanan Elle menjadikan hariharinyalebih baik.
Pada suatu petang, saat langit tak hujan dan senja tampak indah berada di peuluk mata.Elle duduk di kursi empuk ruang terapi, menunggu Hazel yang tak kunjung dating.
Namun,ketika pintu terbuka Hazel masuk dengan wajah serius seperti senja esok tak akan dating lagidan dunia ini akan hancur seketika. Elle langsung merasa ada sesuatu yang tidak beres akan terjadi.
“Elle, ada hal yang ingin kubicarakan denganmu,” ujar Hazel dengan ekspresi wajahserius namun suaranya tetap tenang.Elle menelan ludahna, perutnya berputar bagaikan penuh dengan kupu-kupuberterbangan memenuhi perutnya.
“Ada apa Hazel?” Tanya Elle dengan gugup.
Hazek kemudia duduk dihadapan Elle menggenggam kedua tangannya dengan erat.“Saya harus memberitahumu sesuatu yang mungkin akan membuatmu terkejut. Aku akan berhenti,” ujar Hazel.
Kata-kata itu seperti petir di siang bolong bagi Elle, ia merasa dunia runtuh tepat di hadapannya.
“T-tapi…tapi mengapa? Apa yang akan aku lakukan jika kau tidak ada?” Suara Elle gemetar dan matanya berkaca-kaca.
Hazel dengan tenang menjawab “Itu karena kamu telah pulih, kamu sudah cukup lamamenjalani sesi terapi. Kini kamu bisa menjalani hari-harimu lagi dengan normal. Namun,ingatlah aku selalu disini untukmu jika kamu membutuhkanku,” ujar Hazel dengan suara yang lemah lembut.
Saat Elle merasa kehilangan dan hampa setelah kepergia Hazel, ia merasa tidak baikbaik
saja. Ketika sedang membersihkan lemari, Elle menemukan sebuah kotak musik peninggalan ibunya. Kotak music itu berwarna putih dengan hiasa bunga-bunga kecil terpahatdi permukaannya. Kotak musik itu begitu indah seperti terpancar rasa cinta dan kasih yang hanya tertuju padanya. Ia mengambil kotak musik itu dan mulai memainkannya.
Begitu alunan melodi mulai terpancar satu-persatu, kehangatan dan ketenangan langsung memenuhi hati Elle yang gundah. Alunan melodi itu membawanya kembali teringat akan masa-masa bahagia bersama ibunya. Dia teringat akan senyuman ibunya yang hangat dan pelukan selalu terasa menenangkan. Kotak music itu telah menjadi teman setia bagi Elle, dikala cemas dan gelisah.
Baca Juga: Secercah Harapan di Hari Guru Nasional (HGN) ke-30
Setiap merasa takut, ia memutar kotak musik itu dan mendengarkan alunan melodi yang membuatnya tenang.
Hari-hari Elle di sekolah tidak pernah menjadi mudah. Setelah absen cukup lama akibat trauma yang dialaminya, ia menjadi sepertu orang asing di antara teman-temannya sendiri. Dia begitu cemas, tidak yakin apakah teman-temannya masih mengingatnya atau bahkan peduli dengan keberadaannya.
Setiap langkah di koridor sekolah terasa berat seperti menempuh rintangan yang tidak terlalu jauh dari kesulitan yang telah dialaminya dalam sesi terapi bersama Hazel. Ia merasa sepu dan terasingkan, bahkan di tengah keramaian orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya.
Suatu hari ketika jam istirahat, Elle duduk sendirian di kantin. Lalu seorang gadis yang sekelas dengan Elle mendekatinya. Gadis itu bernama Maya.
“Hai, Elle apa kabar?” Sapa Maya.
Elle menoleh dengan terkejut, tidak menyangka akan ada yang menyapanya dan tidak terbiasa dengan terbiasa dengan perhatian yang tertuju padanya.
“Oh, hai Maya. Aku baik-baik saja,” balas Elle.
“Ayo duduk bersama kami di sana. Kami sangat rindu padamu Elle, bagaimana perasaanmu telah kembali ke sekolaj?” Ajak Maya sambil menunjuk ke arah meja temantemannya
berada.
Elle merasa air mata menekan di balik kelopak matanya, ia merasa sedikit lega melihat bahwa teman-temannya masih peduli pada dirinya. Meskipun masih tersisa rasa cemas dan tidak nyaman, Elle telah sedikitlebih baik karena perkataan Maya.
Walaupun awalnya sulit untuk terhubung kembali dengan teman di sekolaj, Elle dapat kembali beradaptasi seiring berjalannya waktu dengan adanya Maya teman-teman lainnya yang terus menunjukkan perhatian kepada Elle.
Di suatu sore, setelah Elle pulang dari sekolah, terlihat Ayahnya duduk menunggu di ruang tamu.
Saat Ayah Elle melihatnya, ia langsung mengajak Elle untuk duduk di sampingnya. Ayah Elle adalah seorang pria penuh kasih namun tidak dapat mengungkapkan rasa sayangnya kepada putri satu-satunya itu. Ia mulai menydari bahwa putrinya tenggelam dalam kesedihan mendalam. Setiap kali melihat wajah muram Elle, hatinya hancur berkepingkeping.
Dia tidak tahu harus bagaimana cara untuk membantu putrinya pulih, tetapi kini ia
telah bertekad untuk mencoba melakukan appaun.
“Elle, Ayah ingin bicara denganmu. Bisakan kau meluangkan waktumu sebentar?”
Ucap Ayah Elle dengan hati-hati.
Elle menatap ke arah Ayahnya dengan wajah kebingungan.
“Ada apa Ayah?” Jawab Elle.
Dengan perlahan, Ayahnya mulai menjelaskan bahwa ia mengkhawatirkan tentang kesehatan Elle. Ia meminta maaf karena telah acuh tak acuh selama ini. Mereka berdua duduk bersama dan mulai berbagi cerita-cerita tentang berbagai hal, mencoba membangun kembali hubungan yang telah renggang antara Ayah dan Anak. Sejak hari itu,
Ayah Elle mulai aktif mendukung putrinya. Ia mencari cara dan saran dari para ahli demi kesembuhan Elle.
Hadirnya kembali sosok Ayah dengan dukungan dan kasih saying tanpa Syarat tentu membuat Elle lebih kuat.
Di suatu waktu, ada banyak hal yang terjadi. Elle teringat akan Hazel. Meskipun Hazel sudah tidak lagi menjadi psikiaternya, Elle tidak akan pernah melupakan semua yang telah di ajarkan dan dibagikan Hazel padanya. Setiap kali Elle mendengar suara lembut Hazel di ingantannya, ia merasa Hazel sedang berada di sisinya.
Malam itu, Elle duduk di atas tempat tidurnya sambil memegang kotak musik peningggalan ibunya di pangkuannya. Ia memutar kotak musik itu dan membiarkan alunan melodi lembut memenuhi hatinya. Membuat kenangan-kenangan baik tentang Ibunya, Hazel,
Ayahnya, dan teman-temannya mengalir ke dalam pikirannya. Elle tersenyum dalam gelapnya kamar tidur, merasa berterima kasih atas dorongan dan dukungan yang mereka berikan.
Selama masa penyembuhan nya ini, Elle mulai menemukan kembali jati dirinya. Dia belajar untuk menerima masa lalunya dan memandang masa depan dengan penuh harap.
Bantuan penuh dari orang-orang tersayang telah memberi Elle kenangan indah dan kekuatan yang berasa sari dirinya.
Elle tidak lagi terjebak dalam baying-bayang, namun telah mengambil langkah-langkah ke depan dengan keyakinan baru yang di temukannya meskipun perjalanan itu penuh siksaan, namun semua dukungan menyertai.
Pada saat petang terakhir di bulan mei, tepat dua tahun setelah kejadian traumatis yang dialami Elle, senja telah menampakkan dirinya dan matahari mulai tenggelam di arah ufukbarat. Elle sedang duduk di atas bukit yang berada dekat dengan rumahnya.
Angina sepoisepoi musim semi membelai rambut dan wajahnya, itu menjadikan pikirannya terasa ringan.
Elle merenungi perjalanan masa sulitnya. Walaupun semua hal terasa berat seperti berjalan di atas ranjau, namun ia menemukan apa yang membantunya bahagia serta lega.
Semua orang-orang yang telah membantunya dan seluruh pengalaman yang telah dilalui membentuk dirinya yang baru saat ini.
Sementara itu, dia telah mempelajari bahwa hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana.
Tidak mudah, namun ia telah yakin mampu menghadapi apa yang akan dating, asalkan yakin bahwa ia bisa dan dengan cinta dari orang-orang terkasih di sekitarny
Penulis adalah Siswa SMA Putra Bangsa, Aceh Utara
0 Komentar