Jalan Tak Ada Ujung

 

Jalan Tak Ada Ujung 

Karya: Raihanah Az Zahra

 Sastrapuna-Com -Ini kisah lauren seorang anak tunggal dalam keluarga yang selalu membebaskannya dalam mengekspresikan diri. Hal ini juga yang membuat lauren punya hubungan yang baik dengan kedua orang tuanya. Seperti kebanyakan anak lainnya lauren juga punya ketertarikan pada satu bidang, seperti bidang bela diri karate yang sudah ditekuninya sejak ia masih duduk di bangku kelas 3 SD. Lalu sekolah, untuk seorang lauren sekolah tak begitu penting Ia berpendapat bahwa kita akan tetap selalu bisa belajar di manapun asalkan kita ada keinginan untuk belajar. Lauren yang mendapatkan kebebasan penuh atas dirinya membuat lauren memiliki rasa penasaran dan ingin tahu lebih tinggi dari pada anak seumurannya. 

Tak perlu heran lagi jika lauren punya hobi untuk melakukan perjalanan tunggal. Lalu bagaimana kehidupan sekolah lauren, apakah lauren adalah siswa popular di sekolahnya. Nyatanya lauren hanyalah siswa penyendiri yang selalu tenggelam dalam imajinasi fiktif buatannya. Walau selalu menutup diri dari orang-orang, ada seorang siswa laki-laki yang tak pernah sekalipun memalingkan pandangannya dari lauren. Entah ia punya kesenangan jika mengacaukan harinya lauren. Tapi laki-laki itu tak pernah sekalipun absen untuk mengganggu lauren. 

Baca Juga:Ibuku Bukan Figuran

Lihat saja seperti hari ini, awalnya lauren merasa harinya akan sangat indah. Namun, saat tiba di sekolah pagi indah dalam bayangan lauren langsung saja runtuh.

“Heh kutu buku bolos ke perpus mana lagi lo hari ini?” teriak seorang laki-laki muda.

Tanpa menanggapi sedikitpun perkataan laki-laki tersebut, lauren terus berjalan lurus menuju kelasnya.

Bel berbunyi menandakan seluruh siswa harus masuk ke kelas mereka masing-masing.

Satu per satu guru masuk ke dalam kelas. Lauren mulai mengeluarkan pelajarannya dan ketua kelas pun mulai menyiapkan kelas.

“Stand up please, greeting to the teacher!” perintah ketua kelas

Good morning Sir” seisi kelas menyambut guru kimia di kelas mereka

Morning my lovely students!” sahut bapak guru.

Pembelajaran berjalan seperti biasanya. Seluruh siswa juga terlihat sangat antusias dengan topik yang sedang mereka perbincangkan. Tak terasa bel sudah kembali berbunyi dan guru di dalam kelas mulai berganti. Sekarang waktunya pelajaran sejarah. Sebagian besar siswa di kelas sudah tak lagi terlihat bersemangat, sama seperti lauren ia juga tak terlalu suka dengan mata pelajaran sejarah. 

Sebelum guru sejarah kelas lauren masuk, lauren sudah lebih dulu menghilang dari kelasnya.

“Duh selalu kalah cepat dengan lauren” batin sang guru

“Anak-anak apa kalian tau kemana lauren pergi?” tanya bu guru

“entahlah bu lauren tak pernah pergi pada satu tempat yang sama”

“Padahal sekolah ini tak begitu besar tapi ada saja tempat untuk lauren bersembunyi” siswa di kelas saling bersahutan.

Benar seperti yang mereka bilang sekolah ini memang tak begitu besar. Namun, lauren tau tempat-tempat tersembunyi di sekolah mereka. Seperti perpustakaan kecil di sebelah sekolah mereka, jika di lihat begitu saja mungkin tak akan ada yang tau toko kecil disebelah sekolah adalah sebuah perpustakaan. Lauren berjalan dengan santai dan saat ia mulai membuka pintu perpustakaan betapa terkejutnya lauren, ia mendapati laki-laki yang selalu mengacaukan harinya juga sedang berada di perpustakaan itu. Jantungnya bergejolak, ingin sekali rasanya lauren pergi dari perpustakaan itu tapi malangnya Ia sudah berjanji dengan  sang penjaga perpustakaan. Lauren berjanji bahwa hari ini ia akan membantu penjaga perpustakaan yang hendak menghadiri acara sekolah anaknya.

“Ya ampun lauren, ibu kita kamu tidak jadi dating” ucap sang penjaga perpustakaan sesaat melihat lauren yang sedang berdiri tegak tepat didepan pintu

“Eh iya bu…. Lauren datang kok kan lauren sudah janji” ujar lauren

“Ya sudah lauren ibu titip perpustakaan sebentar saja ya” lanjut sang penjaga perpustakaan sembari beranjak dari tempat duduknya.

Sang penjaga perpustakaan mulai hilang di balik pintu. Kini tinggal laki-laki itu dan lauren di perpustakaan ini. Lauren mencoba mengabaikan laki-laki tersebut serta mulai melakukan seluruh tugas yang sudah dititipkan ibu penjaga perpustakaan. Tapi seperti biasa laki-laki itu tentu tak akan membiarkan lauren merasakan ketenangan.

“oh ternyata hari ini lo cabut kemari, bener dong tebakan gue” ucap laki-laki itu dengan nada sedikit mengejek

Lauren hanya diam dan tetap melanjutkan tugasnya. Laki-laki itu mulai berjalan mendekati lauren dan berkata “kalo orang ngomong itu di sahut, lu masi manusia kan ya?”.

“dih ya suka-suka gue kok lu ngatur” akhirnya lauren menjawab perkataan laki-laki tersebut

“Nah gitu dong, ini engga gue berasa lagi ngomong sama tembok tau lu” jawab laki-laki itu l

“Ya terus?” Lauren membatin.

Setelah percakapan pendek itu lauren mulai mengambil satu buku yang ia rasa menarik berjudul “perpustakaan malam hari”. Lauren duduk mulai membuka setiap lembar buku itu hingga akhirnya ia sampai pada penghujung buku. Pada waktu yang bersamaan ibu penjaga perpustakaan kembali. 

“Ibu akhirnya datang juga” ujar lauren sembari berjalan ke arah ibu penjaga perpustakaan

“Iya nak, terima kasih ya sudah jagain perpustakaan. Kamu kembalilah ke sekolah tidak baik sering-sering bolos lauren” ucap ibu penjaga sekolah panjang lebar

“Ah tidak apa-apa ibu itu gampang”

“Lauren pamit ya bu kalau begitu” jawab lauren.

Kemudian sesaat setelah keluar dari perpustakaan lauren berniat untuk pergi ke toko bunga dibelakang sekolah. Namun, hujan tiba-tiba jatuh ke bumi dengan begitu derasnya. Membuat lauren harus kembali ke sekolah. Sembari berjalan kembali ke sekolah lauren membatin dalam dirinya “Duh kenapa hujan sih, males banget rasanya balik ke kelas”.

Tepat sekali lauren sampai ke kelas beriringan dengan bel berbunyi. Berarti sekarang sudah masuk ke pelajaran terakhir yaitu bahasa inggris. Seisi kelas mempersiapkan diri mereka masing-masing dan semuanya berjalan seperti biasa. Hari ini guru bahasa inggris di kelas lauren sedikit lebih santai karena mereka juga sudah taka da lagi materi yang harus di bahas.

“Karena hari ini kita free, apa dari kalian ada yang mau bercerita?” ucap guru memulai pembelajaran.

Seluruh siswa di kelas menatap ke arah lauren seolah mengisyaratkan bahwa lauren yang harus maju dan bercerita. Lauren memang penyendiri tapi bukan berarti dia malu untuk tampil didepan banyak orang. Seakan mengerti dengan apa yang di isyaratkan teman-temannya, lauren langsung bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke depan kelas. Ketika lauren maju semua orang terlihat sangat antusias dengan cerita yang akan di bawakan oleh lauren. Bagaimana tidak, cerita liburan lauren pasti selalu jadi yang paling menyenangkan diantara mereka semua. Hari itu lauren bercerita tentang perjalanannya mengelilingi negara Brazil. Mulai dari patung yang sangat terkenal  The Redeemer hingga wisata hutan seperti Amazon Rainforest juga di kunjungi oleh lauren. 

Cerita lauren terputus ketika bel pulang sekolah sudah berbunyi.

“yah… sedih banget ga bisa dengar ceritanya sampai habis”

“Aku bingung deh gimana cara lauren minta izin, bisa-bisanya dia solo travel gitu”

“Orang tuanya gimana ya kok dia bisa gitu?”

“iri deh sama lauren, pasti orang tuanya baik banget”.

Satu per satu siswa di kelas selalu mempertanyakan hal yang sama setiap kali mendengar cerita lauren. Namun, lauren tak pernah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Pasalnya dalam keluarga lauren ini adalah hal yang biasa, bukanlah sesuatu yang besar. 

Lauren menyusun buku-buku dan bergegas untuk pulang. Ketika lauren sedang menunggu jemputannya tiba-tiba sebuah sepeda motor melaju dengan kecepatan kencang didepan lauren dan terpeciklah air kubangan di depan lauren.

“Anjir siapa sih?” keluh Lauren.

Lauren melihat ke arah motor itu berlalu dan mengingat nomor plat yang tertera di sana 

“ba 4581 n”. Setelah kejadian itu jemputan lauren pun tiba, dengan kesal lauren masuk ke dalam mobilnya dan bergegas pulang.

Baca Juga:Setangkai Mawar Putih Untuk Mama

Sesampainya di rumah lauren langsung merebahkan badannya di atas kasur abu kesayangannya. 

“lauren sayang ibu, gimana sekolahnya?” ujar sang ibu tiba-tiba masuk ke kamar

“Better sih ma, cuma ya mama tau lah”

“mana apes banget lagi keciprat air kubangan” keluh lauren

“Kalau gitu istirahat aja” jawab ibu lauren

“Iya Ma thanks” lanjut Laure.

Setelah itu lauren keluar dari kamar. Lauren beranjak dari kasurnnya, membersihkan diri dan kembali merebahkan dirinya di atas kasur.

Alarm hp lauren berbunyi.

“Jam berapa sih?” ucap lauren sembari meraih hp di meja sebelah kasurnya.

betapa terkejutnya lauren ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 16.30

“Omg yang benar saja, aku telat latihan” celoteh lauren dan mulai bergegas bangkit dari kasurnya. 

Lauren berlari menuruni tangga, meraih kunci motornya dan melaju menuju tempat latihan.


Ya seperti itulah kehidupan lauren. Tak ada yang spesial dalam hidupnya, lauren hanya seperti kebanyakan anak seumurannya. Pergi ke sekolah, ikut organisasi dan kesibukan hari-hari lainnya.

Latar berpindah pada tanggal 17 november 2018, pagi itu lauren mengawali paginya dengan secangkir coklat panas dan juga sepotong roti gandum. Berpamitan dengan ibu tercinta dan bersiap berangkat bersama sang ayah. Namun, pagi itu entanh mengapa rasanya lauren ingin sekali mampir ke toko bunga di belakang sekolahnya.

“Pa nanti Lauren di turunin di toko bunga belakang sekolah aja ya” pintanya pada sang ayah.

Ayah lauren yang sedang fokus mengemudi hanya membalas permintaan sang anak dengan sebuah anggukan. Tak terasa akhirnya sampailah lauren di tempat tujuannya.

“Thank you Pa, see you!” pamit Lauren pada sang ayah

“Iya nak, hati-hati and have a nice day lauren sayang papa” sahut sang Ayah dan berlalu pergi.

Lauren memutar badannya dan berjalan masuk ke arah toko. Lauren mengitari seisi toko dan menjatuhkan pilihannya pada rak bunga lili

“Mas saya mau bunga lili putihnya 3 tangkai ya” pinta Lauren kepada penjaga toko bunga.

“Iya Neng Lauren, totalnya 45 ya” jawab sang penjaga toko.

Setelah selesai di bungkus, penjaga toko menyerahkan bunga lili kepada lauren.

Lauren menatap arloji ditangannya yang sudah menunjukkan pukul 07.25, itu artinya dia harus segera bergegas sebulan nantinya gerbang di tutup. Lauren segara berjalan cepat menuju sekolahnya, namun ketika lauren memasuki koridor sekolah betapa terkejutnya ia saat mendapati sebuah meja di depan kelas laki-laki yang biasanya menggangu hidupnya sudah penuh terisi dengan ucapan bela sungkawa dari seluruh siswa atas kepergian dirinya. Lauren berdiri terdiam di depan meja tersebut dan menatap lekat-lekat foto syaza yang terpampang jelas di sana.

“Ko gabakal ganggu gue lagi kan?”

“Ini deh bunganya gue kasih ke lo aja, yang tenang ya” lauren berkata dalam diamnya.

Hari ini akan berjalan sangat indah untuk lauren. Bayangkan saja hari ini adalah hari terakhir dirinya sebagai siswa kelas 12 dan lagi hari ini tak akan ada lagi yang akan mengganggu dirinya. Lauren mulai kembali berjalan ke arah kelasnya dan mengikuti pelajaran seperti biasanya. 

Hingga akhirnya waktu berpindah menjadi pukul 14.00 yang berarti lauren akan kembali ke kamar kesayangannya. Dengan penuh kegirangan lauren melangkahkan kakinya keluar dari kelas yang sudah ia tempati selama setahun itu. Lauren melihat mobil ayahnya sudah ada di depan gerbang menunggu dirinya. Segara lauren masuk ke dalam mobil kemudian mobil itu mulai melaju menuju rumah lauren. Sesampainya di rumah lauren melepaskan sepatu yang membalut kakinya dan masuk ke dalam.

“Lauren pulang ma”

“Mama masak apa hari ini?” teriak lauren.

Wangi masakan sudah meraba setiap sisi hidung lauren. Ia tiba di ruang makan dengan meja yang sudah terisi penuh seolah mengisyaratkan lauren untuk menghabiskan seluruhnya. 

Lauren menarik kursi dan mulai menyantap udang asam manis favoritnya.

“Masakan mama emang ga pernah salah” celetuk lauren

“Gimana sekolahnya hari lauren” tanya sang ibu

“duh ya ma, hari ini itu sangat-sangat menyenangkan. Hari ini itu rasanya bebas banget free banget gitu” jawab lauren

“Oh ya nak, tadi mama ada dapat surat untuk kamu suratnya udah mama letak di meja belajar kamu ya” lanjut sang ibu

“Lauren apa tahun ini kamu jadi pergi ke Jepang?” sahut sang ayah

“Jadi kok pa, nanti selesai ujian lauren buat laporan untuk perjalanan lauren di jepang” ujar lauren

“Oke nak, seperti biasa ya izin bergantung dengan surat laporan yang kamu buat” lanjut ayah

“Gampang itu pa” sahut lauren lagi.

Selang beberapa waktu makan siang pun selesai. Kemudian, lauren membersihkan dirinya dan duduk di atas kursi belajarnya. Lauren mengamati surat yang ada didepannya sambal menebak-nebak dari siapa surat itu. Sudah 2 menitan lauren mengamati surat tersebut dan akhirnya lauren mulai membaca isinya.

“Kauren surat ini mungkin hanya akan penuh dengan kebencian. Tanpa perlu ku sebut namaku mungkin kau sudah tau siapa yang menulisnya. Ya benar ini aku laki-laki yang kau anggap sebagai pengacau hari-hari indahmu. Mungkin alasan ini tak akan pernah bisa kau terima tapi lauren aku sangat iri dengan kehidupanmu. Kehidupanmu yang sederhana tapi selalu ku dambakan. Melihat lauren yang punya hubungan baik dengan orang tua aku ingin itu, sangat ingin bahkan. Lauren aku tak suka dengan kehidupanmu yang penuh dengan kebahagiaan, itu mengapa aku selalu mengacaukan hari-harimu. 

Aku memang pintar juga mendapatkan banyak perhatian dari orang-orang. Tapi lauren nyatanya yang aku inginkan adalah orang tua. Aku ingin punya orang tua seperti orang tuamu, aku ingin punya hubungan yang baik dengan kedua orang tuaku seperti lauren juga. Tapi aku ga akan pernah bisa dan ga akan bisa. Lauren aku sangat benci dengan pernyataan mu bahwa hubungan orang tua dan anak memang seharusnya begitu. Kenapa lauren? kenapa aku ga bisa ngerasain gitu juga. Lauren kenapa gak pernah bersyukur sih bisa punya hubungan sebaik itu sama orang tuamu dan ya lauren orang dengan plat nomor yang kamu cari itu adalah aku” begitulah isi surat yang lauren baca.

“Lah emang seharusnya hubungan orang tua dan anak itu gini kali, lebay deh lo” hanya itu balasan lauren setelah membaca tulisan tersebut. 

Tanpa mempertimbangkan apapun lauren langsung merobek dan membuang surat yang tadi ia baca.

Hari berganti hari bulan berganti bulan. Ini adalah saat yang paling ditunggu-tunggu lauren akhirnya tiba. Hari dimana menjadi penentu apakah tahun ini dirinya akan menciptakan cerita baru lagi atau tidak. Sepulang dari sekolah lauren menyempatkan diri untuk mampir ke tukang foto copy dan mencetak laporan yang akan ia serahkan hari ini. Setelah selesai mencetak laporannya lauren pulang kembali ke rumah dan menunggu waktu pulang kerja sang ayah. 

Lauren duduk di sofa panjang ruang keluarga dan menonton televisi seorang diri. Hingga jam dinding akhirnya menunjukkan pukul 19.00 yang berarti sang ayah tak lama lagi akan pulang. Tepat seperti dugaan lauren beberapa menit kemudian pintu utama rumah mereka bergeser dan muncullah sang ayah dari balik pintu. Lauren tak langsung mengutarakan tujuannya ia tahu bahwa ayahnya masih lelah. Lauren mengulur waktu, membiarkan sang ayah menarik nafas. Hingga tak tahan lagi lauren memulai pembicaraan.

“Pa ini laporan perjalanan lauren di jepang, lauren hanya pergi 9 hari saja” ucap lauren memulai

“Memangnya kamu mau ke kota apa saja?” tanya sang ayah

“Tokyo, Nagasaki, Okayama, Hokkaido, dan Osaka” jawab lauren

“Emang mau pergi sama siapa aja?” tanya ayah lauren lagi

“Gaada pa, lauren pergi sendiri doang. Lauren nanti juga bakal sewa mobil untuk transportasi” jelas Lauren 

“Ada perlu papa telfon temen papa?” lanjut sang ayah

“Engga pa lauren bisa sendiri kok” jawab lauren.

Seperti biasa dengan mudah lauren mendapatkan izin dari kedua orang tuanya. Dan ya sekarang lauren hanya perlu mempersiapkan dirinya sendiri saja.


Dua minggu berlalu, besok adalah jadwal keberangkatannya lauren ke Jepang. Malam ini lauren lewati dengan adrenalin mengalir di sepanjang tubuhnya. Matahari pun mulai terbit, alarm di ponsel lauren juga mulai bergetar. Lauren terbangun dari tidurnya dan tersadar bahwa lauren harus bersiap ke bandara. 

Lauren memasukkan seluruh barangnya ke bagasi mobil. Lauren duduk di meja makan bersama dengan kedua orang tuanya. Mereka mengobrol santai juga menikmati waktu terakhir berkumpul bersama. Hingga bagian paling sulit harus di lewati oleh keluarga kecil itu. Perpisahan sederhana namun hangat hadir diantara senyapnya pagi.

“Ma pa, lauren pamit ya nanti lauren telfon” pamit Lauren 

“Jaga diri ya nak” pesan sang ibu pada lauren.

Tergambar jelas dalam wajah kedua orang tua lauren rasanya berat untuk melepas lauren. Entah ada perasaan was-was atau feeling sebagai orang tua. Namun, apa boleh buat waktu terus bergerak dan lauren harus segera ke bandara. Mobil yang ditunggangi lauren terus melaju dan menghilang di antara keramaian. 

Lauren berjalan ke arah sebuah balok besar yang akan mencetak tiket penerbangannya. Lauren menekan satu per satu tombol pada balok tersebut. Setelah itu lauren memutuskan untuk membeli segelas kopi sebelum check in nantinya. Lauren memesan segelas cold brew kemudian duduk di salah satu meja yang di sediakan toko tersebut. Lauren membuka ponselnya dan mulai menelfon kedua orang tuanya.

“Halo ma pa, lauren udah di bandara ya… sekarang lagi beli kopi aja terus bentar lagi uda mau berangkat juga” ucap lauren dari balik ponsel genggamnya.

“Baiklah, jangan lupa untuk mengabari Lauren sayang” jawab sang ibu.

Selesai mengabari kedua orang tuanya lauren mengambil kopi yang tadi ia pesan dan kembali berjalan. 

Lauren memberikan tiketnya pada petugas bandara, masuk ke dalam pesawat dan duduk sesuai dengan nomor kursi yang sudah ia pesan. Beberapa saat kemudian pramugari mulai memberikan aba-aba bahwa pesawat akan segera berangkat.

“Selamat pagi, selamat datang para menumpang tigerair pada hari ini kita akan terbang dari bandara internasional minangkabau menuju bandara internasional soekarno hatta dengan ketinggian 36.000 kaki selama 1 jam 50 menit” pramugari mengawali penerbangan.

Lauren dengan santai mengeluarkan sebuah buku dari tasnya dan menikmati penerbangannya. Sampailah lauren di Tangerang dan pramugari kembali memberikan pengumuman lagi.

“selamat datang di bandara internasional soekarno hatta, kami seluruh kru pesawat tigerair mengucapkan terima kasih atas ikut sertanya kami dalam perjalanan anda. Kami berharap dapat bertemu di penerbangan selanjutnya. Dan selamat menikmati perjalanan anda!”.

Setelah di persilahkan untuk turun lauren segera bergegas menuju penerbangan selanjutnya ke Tokyo. Sama dengan penerbangan sebelumnya setelah memasuki pesawat lauren duduk sesuai dengan nomor bangku yang ia pesan dan sampailah lauren ke negara tujuannya Jepang. 

Lauren mengambil bagasinya kemudian berjalan keluar dari bandara. Lauren menemui seorang bapak-bapak tua yang akan menyewakan mobil untuknya. Lauren mengambil kunci mobil yang diberikan bapak tersebut, meletakkan barang bawaannya ke dalam mobil. Lalu tak lupa pula lauren mengabari kedua orang tuanya di Indonesia. Lauren melajukan mobilnya menuju penginapan tapi sebelum itu lauren berhenti terlebih dulu di sebuah minimarket untuk membeli beberapa makanan dan air mineral. 

Sesampainya lauren di hotel yang ia pesan betapa senangnya lauren melihat apa yang ada didepan matanya. Semua yang ada di hotel ini persis dengan foto yang mereka cantumkan di website mereka. Betapa semangat lauren untuk memulai perjalanan yang menyenangkan ini. Lauren memulai perjalanannya dengan wisata kuliner di Asakusa. 

Lauren menghabiskan harinya dengan sangat antusias. Banyak sekali yang lauren lakukan pada hari pertamanya di Jepang, seperti mengunjungi Harajuku, menghabiskan waktu di Imperial palace, bersantai di Meiji Shrine, juga makan di ramen Ichiran. Hari yang panjang telah lauren lewati, ini saat untuk lauren kembali ke penginapan dan bersiap untuk pesta malam. 

Lauren membuka pintu kamar penginapannya, duduk di sofa kecil lalu menelfon kedua orang tuanya.

“Hai ma pa, lauren baru aja balik ke penginapan. Hari ini seru banget deh pokoknya!” sapa lauren 

“Anak papa kayaknya udah bisa istirahat deh, besok perjalanan kamu masih panjang nanti kalau sakit siapa yang mau nyuapin kamu makan” canda ayah lauren

“tapi pa malam ini itu lauren mau ke Tokyo tower dan Roppongi” jawab lauren dengan nada sedikit memelas.

“Lauren kamu itu harus istirahat” ujar sang ibu

“Gapapa ma kan lauren juga sesekali begini” pinta lauren

“Lauren mama sama papa itu mau ke Jepang juga jadi kamu harus simpan tenaga untuk perjalanan yang lebih panjang lagi” lanjut sang ibu

“Hah? Mama sama papa mau ke Jepang juga?” tanya lauren

“Iya kita mau spend time lebih banyak aja sama kamu nak” jawab sang ayah

“Okey see you ma pa” ucap lauren menutup panggilan.

Lauren tidak menyangka bahwa perjalanannya tahun ini akan jadi lebih panjang dan tentu saja lauren bisa lebih santai karena tak perlu mengurus semuanya sendiri.

Malam berjalan dengan sangat baik. Namun, entah karena terlalu lelah lauren bangun kesiangan hari ini. Ada begitu banyak panggilan tak terjawab dari ponsel lauren. Lauren membuka ponselnya dan membaca pesan yang ditinggalkan sang ayah.

“Lauren sayang selamat pagi, mama dan papa sudah berangkat menuju Jepang dan transit di Tangerang” tulis sang ayah.

Lauren membalas pesan sang ayah “okey pa ma, save flight” tulisnya.

Selesai membaca pesan dari orang tuanya lauren bangkit dari kasurnya dan bersiap untuk hari yang menyenangkan ini.

Hari ini rencananya lauren akan menghabiskan waktunya di Disneyland Tokyo. Sebelum itu lauren mampir ke sebuah restoran cepat saji untuk membeli sarapan. Berbagai jenis wahana permainan sudah di coba oleh lauren. Seluruh macam jajanan mulai dari makanan berat hingga makanan manis yang penuh dengan nuansa disney juga sudah di rasakan lauren. Kurang lebih sudah 7 jam lauren berputar-putar di Disneyland. Saat ini, jarum pendek di arloji lauren sudah bergerak menuju pukul 18.00 malam.

Namun, kabar dari kedua orang tua lauren tak kunjung hadir. Bayangkan saja pesan yang tadi pagi dikirim dari jam 07.15 dan jika diperhitungkan waktu tempuh dan juga transit 1 jam 30 menit. Seharusnya saat ini kedua orang tuanya sudah berada di bandara. Dengan perasaan khawatir lauren memutuskan untuk kembali ke penginapan.

Sesaat kemudian lauren tiba di kamar penginapannya lalu membersihkan seluruh tubuhnya dan merenggangkan badan diatas Kasur. Lauren kembali memeriksa ponselnya, keluar masuk dalam aplikasi hijau berlogo telpon genggam. Sudah 1 jam berlalu tapi tak kunjung ada kabar dari kedua orang tuanya Lauren. Lauren setia menunggu didepan telpon hingga akhirnya lauren tertidur.

Telpon lauren berdering, dalam kondisi masih setengah tersadar lauren mengangkat panggilan yang Ia peroleh. 

“Apa benar ini mbak lauren?” tanya seseorang dari dalam telpon lauren

“Iya mas, ini siapa ya?” tanya lauren balik

“Mohon maaf sekali mbak saya salah satu perawat di RS harapan Banten, kedua orang tua mbak tadi pagi mengalami kecelakaan pesawat. Sempat hilang beberapa saat tapi sekarang sudah di temukan dan sedang di rawat. Karena pesan terakhir di ponsel korban tertera nomor mbak jadi saya hubungi kemari” jelas sang perawat

Mata lauren terbelalak, ia melompat dari atas kasur “saya sedang di luar negri mas tapi ini saya usahakan untuk segera pulang” ujar lauren terbata-bata.

Panggilan langsung di akhiri oleh lauren, ia membereskan seluruh barang-barangnya. Dan dengan terburu-buru lauren pergi ke bandara.

Saat tiba di bandara, lauren berlari ke arah loket dan memesan tiket menuju Tangerang. 

“sorry sis, but tickets to Tangerang are available for tomorrow morning. If you want to order, just order via our website” ucap petugas bandara

“oh okey, thanks” jawab lauren mengakhiri percakapan.

Sekarang ini lauren mencoba untuk tenang agar dirinya bisa memikirkan jalan untuknya.

“Tenang lau, sekarang cari hotel yang ada di dalam bandara aja terus pesan tiketnya dan besok bakal ketemu mama papa” celoteh lauren pada dirinya sendiri. Lauren berjalan mengelilingi bandara dan akhirnya ia dapat kamar di sebuah hotel kapsul. Lauren masuk ke kamarnya lalu mulai mengakses website maskapai penerbangan untuk besok. Setelah selesai memesan tiket untuk besok lauren pun tertidur. 

Malam yang penuh kejutan itu lauren lewati dan ini waktunya ia untuk pulang. Ketika pesawat sudah mulai terbang perasaan yang campur aduk timbul di benak lauren. Liburan yang lauren rencanakan matang-matang malah jadi sangat berantakan, begitu banyak yang dengan terpaksa harus ia batalkan. Didalam pesawat akhirnya air mata lauren mulai berjatuhan. Lauren tak kuat membayangkan bagaimana keadaan kedua orang tuanya saat ini. Pesawat mulai melakukan pendaratan dan lauren pun tiba lagi di Bandara Internasional Soekarno Hatta Tangerang. Lauren mengambil seluruh bagasinya dan bergegas menuju rumah sakit tempat di rawatnya kedua orang tua lauren. 

Tibalah lauren di RS Harapan Banten, lauren memantapkan langkahnya dan menghampiri meja resepsionis.

“mbak saya wali dari pasien kecelakaan pesawat kemarin, atas nama…” ucap lauren kepada resepsionius

“Mari mbak ikut saya” ajak resepsionis.

Lauren memantapkan langkahnya menyusuri lorong rumah sakit yang sepi. Hingga langkahnya terhenti didepan pintu putih. Dengan perasaan campur aduk lauren membuka pintu putih itu dan mendapati kedua orang tuanya terbaring lemas tak berdaya. Lauren berjalan kemudian jatuh tepat di sebelah kasur kedua orang Taunya.

“Kalau lauren tau gini kenapa kita ga pergi barengan aja ma pa, biar sakitnya juga barengan” Lauren tak sanggup lagi membendung air matanya. Lauren biarkan air mata itu menjamah setiap sudut di wajahnya. Lauren menggenggam erat tangan sang ibu, lalu berkata “mama ga mau liat lauren masak lagi? mama harus sadar ya lauren janji bakal masakin mama” pintanya pada sang ibu. Lauren memutar badannya tertekun tak menyangka ketika melihat sang ayah yang begitu kuat juga bisa terbaring lemas seperti ini. “pa lauren bentar lagi bakal wisuda loh, papa kan janji mau nemenin lauren sampai lauren selesai kuliah” ucap lauren kepada sang ayah. 

Setelah menyelesaikan perkataan terakhirnya lauren pingsan tepat di sebelah sang ayah. Saat lauren bangun ia mendapati dirinya sudah berada di ruangan yang berbeda dari kemarin. Lauren tersadar bahwa tangannya sudah di infus, ia berjalan keluar kamar rawat. Kemudian lauren kembali menghampiri kamar rawat orang tuanya. Begitu lauren membuka pintu putih itu betapa terkejutnya ia saat melihat tak ada seorang pun didalamnya. Lauren bertanya pada perawat yang datang ke kamar. 

“Mbak ini pasien di ruangan ini kemana ya?” tanya lauren

“oh mbak gak tau ya? Sepasang suami istri itu semalam mendadak kritis dan dokter udah gak bisa tolong lagi. Kenapa ya mbak?” tanya sang perawat 

“Boleh antarkan saya ke kamar jenazah, mereka orang tua saya” pinta lauren.

Mereka berjalan menuju ruang jenazah, sesampainya di sana sang perawat membiarkan lauren sendiri. Lauren mencari jasad kedua orang tuanya, sungguh menyakitkan pemandangan yang ada di hadapan lauren. Kedua orang tuanya pergi dengan meninggalkan senyuman. Lauren tahu ia harus mengikhlaskan kedua orang tuanya. Namun, kemana lagi ia harus pulang. Siapa lagi yang harus ia jadikan tujuan, 

“Lauren tau mama sama papa udah ga sakit lagi tapi kenapa sekarang ngebiarin lauren sakit sendirian?” teriak lauren.

Rasanya tak ada lagi air mata yang bisa menggambarkan kesedihan yang lauren rasakan. Lauren tertekun hingga kembali pingsan. 

Lauren terbangun kembali di ruangan yang ia lihat tadi pagi dengan seorang perawat di sebelahnya.

“kamu pingsan lagi setelah melihat kedua orang tuamu. Kamu itu juga kecapean dan ga makan udah beberapa hari ini. Sekarang makan dulu ya” ujar sang perawat.

Lauren hanya bisa diam terpaku sembari mengikuti seluruh arahan sang perawat.

“kamu ikutin aja yang saya bilang, moga-moga  besok udah bisa balik” lanjut sang perawat.

Lauren mengangguk masuk tak bisa mencerna bahwa sekarang ia hanya tinggal seorang diri. 

Waktu berlalu, kini lauren sudah diperbolehkan pulang. Lauren juga pulang bersama jasad kedua orang tuanya. Lauren tak lagi kembali ke kota asalnya, ia memutuskan untuk memakamkan orang tuanya di banten saja. Lauren menghampiri salah satu gereja di Banten untuk melaksanakan pemakaman yang layak bagi kedua orang tuanya. Hari ini akan jadi hari yang panjang untuk lauren, walau susah tapi lauren harus menjalani hari ini.

Ketika seluruh acara pemakaman berjalan lauren tak sedikitpun mengeluarkan sepatah kata. Lauren hanya diam menatap dengan dalam-dalam peti kedua orang tuanya. Hingga saat yang paling menyakitkan tiba, kedua orang tua lauren akan dikebumikan. Lauren masih terus menguatkan dirinya, namun ketika orang-orang mulai meninggalkan makam sang ayah dan ibu lauren masih setia berjaga di sana. Lauren tak sekalipun memalingkan tatapannya dari makam sang ayah dan sang ibu. 

“Lauren udah gak punya rumah lagi sekarang, lauren juga udah gak punya tujuan lagi. Lauren minta maaf kalau nantinya lauren jarang main kemari ya ma pa. lauren gak kuat kalau harus tetap disini” tepat saat kata terakhir terucapkan air mata kembali datang dan membanjiri seluruh wajah lauren. 

Lauren tak melakukan apapun, ia hanya duduk menatap makam kedua orang tuanya dan menangis. Lauren benar- benar kehabisan kata, ia diam membisu bak kerakap tumbuh di atas batu, hidup enggan mati pun tak mau. 

                  

Memang pengecut sekali lauren ini. Setelah seluruh acara pemakaman orang tuanya selesai lauren tak lagi menunggu untuk meninggalkan tempatnya sekarang. Entah lauren masih tak bisa menerima kepergian orang tuanya, dengan perlengkapan sisa-sisa kemarin lauren kembali melanjutkan kehidupannya di sebuah kota yang berada di negara Amerika. Kota Amityville menjadi tujuan lauren saat ini. 

Sudah 3 bulan sejak kepergian kedua orang tuanya. Kini hidup lauren benar-benar kehilangan arah. Lauren tak lagi seperti yang dulu kita kenal, lauren sekarang adalah seorang pemabuk yang menjalankan hidupnya tanpa aturan. Tampaknya, seluruh bar di kota Amityville sudah pernah di kunjungi oleh lauren. Tiap malam kerjanya hanya berpesta menghamburkan seluruh kekayaan yang ditinggalkan sang ayah. Namun, kejadian mengejutkan kembali terjadi malam ini. Ketika lauren sedang berpesta di sebuah bar sesosok pria berbadan kekar lewat didepan lauren. Pria itu memiliki wangi yang benar-benar persis seperti ayahnya lauren. Bagai menemukan tempat yang telah lama hilang lauren menarik tangan pria tersebut dan memeluknya dengan sangat erat. 

“Hey, what happen with you?” ucap pria itu

“nothing, I just really miss the smell” jawab lauren

I can’t understand what you mean” ucap pria itu lagi

“wait I just want hug you in the moment” pinta lauren.

Pria itu melepaskan pelukan lauren dan mendudukannya di atas sofa panjang bar. Pria itu mencoba menyadarkan lauren yang sudah mabuk.

“please don’t leave me again” ucap lauren tiba-tiba

“no babe, I’m still on your side” pria tersebut.

Mereka melewati malam panjang yang begitu indah. Paginya lauren terbagun di sebuah kamar yang amat asing untuk dirinya. Saat itu lauren juga tak lagi mengenakan sehelai pakaian pun. Lauren tahu apa yang saja yang sudah terjadi malam tadi. Namun, dengan sangat santai lauren menjalani harinya seperti tak terjadi apapun.

Beberapa minggu setelah kejadian di malam itu lauren mulai tak enak badan. Menyadari ada yang aneh pada badannya lauren pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan diri. Benar seperti yang di duga, lauren mengandung anak pria hidung belang tersebut.

congratulations you are pregnant, your pregnancy is now 1 month 1 week” ujar sang dokter

“Anjir dia gak pakai pengaman ternyata” ketus lauren dalam hati

“Oh ya really?” balas lauren pada sang dokter

“yes you are pregnant, but for a moment you don’t get drunk too often and start a healthy lifestyle” pesan sang dokter lauren.

Setelah memeriksakan dirinya ke dokter lauren pun mengunjungi salah satu toko buku di kotanya. Lauren mengambil sebuah buku tentang kehamilan muda dan mulai membacanya. Tiba-tiba seorang wanita yang terlihat seumuran dengan lauren datang menghampirinya.

“What happen with you sweetie?” tanya wanita tersebut

Lauren terdiam, ia ragu untuk bercerita atau tidak. Di satu sisi lauren memang sedang benar-benar butuh teman dan di satu sisi lainnya ia takut untuk meceritakan kisahnya. Namun, berdasar dengan sebuah kenekatan lauren mulai bercerita seluruhnya pada wanita itu. Lauren menceritakan bagaimana sedihnya lauren kehilangan arah dan tujuannya dan saat ini dia juga di timpa masalah baru lain. Setelah mendengar seluruh cerita lauren wanita itu tak sedikitpun memberikan saran, ia hanya mengajak lauren untuk ikut bersamanya pergi ke tempat yang nantinya bisa lauren jadikan rumah. 

Dari luar ini hanya terlihat seperti bangunan biasa tetapi ternyata ada sebuah gereja sederhana dengan sebuah salip terbalik di dalamnya. Wanita itu mengantarkan lauren ke depan sebuah ruangan, lauren mengetuk pintu dan dipersilahkan masuk. Lauren mendapati ada seorang pria di dalam ruangan itu. Di meja pria tersebut tertulis bahwa ia adalah pastur di geraja tersebut. Pastur itu menyambut lauren dengan sangat hangat, lauren duduk di kursi depan pastur. Tanpa di minta lauren langsung menceritakan seluruh kesakitan yang sudah ia rasakan sendirian saat ini. Lauren kembali mengeluarkan air matanya, kembali mengingat betapa bodohnya ia yang tak menyadari kekhawatiran kedua orang tuanya, mengingat betapa hangat pertemuan terakhir mereka di tengah meja makan dulu, mengingat betapa kejamnya dunia membiarkan lauren kehilangan arah dan tujuan hidupnya. Pastur menatap lauren lekat-lekat kemudian berkata “come here my daughter, come to me and we will give everything you want. Just tell us dan trust us”. Seolah termakan dengan buayan sang pastur lauren mulai percaya dengan semua yang pastur katakan. Pastur mengatakan bahwa ia dapat memberikan semua yang di inginkan lauren. Yang lauren inginkan hanya bertemu kedua orang tuanya lagi hanya itu saja. Tanpa banyak basa basi pastur mengajak lauren untuk bersama berjalan di jalan ini. Tiga hari lagi gereja mereka akan mengadakan sebuah acara keagamaan. Pada hari itu rencananya lauren akan melakukan perjanjian darah dengan iblis sebagai bentuk kesetiannya. 

Tibalah hari dimana lauren secara sah akan bergabung dalam komunitas keagamaan tersebut. Upacara keagamaannya berjalan seperti umumnya terjadi, tak sesuatu yang membuat lauren merasa janggal dengan gereja ini. Juga tak ada hal aneh yang harus lauren lakukan untuk bergabung dengan mereka. Lauren hanya perlu meneteskan setetes darahnya pada wadah yang sudah di sediakan.

Setelah upacara itu selesai lauren mulai merubah kehidupannya. Lauren memulai pola hidup sehat dan menjadi pemberi pelayanan pada gerejanya saat ini. Sudah 2 bulan berlalu dan kehidupan lauren sudah sangat membaik. Lauren mulai menerima kepergian kedua orang tuanya, karena menurut lauren setelah ia menjadi bagian dari gereja tersebut ia merasa sering mendapat pesan-pesan dari kedua orang tuanya lewat mimpi. Untuk lauren melihat kembali kedua orang tuanya walau hanya dengan mimpi sudah sangat mengobati seluruh kesakitan dalam dirinya. 

Hingga suatu hari pastur menawarkan sebuah pilihan yang begitu mengiurkan untuk lauren. Lauren dijanjikan dapat bertemu kedua orang tuanya tapi tidak sekedar lewat mimpi saja. Tetapi pastur memberikan sebuah syarat untuk itu. Tiga hari ke depan akan ada perayaan besar di gereja, sebagai bentuk ke-loyalan lauren kepada gereja dan juga akan menjadi syarat untuk perjanjian di atas lauren di haruskan untuk menggugurkan anaknya. Dan nanti anaknya itu akan diberikan kepada petinggi gereja juga persembahan untuk iblis. Ketika mendengar hal tersebut awalnya lauren sempat sedikit ragu dengan keputusannya nanti. Namun, karena pada dasarnya anak ini bukanlah harapan lauren ia tak begitu merasa bersalah jika harus mengorbankan anak tersebut. 

Latar berpindah 3 hari ke depan, hari dimana seluruh harapan lauren akan terkabulkan. Pagi itu pukul 09.00 lauren menguatkan hatinya lalu berjalan masuk ke dalam sebuah bangunan. Sebuah bangunan yang menelan lauren dari kisahnya ini. Dan semenjak saat itu lauren tak pernah lagi terlihat, ia hanya meninggalkan seluruh kesaktiannya untuk kita lewat kisah tak berujung. 

Penulis  Adalah Siswa Kelas X - 9  Unggul SMA Negeri 1 Lhokseumawe 











Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar