Vaksin, antara Ilmiah dan Hoaks

Vaksin, antara Ilmiah dan Hoaks

Oleh: Muklis Puna

sastrapuna.com - "Orang Bijak selalu Berpikir Positif, Namun Orang  Gagal  Selalu Berpikir Negativ Thingking"

Vaksin, antara Ilmiah dan Hoaks. Pandemic Covid-19 hampir tiga tahun bersemanyam di bumi ini. Dia bermutasi dari satu tubuh ke tubuh lainnya. Dunia lesu, perekonomian lumpuh pendidikan seperti zaman batu. Padahal bumi ini penuh sesak dengan teknologi dan peradaban informasi berkembang begitu pesat, melesat bagai kilat menjilat mega. Hampir tiga tahun pula orang -orang dikarantina pada ruang- ruang bersekat dengan segala aturan yang mengikat. Wajah -wajah dibalut masker berserakan di jalan dan keramaian kota. Bernapas dihadang kain kasa menahan segala virus yang menggetarkan dunia. 

Kebebasan dipasung, keramaian digusur rumah ibadah dan sekolah sepi menggigil. Rasa cemas menjalar, setiap orang dibakar api pikiran. Perjalanan panjang terputus dengan protokoler kesehatan yang ketat. Anak -anak mulai bosan bercanda dengan dinding dan pagar kawat berduri. Komunikasi dilakukan lewat angin tak boleh sekalipun bersentuhan. Apalagi berjabat tangan diganti dengan adu genggaman ini telah menjauhkan dari kebiasaan yang bersemanyam dalam ranah sosial kita. 

Belajar lewat jaringan mengandalkan aplikasi. Namun para pengguna masih gagap teknologi. Karakter siswa berubah dalam semasa seperti simsalabim abra kedabra. Mereka  mulai menjauh dari guru, karena bahasa tubuh sebagai teladan telah diganti dengan beragam tugas yang wajib dilakukan sebagai uji kompetensi pengetahuan. Rasa empati dan simpati terhadap guru terkikis sudah karena erosi yang  adanya abrasi dari  benteng-benteng kepedulian dan karakteristik. 

Tiga paragraf  di atas adalah  bentuk representasi sebuah kondisi yang menjelma dalam kehidupan masyarakat selama ini. Berbagai upaya dilakukan untuk keluar dari kemelut yang berkepajangan. Mulai  dari social distancing, Pemberlakuan  Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM),  dan  vaksinasi bagi anak usia 12 Sampai 17 tahun bagi anak sekolah. Dalam pelaksanaan vaksinasi ini banyak ditemukan kendala,terutama akibat literasi yang dimiliki peserta didik dan orang tua sangat trendah.

Program vaksinasi merupakan ikhtiar penyelamatan umat, terlepas dari informasi hoaks yang menerpa program ini. Sejak program ini dicanangkan pemerintah, virus yang menjadi momok bagi kehidupan ini pelan-pelan mulai menjauh dari negeri. Pertanyaan mendasar yang muncul adalah sampai di mana pemahaman para orang tua siswa terhadap program ini? Ada banyak berita hoaks yang bercerita tentang vaksinasi tanpa bisa dibuktikan secara ilmiah, baik dari segi kesehatan, maupun  pendidikan. 

Para koki yang punya kemampuan khusus dalam meramu dan meracik bahasa sebagai bahan utama dalam mengolah berita vaksinasi dari yang ilmiah menjadi hoaks adalah tantangan bagi pemerintah saat ini. Berapa banyak youtuber memanfaatkan program ini sebagai ladang utama dalam menaikan rating dan viewernya di canal-canal youtube di media canggih ini. Apalagi media ini bisa dibuat oleh siapa saja, karena gratis tak berbayar membuat dunia hiburan semakin ramai dan menggema. 

Akhirnya, pihak YouTube sebagai media yang paling  canggih di zaman ini telah mengambil kebijakan  berhubungan dengan vaksin. Hal ini sebagaimana disebutkan bahwa layanan berbagi video dan media sosial YouTube semakin gencar memblokir semua konten anti-vaksin dan informasi palsu atau hoax mengenai vaksin Covid-19. https://www.cnbcindonesia.com/news/20210930175757-4-280508/youtube-hapus-130000-video-anti-vaksin-dan-hoaks-covid. Diakses 3 Desember 2021 

Kebijakan ini merupakan sebuah langkah yang ditempuh oleh media tersebut, mengingat Covid 19  adalah   wabah yang mengerikan. Artinya, jika media ini digunakan sebagai ladang penyebar hoaks terhadap program vaksinasi mungkin akan menghambat program internasional dalam mengusir virus yang mengerikan. Pertanyaannya mengapa  Covid 19 lebih mudah viral di media sosial daripada berita lainnya? Jawabannya, karena virus ini sangat aktual dan fenomenal sehingga semua perhatian selalu tertuju pada  virus yang seksi dan mengerikan.

Selanjutnya, kedewasaan berpikir yang dimiliki oleh masyarakat khususnya Indonesia belum mencapai tahap yang diharapkan. Kemampuan berpikir logis yang dimiliki masyarakat kita tidak pernah dievaluasi terlebih dulu. Setiap informasi yang berhubungan dengan Covid 19 selalu dinaikkan derajatnya, sehingga berakibat pada viralnya sebuah infomasi yang telah diracik dan diberi nilai kreativitas tentang subtansi dari content yang diinformasikan. Ada saja kreativitas yang dimunculkan apalagi dalam bentuk visual. Secara umum sebuah informasi yang disampaikan oleh penggunggah di media social, apabila disertai dengan gambar dan video selalu lebih menarik daripada disajikan dalam bentuk tulisan. Selanjutnya, informasi tersebut berkembang seperti  gunus es yang kelihatan puncaknya saja, namun dalam jiwa dan batin penikmat sudah merasuk jauh lebih dalam dan bersemanyam dalam ingatan. Ketika hal ini sudah membumi dalam jiwa penikmat, maka saban hari Ia akan membagikan kepada yang lain secara berkala . 

Mudahnya mengakses informasi tentang vaksin di media sosial membuat pemerintah kalah langkah dalam menghadapi hoaks. Selama ini, masyarakat lebih duluan menerima informasi hoaks tentang vaksin dari media sosial ketimbang dari pihak pemerintah. Akibatnya, pemerintah kelabakan dalam menghadapi hal ini. Satu sisi harus mensosialisasikan vaksin sebagai pencegah Covid 19. Di sisi lain harus memberantas ribuan berita hoaks yang berkembang di  media sosial.  Cepatnya informasi  hoaks berkembang dalam masyarakat telah mengakibatkan program vaksinasi  yang  ditarget pemerintah menjadi lamban.

Di awal kemunculannya, Covid 19 ini pada sebagian orang telah menganggap bahwa ini adalah sebuah konspirasi dunia.. Konspirasi ini dilakoni oleh milyader tingkat dunia yang berusaha mencari keuntungan, mereka  ter-hidden di balik peristiwa ini. Hal ini seperti  pada awal  tahun pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia. Banyak  teori konspirasi yang ikut mewarnai sumber  informasi terkait pandemi Covid 19 di tanah air.Teori konspirasi yang banyak beredar luas di media massa, justru membuat sebagian besar masyarakat mempercayai teori tersebut dan mengabaikan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang memang benar-benar ada. https://amp.kompas.com/sains/read/2021/03/02/170300723/setahun-pandemi-covid-19-ini-6-teori-konspirasi-menyesatkan-di- diakses 4 Desember 2021.

Teori konspirasi ini telah mempengaruhi paradigma berpikir masyarakat Indonesia.secara ilmiah. Hal ini bukan saja masyarakat dengan strata pendidikan rendah, bahkan yang bergelar profesor dan doktor pun tetap kena imbas dari radiasi berpikir seperti itu. Kenapa hal ini bisa terjadi,? Setiap teori konspirasi tetap menghadirkan argumentasi yang  sistematis serta dilengkapi fakta yang akurat dan aktual. Perlu diketahui, setelah dianalisis lebih jauh secara logika terhadap perbedaan yang sangat kecil dari teori tersebut dengan konsep sebenarnya. Itulah mengapa teori ini mampu menyulap  kebenaran sebuah informasi menjadi hoaks. Intinya kalau mau dikupas lebih detail dan  merujuk pada berpikir logis hal ini sangat mudah diberantas,  apabila seorang penikmat informasi mau mengevaluasi secara ilmiah terhadap teori  informasi  yang disebarkan. 

Melawan teori konspirasi hampir sama dengan melawan lupa. Artinya, kedua hal tersebut mengungkapkan pikiran sebagai media interpretasi terhadap informasi yang berkembang. Cara berpikir  logis  seperti ini apabila berhadapan dengan teori konspirasi akan goyah dan berantakan dalam menyimpulkan sebuah kebenaran dari informasi yang diterima. Pengaruh tingkat literasi setiap pribadi merupakan indikator utama dalam menerjemahkan sebuah konspirasi tentang vaksin. Adanya  pembanding yang kokoh untuk menampik dan .mengelola informasi hoaks dalam bentuk konspirasi. 


Simpulan:

Agar tulisan ini tidak mengambang dalam  paradigma berpikir pembaca tentang  vaksin, antara hoaks  dan ilmiah perlu ditarik beberapa simpulan dalam bentuk prediksi, jika hal ini tidak ditindaklanjuti  secarra tepat. 

1. Vaksin merupakan sebuah terapi modern yang harus diterima oleh setiap orang dalam menghadapi Covid 19  karena Ia bermutasi secara berantai. Apabila pemerintah dan masyarakat abai terhadap hal tersebut, dapat dibayangkan bagaimana kondisi kesehatan dunia khususnya Indonesia. Ini  akan berakibat pada semua lini kehidupan, baik pendidikan, sosial, budaya, agama  dan politik

2. Dibutuhkan sebuah konsep yang tepat dari pemerintah untuk mengilmiahkan vaksin dalam kehidupan masyarakat  sebagai langkah  menghadang hoaks yang lebih dulu menjamur  pada  setiap pola pikir orang Indonesia.

3. Jika budaya litrasi masih berjalan secara stagnan, maka Indonesia terus menjadi ladang hoaks bagi setiap youtuber yang merengkuh keuntungan dari situasi yang ada, khususnya Covid 19 dan program  vaksinasi yang lagi digerakkan secara nasional. 


Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal "Aceh Edukasi" IGI Pengurus IKatan Guru Indonesia Wilayah Aceh Divisi Literasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe. 

.




Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar