Dipertemukan Semesta

Dipertemukan Semesta 

Oleh : Puteri Ifana Nuwayyar

Sastrapuna-Com-Siapa yang tidak mengenal Abian Adelard? Siswa yang kerap dipanggil Bian itu menjadi incaran banyak cewek di  SMA Pradita Nusantara karena ketampanan yang dimiliki. Dibalik wajah tampannya itu, Bian juga dikenal sebagai siswa yang urakan, jahil, ga pedulian, banyak tingkah dan suka bolos. Bian sebenarnya tergolong siswa yang pintar, itu adalah salah satu kelebihannya, tapi ia lebih memilih kegiatan di luar kelas seperti mengikuti ekstrakurikuler yang tersedia di sekolahnya. Bian adalah tipikal orang yang pintar tapi tidak pernah mau menjadi on top lagi di kelas. Kenapa lagi? Karena kepintaran Bian selalu dimanfaatkan oleh teman-temannya sewaktu dia masih belajar di  Sekolah Menengah Pertama. Kini Bian duduk di bangku kelas 12 IPS 1. Bian adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Ia memiliki 1 adik perempuan yang masih belajar di kelas 1 SMP. Keluarga Bian dapat dibilang harmonis karena kehangatan yang menyertai keluarga itu. 

Hari ini adalah tanggal 8 Januari 2018 tepatnya jatuh di hari senin adalah hari yang ditunggu-tunggu sebagian siswa/siswi yaitu hari pertama masuk setelah libur semester 1. Seluruh murid maupun guru akan melaksanakan upacara. Upacara berjalan lancar seperti biasanya. Setelah upacara selesai, murid diizinkan untuk istirahat selama 15 menit sebelum pelajaran pertama dimulai. Bel pun berbunyi menandakan waktu istirahat setelah upacara sudah selesai dan pelajaran pertama akan segera dimulai. Di saat yang lain sudah selesai istirahat dan masuk ke kelas untuk belajar, tapi tidak dengan Bian. Ia tetap duduk di pojok kantin dengan santai seperti tidak terjadi apa-apa. Bian ngobrol dengan santai sama ibu kantin sampai tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 yang tandanya sudah waktunya beristirahat.

Bel istirahat pun berbunyi, teman-teman Bian dari kelas lain sedang gaduh membicarakan yang ia sendiri tidak tahu apa yang digaduhkan teman-temannya. Ketika ia beranjak dari tempat duduknya barulah Bian mendengar desas desus anak baru. “Di 11 IPA 2 ada anak baru ga si?”, “Katanya ada adek kelas cantik tu yang baru masuk hari ini”, “Gue dengar-dengar sih anak CEO”, begitulah kira-kira hal yang digaduhkan pagi itu. Saat Bian sudah diambang pintu keluar kantin, tiba-tiba teman sekelasnya yaitu Aldo menyenggolnya hanya untuk menanyakan hal yang tidak penting menurutnya “Bi, lo tau ga? Kata nya ada cewe pindahan tu di 11 IPA 2”, Bian menjawab dengan enteng “Gatau gue, dari tadi gue di kantin”. “Yahh, ga seru lo! Mau gue gebet deh, cantik soalnya” seru Aldo, “Bomat deh gue, suka-suka lo” jawab Bian acuh.

Baca Juga: Rumah untuk Callista

Saat dalam perjalanan ke kelas, Bian tidak sengaja menabrak bahu seorang siswi yang sedang membawa buku di koridor sekolah. Lalu dengan cepat Bian meminta maaf dan membantu mengambil buku-buku siswi itu yang terjatuh. “Eh sorry-sorry, gue bantuin deh.” Pinta Bian dengan perasaan bersalah. “Gapapa gue bisa sendiri, tolong lain kali kalo jalan tu liat pake mata” ketus siswi tersebut sambil melewati Bian setelah mengambil buku-bukunya yang terjatuh. “Dih apaan banget deh, orang gue ga sengaja juga”, tidak, Bian tidak mengucapkan kalimat itu di depan siswi ketus tadi,itu hanya batin Bian.

Sesampainya di kelas, Bian masih teringat-ingat tentang kejadian tadi. Bian penasaran siapa gadis ketus tadi yang tampak sombong dan sok. Tiba-tiba Bian mengingat bahwa tadi tanpa sengaja dia ada melihat nama di buku yang berjatuhan tadi. “Alea.. Mauren? Hmm menarik” gumamnya. Yup siswi ketus dan cuek tadi adalah Alea Mauren. Alea adalah murid pindahan yang dibicarakan oleh teman-teman Bian sewaktu di kantin tadi. Alea pindah ke SMA Pradita Nusantara karena orang tua nya pindah dinas, jadi mau tidak mau Alea harus ikut orang tuanya. Alea tipikal orang yang tidak suka bersosialisasi, dan hanya berinteraksi jika ada hal yang penting saja. Untuk sebagian cowok, Alea menjadi cewek yang menarik karena sikap dinginnya. Dengan disertai kepintaran dan paras cantik wajahnya, mustahil seorang Alea tidak menarik perhatian.

Keesokan harinya, Bian datang cepat ke sekolah hanya karena rasa penasarannya terhadap Alea. Ia mendatangi kelas Alea yaitu di kelas 11 IPA 2. Tepat di pojok dekat pintu Alea sedang duduk sendiri sambil membaca buku dengan headphones yang terpasang di telinganya. Lalu Bian duduk di samping Alea sambil menoel-noel tangannya berharap kehadirannya dapat dinotice sang empunya. Setelah beberapa menit Bian menoleh tangan Alea dengan muka melasnya, akhirnya Alea membuka headphones nya. Bian tersenyum, tapi ternyata Alea malah melontarkan kalimat “Lo siapa sih, ganggu aja tau ga”. “Kenalin gue Bian siswa paling ganteng di SMA ini” kata Bian narsis sambil mengulurkan tangan niat berkenalan. Akan tetapi ajakan berkenalan itu tidak digubris oleh Alea. Ia lebih memilih melanjutkan bacaannya daripada menggubris cowok di sampingnya itu. Bel pun sudah berbunyi menandakan pelajaran akan dimulai. Bian kembali ke kelasnya dengan raut muka yang kesal.

Di kelas, Bian melamun memikirkan Alea padahal ada guru di depannya. Guru yang sadar akan hal itu pun menegur Bian karena asik melamun dan tidak menyimak pelajaran. “Aduh buk, kepala saya pusing ni buk” ungkap Bian, “Saya izin ke UKS ya buk” sambungnya sambil meninggalkan kelas padahal gurunya belum memberikan izin. Seorang Bian tetaplah Bian, perbuatannya tidak pernah sesuai dengan apa yang diucapkan. Izinnya ke UKS tapi ia malah lari ke kantin. Saat sudah di kantin pun dia tetap memikirkan Alea. Lamunannya dibuyarkan oleh panggilan Aldo “Woii! Udah gue duga sih pasti lo cabut ke kantin, mulut lo doang ke UKS”. “Lagi mikirin apa lo, ngelamun mulu” tanya Aldo. “Gue penasaran deh sama Alea anak baru itu” jawab Bian. “Cieee udah mulai tertarik ni” kata Aldo menggoda Bian. Akibat kata-katanya itu Aldo mendapat toyoran di kepalanya.

Dua bulan sudah berlalu, tiada hari yang terlewati tanpa seorang Bian yang selalu mengganggu Alea. Mengekor dan merecoki Alea sudah menjadi hobi bagi Bian. Hingga pada suatu hari, sekolah akan mengadakan pertandingan olahraga. Pertandingan ini sudah menjadi hal yang wajib dilakukan setiap tahun. Kali ini Bian akan berpatisipasi dalam lomba basket yang kaptennya pun adalah dirinya sendiri. Beberapa hari ini Bian sibuk melatih dirinya dan anggotanya. Alea yang sudah mulai terbiasa diganggu oleh Bian pun bingung dan bertanya-tanya “Bian kemana ya? Tumben banget ga ngerecokin gue” gumamnya. Hari pertandingan pun tiba. Alea dan temannya akan menonton pertandingan tersebut. Alea mau ikut nonton karena dipaksa oleh temannya. Kalau karena bukan paksaan temannya, Alea tidak akan mau menonton pertandingan-pertandingan seperti ini. Olahraga basket mendapat urutan pertama yang ditandingkan dalam event ini. Saat pertandingan sudah dimulai, teman Alea sangat heboh menyorakkan nama Bian. Alea sedikit kaget karena Bian ikut bermain. “Keren..” gumam Alea yang melihat Bian berkali-kali memasukkan bola ke ring. Setelah pertandingan selesai, waktunya melihat siapa pemenang dari pertandingan ini. Ternyata tim Bian menang juara pertama dalam bidang olahraga basket. Saat Bian sedang foto bersama timnya, Alea pun mendatangi Bian. “Congrats ya Bi” ucap Alea singkat sambil bersalaman dengan Bian. Alea rasanya ingin cepat-cepat pergi dari situ karena menurutnya ini bukan dirinya yang ia kenal.

Setelah sampai di rumah, Alea merebahkan dirinya di kasur. Hari ini terasa sangat melelahkan karena energinya habis hanya untuk menonton pertandingan tadi. Mengingat pertandingan tadi, Alea bingung kenapa dirinya masih memikirkan seorang Bian. Alea merasa kesal pada dirinya sendiri. “ Gue kenapa sih? Apa gue suka sama Bian? ga ga ga, ga mungkin gue suka sama Bian” bantahnya. Keesokan harinya, hobi Bian tetaplah sama yaitu merecoki Alea. Tanpa sadar lama-kelamaan Alea mulai luluh, mulai kelihatan rasa suka ke bian. Bian menyadari hal itu dari perubahan sikap Alea kepada dirinya, namun ia masih tidak mau kepedean dan pura-pura tidak tahu saja. Hari sabtu tepatnya pada pulang sekolah, Bian melihat Alea yang sedang menunggu jemputan. Ia pun menghampiri Alea. “Lea, kok belum pulang? Lagi nunggu jemputan?” tanya Bian. “Iya ni, supir gue di telpon ga diangkat-angkat” jawab Alea. “Pulang bareng gue aja, udah mau hujan loh” sambung Bian. “Gausa deh, palingan bentar lagi dijemput” kata Alea sambil milhat kendaraan yang berlalu-lalang. Bian pun memaksa “udah gapapa, yuk!”. Mau tidak mau Alea harus menerima tawaran Bian daripada ia tidak ada yang jemput. Di sepanjang perjalanan, mereka cerita-cerita tentang hal yang menurut mereka konyol. Alea senang sekali hari itu. Saat sore menjelang malam, Bian ngechat Alea bertujuan untuk mengajaknya keluar nanti malam. Alea pun mengiyakan ajakan Bian.

Saat malamnya, Bian bergegas menjemput Alea. Mereka pergi ke sebuah kafe yang sudah dipilih oleh Bian. Langit malam menyelimuti kota, cahaya bintang menghiasi langit malam. Kini sepasang remaja itu sedang menikmati malam yang indah dengan berbincang ringan sambil menyantap hidangan yang sudah dipesan. Hingga salah satu dari dua insan itu memulai percakapan serius. “Le, gue suka sama lo. Mau ga jadi pacar gue?” ucap Bian dengan entengnya. Alea yang mendengar hal itu tersedak karena kalimat yang diucapkan Bian. Bian segera mengambilkan minum untuk Alea sambil berkata “Sorry-sorry”. Alea hanya bisa diam dan tidak menjawab pertanyaan Bian sambil melanjutkan menyantap makanannya. Selesai makan, mereka pun memutuskan untuk mengelilingi kota melihat indahnya kota di malam itu dengan ditemani angin sambil berbincang kecil. “Gue juga suka lo, Bi. So, ayo pacaran” kata itu tiba-tiba keluar dari mulut Alea. Bian sontak terkejut. Dia sangat senang bahwa ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.

Berbulan-bulan mereka jalani layaknya sepasang kekasih pada umumnya. Sampai tidak terasa ujian semester sudah dekat. Bian sudah mulai fokus belajar untuk mengejar nilai-nilai yang tertinggal. Hari ini tepat bulan April di mana Bian sudah mulai melaksanakan ujian kelulusan. Selama ujian berlangsung, Bian tidak banyak berinteraksi sama Alea karena Alea menyuruhnya untuk fokus pada ujiannya saja pada saat ini. Ujian kelulusan berlangsung selama seminggu. Hari ini adalah hari terakhir ujian kelulusan. Bian merasa lega karena telah menyelesaikan ujiannya dengan baik. Bian juga senang karena hari ini ia akan pergi jalan-jalan bersama Alea karena Alea sudah berjanji kepadanya jika ujian sudah selesai maka mereka akan pergi jalan-jalan, itu janji Alea.

Setelah ujian selesai, pihak sekolah mengadakan acara perpisahan yang mengundang semua murid beserta walinya. Hari perpisahan pun tiba, di mana anak kelas 12 akan melepas masa-masa SMA nya dan akan menempuh pendidikan baru. Bian didampingi oleh Ayah dan Bundanya. Mereka duduk di kursi paling depan. “Bun, abis ini aku mau ngenalin pacar aku ke Ayah sama Bunda” ungkap Bian. Setelah acara selesai, Bian membawa ayah dan bundanya untuk bertemu dengan pacarnya, Alea. Alea juga membawa Papa dan Mamanya untuk bertemu dengan sang pacar. Mereka janjian bertemu di taman sekolah. Alea dan orang tuanya sedang menunggu Bian. Mereka janjian bertemu di taman sekolah. Alea dan orang tuanya sedang menunggu kedatangan bian dan kedua orang tuanya.

Saat sudah tiba di taman, Bian celingukan mencari keberadaan sang pacar, saat sedang melihat-lihat, Bian akhirnya menemukan keberadaan Alea bersama kedua orang tuanya. Tanpa pikir panjang Bian langsung bergegas menghampiri Alea. Setelah tiba di tempat Alea duduk bersama kedua orang tuanya, Bian langsung memanggil Alea untuk memastikan saja. Saat alea sudah menyadari keberadaan Bian, Alea langsung berdiri dan mengucapkan selamat kepada Bian. “Congratulation Bian” seru Alea seraya memberikan buket bunga untuk Bian. “Makasiii” jawab Bian seraya menerima buket pemberian Alea sembari tersenyum. “Oiya ma, pa, kenalin ini Bian pacar aku. Dan Bian kenalin ini mama sama papa aku” ucap Alea. Sang mama dan papa yang sedang sibuk bermain hp pun langsung mendongakkan kepala mereka serentak guna melihat kekasih sang putri. “Oh iya, haii saya papa nya Alea dan ini mama nya” ucap sang papa seraya menjabat tangan Bian dan disusul oleh mama alea seraya tersenyum lembut khas seorang ibu. “Hai tante, om, salam kenal saya Bian” jawab Bian seraya menerima uluran tangan papa dan mama Alea sambil tersenyum manis.

“Maaf kami terlambat” ucap sepasang suami istri kompak. “Ah iya gapapa bun, yah. Oiya bun, yah, kenalin ini Alea pacar Bian dan ini mama dan papa nya Alea” sahut sang anak. Saat mendongakkan kepala nya ke arah orang tua Alea, dua mata itu bertemu. Mata yang dulu menggambarkan kelembutan dan kasih sayang kini hanya tatapan penuh dendam dan benci yang menjadi satu. Yang mana tatapan itu dipancarkan oleh salah satu diantara mereka. Keduanya mematung saat mereka saling bertatapan. Tanpa menunggu lama  papa Alea langsung berdiri dan menarik tangan sang putri dan istrinya untuk pergi dari tempat itu tanpa sepatah kata pun. Alea dan Bian yang menyaksikan hanya bisa terdiam membisu, dan bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Kecuali ayah dan bunda bian yang sudah tahu apa penyebabnya.

“Yang tadi pacar Bian?” tanya sang bunda saat mereka hanya tinggal bertiga di taman dengan lembut seraya mengelus bahu sang anak. “Iya bun, kenapa?” tanya Bian. “Sebenarnya nak, Bunda pernah menjalin hubungan dan menjadi pasangan bersama papa Alea. Dari hubungan itu kami memiliki seorang putra, yaitu kamu Bian” cerita sang bunda di tengah-tengah taman yang sedang sepi. Suasana tiba-tiba hening, Bian mulai memikirkan sambil kebingungan.

Disisi lain, dengan wajah yang penuh dengan amarah dan kekesalan, papa Alea pergi membawa sang putri dan istrinya pulang. Alea tidak tahu apa yang membuat papanya kelihatan sangat marah. Di dalam mobil, Alea memberanikan diri untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. “Papa kenapa sih tiba-tiba narik Alea sama mama pergi gitu aja, ga sopan tau sama orang tuanya Bian” tanya Alea. Saat mama Alea ingin menjelaskan yang sebenarnya terjadi, papa Alea langsung memotong pembicaraan mereka dengan mengatakan bahwa Bian dan Alea adalah saudara kembar yang dipisahkan dan dimanipulasi umurnya oleh bunda Bian. Alea sangat terkejut mendengar kalimat yang dilontarkan papanya. “Sekarang papa perintahin kamu untuk jauhin Bian, kalian ga boleh berhubungan yang lebih dari seorang kakak dan adik” tegas sang papa. Alea yang mendengar ucapan sang papa hanya bisa pasrah dan melaksanakan perintahnya karena ia pun tau bahwa hubungan ini tidak bisa dilanjutkan lagi.

Malamnya, Bian masih bingung dengan apa yang terjadi. Ditambah dengan Alea yang tidak ada kabar sejak kejadian siang tadi. Bian mencoba menghubungi Alea dengan mengirim pesan dan menelpon sang pacar namun tidak ada balasan dari sang hawa. Bian semakin bingung apa yang sebenarnya terjadi pada pacarnya. Sebenarnya Alea bukannya tidak ingin membalas pesan yang dikirim oleh Bian, tetapi papa Alea dengan tegas dan tidak boleh dibantah melarang mereka untuk tetap berhubungan. Bian pun masih sering nge-contact pacarnya itu, tapi tetap saja tidak ada balaasan. Bian nyamperin ke rumahnya, ke sekolahnya saat jam pulang sekolah, tetapi Alea tidak pernah terlihat sedikit pun oleh Bian. Hari-hari telah berlalu, dan bian yang tak kunjung mendapat respon dari sang kekasih. Hingga suatu malam, Bian sedang duduk di kafe bersama teman-temannya sembari membahas tentang perencanaan kuliah nanti. Ternyata Alea juga berada di kafe yang sama yang hendak akan pulang. Saat sedang celingukan, tanpa sengaja Bian melihat Alea di pojok kafe itu. “Aleaaa!!!” panggil Bian sambil melambaikan tangannya. Namun respon Alea tidak seperti apa yang dibayangkan oleh Bian. Alea hanya tersenyum kecil dan langsung berjalan menghindari Bian. Bian merasa ada yang aneh dari Alea. Hati yang hampir senang saat bisa berjumpa dengan kekasihnya seaakan hancur seketika. Suasana yang tadinya gaduh menjadi hening saat teman-teman Bian melihat respon Alea yang begitu cuek kepada Bian. “Kenapa Bi?” tanya salah satu teman Bian. “Gapapa haha” ucap bian sambil tersenyum kikuk. Hari-hari pun berlalu, Bian mulai fokus pada masa depannya.

Di sisi lain, Alea yang terkekang untuk tidak merespon Bian mulai kelelahan dengan apa yang dihadapinya. Dulunya Alea adalah gadis cantik yang selalu ambis dengan pelajaran. Namun kini minatnya pada pelajaran telah memudar. Harinya seakan sudah tidak berwarna lagi. Alea yang dari dulu dikekang oleh ego sang papa dan kemudian saat ia menemukan hal yang membuatnya bahagia yaitu saat bersama Bian, namun kebahagiaan itu ditarik paksa oleh sang papa. Wajah bahagia saat bersama Bian, sekarang sudah menjadi wajah yang seperti orang yang hilang semangat hidup. Alea bukan lagi gadis cantik dan rajin yang dikenal oleh Bian. Hingga suatu hari, Alea mendapat kabar bahwa Bian menerima beasiswa kuliah di London. Alea tidak tahu harus senang atau sedih mendengar kabar itu. Seseorang yang bisa membuatnya senang kini akan pergi untuk menempuh masa depannya. Rasa senang dan sedih menghantui gadis cantik itu. Dia akan kehilangan orang yang selalu membuatnya bahagia.

Hari itu, Alea melamun seorang diri di balkon rumahnya, ia sudah putus asa dengan semuanya. Papa Alea yang sedang lewat dan melihat hal itu merasa bersalah dan kasihan melihat keputusasaan putrinya itu. Sang papa pun mendekati Alea. “Alea” panggil sang papa dengan nada dinginnya. Lamunan Alea dibuyarkan oleh panggilan papanya. “Kenapa pa? Papa mau apa lagi” jawab Alea dengan nada ketus bercampur sedih. “Papa mau ngomong sama kamu. Alea, sebenarnya Bian itu anak kandung papa sama bundanya Bian saat kami pernah menjadi keluarga kecil dulunya. Tapi keluarga kecil itu ga bertahan lama sampai kami memutuskan untuk berpisah karena bunda tidak sanggup dengan sifat egois dan tempramen papa. Ga lama setelah itu papa memutuskan untuk menikah lagi sama mama kamu. Saat itu mama kamu ga bisa hamil lagi, karena mama kamu pengen punya anak perempuan maka kami mengadopsi seorang anak perempuan. Dan anak itu adalah kamu Alea. Kamu adalah anak angkat papa dan mama. Papa nutupin ini semua karena keegoisan papa dan karena papa masih dendam sama bundanya Bian. Dan semua yang papa bilang sebelumnya itu semata-mata hanya karangan yang papa buat agar kamu tidak dekat-dekat lagi dengan Bian. Papa minta maaf ya nak, maafin papa udah merusak kebahagiaan kamu” jelas sang papa. Seketika Alea mematung dengan perasaan yang sudah campur aduk. Ia bingung harus senang atau sedih. Alea senang karena ternyata Bian dan dirinya tidak memiliki hubungan darah. Di sisi lain Alea sedih dan kecewa kenapa papanya tega membohonginya tentang hubungannya dengan Bian. Ia juga sedih karena sang papa menutupi selama bertahun-tahun bahwa ia adalah anak angkat mereka. 

Setelah mendengar semua itu, Alea memutuskan untuk pergi ke kamarnya. Ia merebahkan dirinya karena terlalu pusing dengan apa yang terjadi. Tak lama setelah ia merebahkan dirinya, “ting” bunyi notifikasi di hpnya. Alea segera mengambil hpnya dan melihat 1 pesan yang tertera di layar hpnya itu. Ternyata pesan itu adalah dari orang yang akan selalu menjadi tokoh terbaik di dalam hidupnya, tak lain dan tak bukan adalah Bian.

Hari itu adalah hari tepat di mana Bian harus meninggalkan keluarga, kota kelahirannya, dan Alea demi masa depannya. Bian mengirim pesan pada Alea “Alea, aku tau kamu ga akan balas pesan ini,  aku cuma mau kamu tau kalo hari ini aku akan berangkat ke London. Aku dapet beasiswa kuliah di sana. Haha lucu yaa, setelah sekian lama aku ga ngasi kabar ke kamu tapi datang-datang aku kasi kabar perpisahan kaya gini. Aku gatau kenapa hubungan kita jadi gini. But i  feel so lucky to have been loved a girl as pretty as you, as smart as you. Anw le,  I have loved you since i was 17, long before we both thought the same thing. See you again Alea Mauren.” Alea menitikkan air matanya saat membaca pesan singkat yang dikirim oleh Bian. Tak ingin membuang waktu lagi, ia langsung bergegas menyusul Bian ke bandara. Ia pergi dengan hati yang gelisah karena ia takut ia tidak akan bertemu lagi dengan Bian setelah lamanya waktu memisahkan mereka. 

Sesampainya di bandara, Alea berusaha mencari Bian. Bian sedang menenteng kopernya dan bersiap untuk meninggalkan tanah kelahirannya untuk menempuh masa depan. “Biannn!!!” teriak seorang gadis yang sedang kebingungan. Bian kaget mendengar suara yang sangat tidak asing di telinganya. Iya, gadis itu adalah Alea. Bian menoleh dan sangat senang saat mengetahui Alea menyusulnya ke bandara. Alea berlari dan langsung memeluk Bian. Bian terpaku sambil perlahan membalas pelukan Alea. Alea berkata “Bi, secepat ini kita pisah. Rasanya baru kemarin kamu yang selalu gangguin aku, ngekorin aku ke mana pun aku pergi. Seneng banget rasanya bisa kenal sama kamu, tapi waktu perlahan mulai misahin kita. Kamu harus lanjutin kuliah kamu di luar negeri, dan aku yang harus tamatin SMA aku di sini tanpa ada kamu. Maafin aku karena semenjak kejadian yang terjadi di antara orang tua kita, aku harus jauhin kamu. Aku minta maaf karena aku ga pernah balas pesan kamu lagi. Aku minta maaf Bian.” Bian tersenyum kepada Alea. “Nooo, you don’t need to apologize lea” jawab Bian dengan lembut pada sang kasih. Saat dua insan itu sedang saling melepas rindu, terdengar pengumuman bahwa pesawat yang akan dinaiki Bian akan segera take off. Bian harus segera bergegas pergi. Alea merasa sangat sedih, tapi ia harus menutupi kesedihan itu dengan senyuman. “See you Abian Adelard” ucap Alea. “See you again Alea Mauren, we will be together again if God allows us to” ucap Bian sambil berjalan menghilang dari pandangan Alea. Begitulah kalimat terakhir yang diucapkan oleh dua insan yang dulunya pernah menjadi sepasang kekasih dan kini harus berpisah karena semesta tak mengizinkan dan waktu tak memberi mereka kesempatan untuk bersama lagi. 

Penulis adalah Siswa Kelas  X- 9 SMA N 1 Lhokseumawe 

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar