Oleh: Aiza Fitriana, S.Si., M.Pd.
Hari itu seperti biasa, penulis memandu kegiatan brifing tim fasilitator Projek Penguatan Profil Pelajar Panasila atau di singkat P5. Dalam Kurikulum Merdeka P5 merupakan sebagai irisan dari kurikulum selain intrakurikuler dan ekstrakurikuler yang bertujuan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Kegiatan ini diprogramkan pada Hari Kamis setiap minggu yang bertujuan melakukan refleksi, evaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan P5.
Tahun Pelajaran 2023/2024 sekolah kami memilih 2 tema besar untuk P5 ini. Fase E kelas X mengusung Tema "Bangunlah Jiwa dan Raganya", sementara Fase F kelas XI dengan tema "Suara Demokrasi". Tahun ini merupakan tahun ke dua dilaksanakan Implementasi Kurikulum Merdeka. Tema yang dipilih diangkat dari isu-isu yang saat ini banyak menimbulkan keresahan berbagai kalangan.
Mereview kembali tentang tema yang dipilih untuk murid yang masuk tahun pertama yakni Bangunlah Jiwa dan Raganya, projek ini sudah berjalan beberapa aktivitas seperti tahapan pengenalan, dan kontektualisasi. Pada tahap pengenalan murid diperkenalkan tentang apa itu bullying, penyebab dan dampaknya. Pada tahap kontekstualisasi murid menganalisis kasus bullying yang terjadi di sekitarnya. Namun, ironisnya masih ada segelintir yang masih melakukan bullying. Sehingga timbul pertanyaan pada guru, mengapa projek ini tidak berdampak bagi peserta didik? Adakah yang belum tepat?
Baca Juga: Sembilan Langkah Menulis Konsep Tanpa Plagiat
Pada dasarnya tdak semua program kegiatan yang dilakukan gagal menyentuh peserta didik, tetapi ada beberapa faktor yang dapat membuat program tersebut kurang efektif dalam mencapai tujuannya. Dalam hal ini tema yang dipilih dalam P5 ini. Mungkin antara lain disebabkan oleh penggunaan metode pembelajaran yang kurang sesuai dengan gaya belajar murid, sehingga membuat mereka tidak tertarik atau tidak terlibat dalam pembelajaran. Guru sebagai fasilitator perlu memahami gaya belajar murid dan menyajikan materi dengan cara yang sesuai. Dalam hal ini penting sekali penerapan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik.
Pembelajaran berdiferensiasi bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih relevan, menarik, dan efektif untuk setiap murid. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat digunakan untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dalam pembelajaran: Identifikasi Kebutuhan murid,; kelompokkan mereka berdasarkan tingkat kemampuan atau minat yang sama; Sediakan berbagai materi pembelajaran, sumber daya, dan alat bantu yang sesuai dengan berbagai gaya belajar seperti teks, video, presentasi, eksperimen, dan lainnya: berikan siswa pilihan dalam tugas atau proyek yang mereka kerjakan; berikan murid waktu yang lebih fleksibel untuk menyelesaikan tugas atau proyek. Selain itu penerapan Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) dalam kegiatan belajar dirasakan sangat perlu dilakukan, melalui praktik Mainfullness. Praktik ini bertujuan membuat pikiran lebih tenang dan fokus pada lingkungan sekitar.
Melalu i penerapan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi pada kegiatan P5, dapat berdampak dan menciptakan budaya positif bagi murid dan selurih warga sekolah. Semoga uraian ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan refleksi diri bagi kita guru-guru yang bergerak bersama mewujudkan pendidikan Indonesia yang lebih maju.
#bergerakbersama#
#belajar, berkarya, berbagi, dan berkolaborasi#
Penulis adalah Guru Pengajar Praktik, Narasumber Berbagi Praktik Baik, dan Wakil Kurikulum pada SMA N 1 Lhokseumawe
0 Komentar