Sikap Overprotective Orang Tua terhadap Remaja

 

Remaja merupakan individu yang berusia 10-19 tahun, youth berusia 15-24 tahun, dan young people berusia 10-24 tahun (WHO, 2018). Remaja adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mencakup perubahan fisik, kognitif, dan emosional (Santrock, 2007). Pada masa remaja ini, hormon remaja berkembang pesat sehingga emosi remaja masih terpengaruh pada kondisi hormon. Emosi remaja lebih mempengaruhi fikiran remaja disbanding dengan fikiran  (Mansur, 2009). Masa remaja terbagi dalam tiga kategori yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja madya (15-18 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun) (Steinberg, 2002).

Pada dasarnya, orang tua memiliki berbagai pola asuh untuk mendidik anaknya dan setiap orang tua memiliki pola asuh yang berbeda. Ada orang tua yang membebaskan anaknya agar anak dapat mengembangkan potensinya. Ada pula orang tua yang membebaskan anaknya tetapi tetap memberikan kontrol. Ada juga orang tua yang bersikap melindungi anak secara berlebihan sehingga anak tidak bisa bebas, dan sikap ketiga ini yang disebut dengan sikap overprotective

Overprotective adalah  sikap yang berlebihan dalam mengatur dan memiliki rasa kekhawatiran yang berlebihan terhadap individu disekitarnya. Orang tua tentunya ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya, namun cenderung orang tua meminta anaknya untuk terus mengikuti keinginan orang tua tanpa anak bisa melakukan aktivitas yang disukainya, sehingga karena keinginan orang tua tersebut anak merasa terbebani (Desi Harlina dkk, 2017). Sikap overprotective orang tua biasanya menjadi penghalang bagi remaja untuk melakukan aktivitas yang disukai, sehingga itu juga akan menganggu kreativitas dan aktivitas pada remaja.

Baca Juga: Gejala Overthinking dan Cara Mengatasinya

Pada tahap remaja, terdapat tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui. Pada tahap remaja, remaja sudah bisa membangun hubungan baik dengan sekelompok individu dan lingkungan sekitarnya, remaja sudah mampu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya, sehingga pada tahap ini, remaja sudah lebih mandiri tanpa adanya campur tangan orangtua (Desi Harlina dkk, 2017). 

Remaja yang diperlakukan seperti kanak-kanak akan kesulitan membuka dirinya dalam menghadapi lingkungannya sehingga akan terhambat tugas-tugas perkembangan pada masa remaja (Hurlock, 1996)

Remaja juga harus memahami mengenai penyesuaiain diri agar remaja mampu melakukan aktivitas di lingkungan yang baru ditemui.Remaja yang bisa menyesuaikan diri secara positif akan menghasilkan perkembangan yang sehat, sehingga anak mampu untuk memahami dirinya sendiri, lingkungan sekitar, bebas untuk mengembangkan potensinya dan dapat bertindak dengan bijak. Anak dari orang tua yang memiliki sikap overprotective, penyesuaian dirinya akan terhambat sehingga cenderung untuk menjauhkan diri dari pergaulan (Khotimatul Majidah dkk,2022).

Remaja umumnya lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman sebayanya dibandingkan dengan keluarga, karena dengan teman sebaya pola pikir akan relatif sama sehingga lebih nyaman untuk mengeluarkan ide-ide, namun sikap overprotective orang tua tersebut biasanya akan melarang anak untuk bebas melakukan aktivitas mereka diluar rumah. 

Sikap dari orang tua tentunya mempunyai makna yaitu orang tua memiliki naluri yang kuat terhadap anaknya, sehingga dari naluri yang berlebihan tersebut muncullah sikap overprotective,persepsi orangtua terhadap hal-hal negative di lingkungan juga mempengaruhi sikap orangtua terhadap anak dan dari sikap tersebut terpendam potensi-potensi yang ada dalam diri anak. 

Baca juga:Kemanakah Sastra Kita Berkiblat?

Ada beberapa hal yang memunculkan sikap over protective orang tua kepada anak seperti, ketakutan berlebihan pada hal-hal yang akan dilalui atau dilakukan oleh anak, sehingga orang tua belum mempercayai anak untuk melakukannya. Orang tua yang memberikan kasih sayang secara berlebihan juga akan memunculkan sikap over protective tersebut, karena orang tua terlalu sayang sehingga tidak membiarkan anak untuk melakukan hal-hal yang belum pernah dialami dan akan berdampak kepada sikap kemandirian yang rendah dan akan selalu membutuhkan bantuan orang tua. Peraturan dalam keluarga yang terlalu ketat juga menjadi salah satu pemicunya. Peraturan dalam suatu keluarga akan membentuk anggota keluarga disiplin, tetapi jika aturan tersebut terlalu ketat sehingga salah satu anggota keluarga tidak mendapatkan kenyaman dan kebebasan dan berdampak pada aktivitas yang digemarinya.

Dalam kehidupan bersosial, individu perlu untuk menjalin hubungan sesama masyarakat, jika orang tua tetap mempertahankan sikap overprotective, akan ada beberapa dampak psikologis bagi remaja. Remaja akan kesulitan dalam interaksi sosial, dalam masa perkembangan remaja, remaja cenderung mudah untuk bergaul dengan teman sebayanya dan memulai pergaulan, tetapi jika orang tua membatasi secara berlebihan dan mengurusi pertemanan anaknya, anak akan sulit dalam berinteraksi dan itu akan mempengaruhi pola pikir, kreativitas, dan pergaulan anak kedepannya (Khotimatul Majidah dkk, 2022).

Remaja akan terus bergantung pada bantuan orang tua, anak yang sudah terbiasa dengan bantuan orang tuanya akan sulit untuk menyelesaikan masalah atau kesulitan yang dialaminya. Pada umumnya remaja sudah bisa menemukan pemecahan masalah yang tepat dan mekanisme pertahanan diri (coping), namun pada anak yang orang tuanya memilki sikap overprotective pasti tidak terbiasa oleh kesulitan-kesulitan karena orang tuanya terlalu memberikan kasih sayang yang berlebihan dan enggan melihat anaknya dalam kesusahan. Remaja juga akan memilki sikap tidak bertanggung jawab yang semestinya remaja sudah memiliki sikap itu karena penting untuk kedepannya. Remaja juga sulit untuk mengendalikan emosinya karena tidak memiliki kebebasan, remaja tentunya akan merasa tertekan harus selalu mengikuti kemauan orang tuanya, sehingga itu juga dapat mempengaruhi emosi.

Pola asuh orang tua pada masa kanak-kanak tetap akan mempengaruhi pada masa remaja. Pada remaja orang tua bersikap overprotective karena pada masa remaja banyak hal-hal yang berbeda dan tuntutan lingkungan yang lebih kuat, pada masa remaja juga mulai melihat perilaku lingkungan sekitarnya yang terdapat pengaruh positif dan negatif, sehingga cenderung muncul keinginan untuk mengikuti (Desi Harlina dkk, 2017).

Berdasarkan penjelasan diatas, sikap overprotective orangtua sangat berpengaruh pada perkembangan anak kedepannya. Adanya sikap overprotective tersebut berdampak pada kreativitas remaja, maka dari itu orang tua harus menyesuaikan pola asuh anak dari sedini mungkin dengan melihat keadaan sekitar agar sewaktu masa remaja anak dapat beradaptasi dengan lingkungan dan teman sekitarnya bukan hanya dengan keluarganya saja Pemikiran orang tua untuk melindungi anaknya dari pengaruh negative adalah hal yang tepat, tetapi jika pemikiran tersebut terlalu mempengaruhi pemikiran orang tua akan menimbulkan sikap overprotective. Orang tua tentunya ingin yang terbaik bagi perkembangan anak, tetapi sikap overprotective tersebut akan mempengaruhi mental dan kemampuan anak kedepannya.


Referensi

Majidah, Kotimatul S, Rhea Aquilla Fawaz, Hajijah Adelina Ritonga. 2022. Perilaku Overprotektif Orang Tua Terhadap Penyesuaian Diri Pada Usia Remaja volume 1 diambil dari http://ejournal.iaingawi.ac.id/index.php/Earlystage/article/view/768

Harlina, Desi, Vera Novitasari, Mayang Nila Sari, Rize Azizi A.M & Ervina Rianti. 2017. Sikap OverProtective Orangtua Terhadap Perkembangan Anak volume 2 diambil dari https://jurnal.iicet.org/index.php/jpgi/article/view/218


Penulis adalah Mahasaiswa Psikologi Universitas Syiah Kuala , Provinsi Aceh.











 

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar