Kue Bolu Seharga 35 Ribu

 


Oleh: Anisa Maizatul Rahma

Pagi yang cerah di hari Minggu dimana cahaya matahari yang terbit menembus memasuki kamar ku lewat jendela. Burung burung yang berkicau saling bersahutan. Rasanya mereka juga bahagia menyambut hari kelahiran ku. Hari yang indah tak panas namun tak mendung, suasana yang dibalut dengan senyum bahagia seakan Dunia sedang menyambut hari lahir ku. Namaku Anisa usia ku sekarang menginjak 17 tahun

Aku berasal dari keluarga yang sederhana namun berkecukupan. Aku mendiami rumah nenek ku bersama kedua orang tua.

Aku masih bergelut di balik selimut yang bergambar boneka, aku sadar jika hari ini diriku ultah.

Sekilas aku mendengar kan suara ibuku yang berbicara dengan Ayah untuk mengeluarkan kereta motor.

Aku tersenyum manis mendengar keriuhan diluar namun aku tetap meneruskan aksi berpura-pura tidur ku.

Baca Juga: Kenangan yang Tak Terlupakan

"Hihihi, kira-kira kejutan seperti apa yang bakal diberi sama mamak yaaa?". Ujar ku dalam hati

Satu jam sudah berlalu, aku begitu tak sabar menunggu ibu ku pulang hingga aku terlelap betulan.

Srakk....(bunyi tirai yang dibuka)

"Selamat Ulang Tahun Kaka, panjang umur sehat selalu". Ujar ibu ku sambil membawa kue diatas tangan nya

Aku tak segera beranjak dari kasur, aku masih kaget dicampur rasa bahagia saat ibu ku memberi ucapan tersebut.

Gegas aku bangkit melihat kue seperti apa yang di beli oleh ibuku.

"Udah lihat-lihat nya, kalo sudah langsung ke kamar mandi, lalu kita bakal potong kue nya". Ujar ibuku

"Iya, mak hihihi". Jawab diriku.

Aku terlalu bahagia hingga tak melihat sekitar dengan baik, saat ingin berjalan mengambil handuk lalu menuju ke kamar mandi diriku terpeleset dan jatuh. Pinggang ku terasa sakit, namun untung nya lantai tak mengenai kepala ku, kalo kena wah geger kepala ku.

"Haa,, itu lah ga hati-hati kalo berjalan. Ada luka tidak?". Tanya ibuku

"Tidak bu". Jawab ku. Gegas aku langsung berjalan ke kamar mandi sambil berseok-seok. Namun kembali lagi saat keluar dari kamar mandi aku dengan sendirinya berlari-larian kecil dan terjatuh lagi, kali ini lutut ku memar.

"Kan udah mamak bilang, jangan lari-lari di kamar mandi,licin nak,licin kalo kayak gini yang terluka juga kaka". Ibu berujar sambil terus memarahi diriku.

" Iya mak,, maaaap, tolongin dong mak saket ini loh. Tengok udah biru ini".

"Sini mama liat, makanya jadi anak jangan pecicilan. Sebentar ibu ambil betadin". Ibu langsung beranjak masuk ke dalam kamar untuk mengambil obat, tak lama Ia keluar membawa sebuah betadine serta pembalut. Dia langsung berjongkok dihadapan ku sambil menaruh obat di lutut kanan ku.

"Nah sudah, sekarang masuk ke kamar, pakai lah baju mu lalu segera ke ruang tamu.

15 menit berlalu, aku sudah bersiap-siap dengan menggunakan baju seadanya, aku tidak memakai gaun yang mewah hanya baju biasa berwarna ungu dipadukan dengan jilbab berwarna ungu.

Saat menuju ke ruang tamu, ibu,ayah Serta nenek ku duduk menunggu diriku. Aku tertawa haru karena diusia yang memasuki usia remaja, masih dirayakan meski tidak ada hadiah tetapi hanya sebuah kue bolu kering seharga 35 ribu, namun itu adalah hadiah terindah yang diberikan oleh ibuku.

Kue yang diatasnya ditaburkan kacang-kacangan dan cookies. Terlihat sederhana memang namun bagiku hadiah sederhana ini di Ulang Tahun ke-17 merupakan hadiah istimewa yang kudapatkan, terima kasih Ibu, terimakasih Ayah aku bahagia menyambut hari lahir ku ini.

"Terima kasih mak, terima kasih Ayah, dan terima kasih yuyuk. Karena udah mengingatkan hari ulang tahun Ica, dan kue ini merupakan bentuk kado yang terindah".

" Mamak dan Ayah mendoakan yang terbaik buat kaka, semoga menjadi manusia yang Sholeha,berguna bagi bangsa serta sukses, semoga selalu dirahmati oleh Allah, amin". Doa ayah ku.

"Amiinnnn". Jawab ku, ibu, dan nenek secara serempak.

Kue nya memang berharga murah namun rasanya begitu enak, wangi kue yang semerbak merasuki indra penciuman, aku dan ibuku memakan kue dengan bahagia.

Ayah ku tertawa saat aku memakan kue yang sedikit tidak rapi. Dan nenek ku langsung mengambil tisu untuk menyeka serbuk dari kue tersebut.

"Ya Allah, semoga keluarga ku terus seperti ini, panjang kan lah umur mereka,agar mereka melihat diriku sukses. Lindungi keluarga ku Ya Allah ". Doa ku dalam hati melihat wajah mereka yang tersenyum lembut menatap ke wajah ku.

Setelah selesai menikmati kue ulang tahun ku, ibu beranjak bangun sambil membawa piring kotor ke dapur.

"Ka, tolong bantu ibu bawa kebelakang sebentar, nanti jangan lupa di cuci ya. Tolong ya kaka". Pinta ibu ku

" Siap mak,". Jawab aku

Namun saat beranjak bangun untuk mengambil piring, naas aku terjatuh kembali entah mengapa aku sering sekali jatuh.

"Kak... Mamak kan udah bilang hati-hati saat berjalan." 

"Kalo kayak gini siapa yang repot ha..., Mamak ga mau memarahi kamu dihari ulang tahun mu, seharusnya itu berhati hati." Kata ibuku

 Jenuh sekali aku mendengar omelan nya. Mamak ku ini suka sekali mengomel tiada henti. Ini salah itu salah. Cape deh

"Mamak ini, suka sekali marah-marah, cepet tua loh nanti." Balasku sambil bercanda. Tapi mamak ku tak menangkap candaan ku.

"Gausah menjawab saat mamak ngomong, mama begini juga demi kebaikan kamu. Ga mungkin mamak ngomel kalo kamu ga buat masalah," sudahlah duduk kembali disana lanjut makan kue yang tersisa. Habiskan saja." Ujar ibuku 

" Iya mak, maaf ya udah membuat mamak khawatir karena Kaka. Kaka sayang mamak." Kata ku

" Kamu memang bisa membuat mamak tertawa." Kata ibu ku, maka terbitlah senyum di wajah ibuku. Nah begini kan jadi cantik. Gegas aku langsung menuju ke ruang tamu untuk duduk bergabung bersama ayah dan nenek ku. 

" Mamak kemana kak?." Tanya ayah

"Mamak lagi di dapur, yah." Jawab diriku

Ayah hanya mengangguk angguk mendengar jawaban ku.

Kemudian ibu datang dari arah dapur menuju kemari. Kami berduduk ria bercerita banyak hal mengenai diriku. Lalu tertawa saat ayah menceritakan cerita konyol ku.

"Aku harap ini tidak berakhir dengan cepat, aku bahagia Ya Allah. Terimakasih atas rahmat mu." Ujar ku dalam hati

Penulis adalah Siswa Kelas XII SMAN 7 Lhokseumawe

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar