Masih Takut Dikritik?


Masih Takut Dikritik? 

Oleh: Muklis Puna

sastrapuna.com - Kritikus sastra adalah orang yang memahami seluk beluk karya sastra dalam berbagai genre.  Atau mungkin dapat juga menguasai satu genre sastra.  Hal ini bukan satu masalah yang perlu diperdebatkan,  namun yang menjadi perdebatan adalah bagian kompetensi sastra yang harus dimiliki oleh sang kritikus.  Selama ini,  para penulis merasa risih, ketika karyanya diapresiasikan dalam bentuk kritik.  Mereka tidak memahami padahal sang kritikus sedang membesarkan nama penulis dan dilambungkan lebih tinggi dari namanya.  

Selama ini kebanyakan dari penyair Kita " mewek' dan "ngambek ' ketika karyanya dikritisi agak tajam.  Ada satu pengalaman yang penulis rasakan sekitar tiga tahun yang lalu.  Ketika itu puisi" Jalan Gelap Menuju Pulang' dikritisi habis- habisan oleh Opa Sugiono Mpp.  Awal pembuka kritik terhadap puisi yang mendapat like dari Facebooker  hampir 400 orang itu,  terasa sangat indah dan menggembirakan.  Akan tetapi,Opa Sugiono yang begitu bnyak makan asam garam sastra mencoba mengibas dan membedah karya tersebut dengan pedang sastra yang begitu mengkilap dan tajam bak pedang samuari.  Penulis berontak dan berang sampai menulis esai balasan.  Gayungpun bersambut,  beliau menghadapi dengan profesional, sedangkan penulis mengedepankan emosional yang meluap- luap.  Akhirnya,  perseteruan berlansung alot dan berakhir dengan blokir sepihak yang dilakukan penulis.  

Kisah di atas merupakan sebuah refleksi kebodohan yang dialami penulis.  Namun setelah blokir dibuka dan beliau menyambut hangat. Lalu penulis dijadikan sebagai konstributor Majalah "Neokultur' Wilayah Aceh.  Penulis menyadari bahwa kritik yang diberikan terhadap puisi tersebut telah menjadikan penulis  dewasa dan belajar dari hal tersebut.  

Penulis adalah refleksi dari sejumlah penyair yang ada di dunia maya. Mereka lebih arogan terhadap kritik.  Karya- karya mereka inginnya diapresiasi dalam bentuk pujian, bukan penghakiman.  Ada sih...! beberapa karya teman yang penulis apresiasikan dalam bentuk pujian walaupun sesuai dengan kaedah sastra ilmu. Mereka tampak girang dan dishare kemana- mana,.  Secara motivasi menulis sih bagus dan bergairah bagi karya selanjutnya.  Akan tetapi, sadarkah mereka telah dininabobokan oleh apresiasi mesra sesaat? Sesungguhnya mereka sedang mengulum racun sastra,  apabila ditelan tamatlah riwayatnya sebagai penyair.

Sebuah pengalaman pahit di awal menjadi penulis.

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar