Oleh: Mukhlis,SPd.,M.Pd.
Sebuah letupan yang meledak - ledak, Seperti udara dalam balon helium, ia selalu mencari ruang ruang hampa.
Perasaan ngedumel terhadap sesuatu dalam kehidupan yang bertentangan dengan jiwa dapat diumbar dalam bait- bait indah. Pertanyaannya seberapa dewasa kah seseorang dalam mengekspresikan kekecewaan dalam sebuah puisi?
Jawabannya sederhana, sesederhana pikirannya dalam mengelola konflik bathin yang di alami. Kedewasaan seorang penyair tampak dari karya yang dihasilkan. Para kritikus sebaiknya mengulas secara detail setiap puisi yang Dia ngulik baik melalui esai atau artikel, bukannya mengayun pentungan pada setiap kolom komentar ketika puisi diposting di media sosial.
Baca Juga:Ratapan Petualang
Hal sama juga berlaku pada setiap esai yang mengupas tentang sastra pendidikan dan budaya seharusnya ditulis esai bandingan terhadap permasalahan yang sama baik menerima atau menolak, sehingga fakultas dunia maya tampak lebih ilmiah dan berkelas.
Bukan berarti tidak boleh bercanda ria di kolom komentar. Namun agar pembelajaran berlangsung sistematis dan terstruktur. Semoga ke depan lebih baik dan mencerminkan karakter yang baik bagi setiap tanggapan, saran, komentar dan kritikan terhadap sebuah karya. Wallahualambissawab....
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA N 1 Lhokseumawe
0 Komentar