Muklis Puna
Subuh berpamitan mengamit duka
Patahan sinar mengusir embun berteduh di relung
Cercaan itu menampar telinga
Hujan badai mengusik teduhnya jiwa
Semakin lama semakin menguras bola mata
Di tepi jurang matahari jiwa membara
Patahan sinar mengusir embun berteduh di relung
Cercaan itu menampar telinga
Hujan badai mengusik teduhnya jiwa
Semakin lama semakin menguras bola mata
Di tepi jurang matahari jiwa membara
Ke mana harus kusandarkan jiwa
ketika bahu tak mau merebah
Kemana harus kutoreh kisah,
ketika tinta kehilangan getah
Kemana harus kusasar rindu,
ketika kalbu ditutup debu
Kemana harus kupikul resah,
ketika kata kehabisan makna
Kemana harus mengaduh pilu,
ketika bayangan menikam jasad
ketika bahu tak mau merebah
Kemana harus kutoreh kisah,
ketika tinta kehilangan getah
Kemana harus kusasar rindu,
ketika kalbu ditutup debu
Kemana harus kupikul resah,
ketika kata kehabisan makna
Kemana harus mengaduh pilu,
ketika bayangan menikam jasad
Kuusut cerita yang mulai kusut
Simpul bersimpul terus menyusut
Nama mu semakin jauh dihempas bayu
Di tepi- tepi kisah Aku menatap dalam
Simpul bersimpul terus menyusut
Nama mu semakin jauh dihempas bayu
Di tepi- tepi kisah Aku menatap dalam
sayup angin pulang ke pantai
Bayangan mu berteduh di pucuk -pucuk gelombang
Kadang ke pantai mencumbu pasir,
Kadang ke pantai mencumbu pasir,
lalu dipeluk angin menuju mega
Tirai -tirai malam telah menjadi jurang
Kau telah diculik rasa dalam cerita warna pelangi
Tirai -tirai malam telah menjadi jurang
Kau telah diculik rasa dalam cerita warna pelangi
Lhokseumawe, 8 April 2023
0 Komentar