Foto: Dokumen Pribadi
Oleh: Izzati Khairunisa
Beruk (Macaca nemestrina) atau
monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Beruk memiliki persebaran di
dua pulau besar di Indonesia, Sumatera dan Kalimantan. Termasuk kota
Lhokseumawe. Habitat alami beruk yaitu hutan hujan tropis, yang kerap
berbatasan langsung dengan kawasan tempat tinggal manusia.
Banyak beruk yang tinggal di berbatasan langsung dengan kawasan tempat tinggal manusia, yaitu Lhokseumawe, Aceh. Di daerah yang masih terdapat hutan, disitulah habitat alami beruk. Namun, beruk sering kali menganggu manusia, menyebabkan terhambatnya aktivitas yang sedang dilakukan manusia.
Beruk dan manusia terkadang memiliki hubungan
yang tak harmonis, mengapa demikian? Karena beruk merasa terganggu terhadap aktivitas
manusia dan manusia sering memberi makan kepada beruk, yang mengakibatkan beruk
terus berdatangan untuk meminta makanan kepada manusia.
Beruk merasa terganggu terhadap
kehadiran manusia di sekitar mereka. Habitat mereka makin lama makin dekat
dengan kawasan manusia, karena peralihan lahan. Hal ini sebenarnya tidak boleh
terjadi, apalagi dengan hal ilegal, karena hal tersebut bisa merusak habitat
asli beruk.
Foto: dokumen Pribadi
Foto diatas adalah hasil
dokumentasi oleh warga di salah satu desa di Lhokseumawe, yaitu Desa Blang
Pulo. Seperti yang terlihat di foto tersebut, ada 2 beruk atau monyet ekor
panjang yang sedang duduk di atap rumah warga. Pengakuan warga, beruk sering
kali menganggu mereka yang sedang beraktivitas maupun yang sedang bersantai di
luar rumah.
“Beruk, monyet, lutung, udah menjadi hama di daerah Blang Pulo. Setiap pagi, siang, mereka selalu turun ke daerah Blang Pulo dalam jumlah puluhan ekor. Hal ini menjadi ancaman buat masyarakat yang langsung berbatasan dengan komplek Arun yang selalu menjadi hutan. Anak saya sudah berulang kali hampir di terkam monyet”.
Itulah ucapan dari seorang warga yang tinggal di Desa Blang Pulo. Warga merasa terganggu karena beruk-beruk ini turun ke Desa Blang Pulo dengan jumlah yang sangat banyak, mereka resah takut di terkam beruk-beruk tersebut. Terkadang, beruk sangatlah ganas bisa melukai manusia dengan dicakar maupun digigit. Jika manusia dicakar maupun digigit risikonya terjadi infeksi bakteri, penyakit tetanus, dan virus rabies atau herpes B.
Jika terkena cakaran atau gigitan,
kalian bisa melakukan pertolongan pertama, drngan di cara mencuci luka dengan
sabun dan air mengalir selama setidaknya 15 menit, membersihkannya dengan
antiseptik, lalu segera ke fasilitas kesehatan terdekat.
Beruk menjadi ganas karena mereka merasa terancam akibat aktivitas manusia. Mereka takut dilukai oleh manusia atau semacamnya. Jadi, mereka melakukan perlindungan diri.
Foto: Dokumen Pribadi
Foto tersebut didokumentasikan oleh
mahasiswi di Universitas Malikussaleh, yaitu sebuah universitas yang berada di Aceh
Utara. Pengakuan dari mahasiswi tersebut yaitu dia pernah dikejar dan barang pribadi
maupun makanan milik mahasiswi tersebut pernah diambil oleh beruk-beruk yang
turun di kawasan universitas tersebut.
Tidak heran lagi jika di
Universitas Malikussaleh banyak beruk yang turun, dikarenakan universitas
tersebut berlokasi di dekat hutan. Oleh karena itu, beruk-beruk tersebut sangat
gampang untuk menganggu aktivitas manusia. Mahasiswa dan mahasiswi di
universitas tersebut merasa sangat terganggu akibat hadirnya beruk-beruk yang
sering kali turun di kawasan tersebut, namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa,
karena kawasan Universitas Malikussaleh masih mencakup habitat asli dari
beruk-beruk tersebut.
Tetapi beruk-beruk tersebut menjadi
sangat sering turun, jika selalu dikasih makanan oleh manusia. Oleh karena itu beruk-beruk
tersebut akan ketergantungan pada
manusia, perilaku agresif, masalah kesehatan (obesitas dan penyakit), peningkatan
populasi, dan risiko penularan penyakit zoonosis (seperti rabies atau
hepatitis) dari monyet ke manusia melalui gigitan atau cakaran.
Bagaimana cara mencegah agar beruk
atau monyet ekor panjang tidak menganggu manusia?
Banyak cara pencegahan yang bisa
dilakukan agar beruk atau monyet ekor panjang tidak menganggu manusia. Hindari
memberi mereka makan, simpan makanan dan sampah dalam wadah tertutup, pasang
pengusir visual seperti boneka pemangsa, gunakan bau tidak disukai monyet
(seperti cabai atau kapur barus), pasang pagar atau jaring, serta gunakan suara
mengganggu seperti alat elektronik atau bunyi petasan. Edukasi juga penting
untuk mencegah perilaku memprovokasi atau menatap mata monyet, yang bisa
menimbulkan agresivitas.
Dari cara pencegahan tersebut,
jangan pernah sekali-kali kalian melukai beruk atau monyet ekor panjang jika
mereka tidak menyerang kalian. Karena beruk memiliki banyak fungsi, antara lain
yaitu peran ekologis sebagai penyebar biji dan pengendali serangga, peran dalam
penelitian medis sebagai model penyakit dan pengembangan obat, serta potensi
manfaat bagi manusia seperti wisata edukasi atau bahkan tenaga bantuan
(meskipun jarang).
Selagi kita tidak pernah melakukan
aktivitas yang membahayakan yang menyebabkan beruk itu terancam, maka beruk
tidak akan pernah menyerang kita.
Jika kita bertemu dengan beruk atau
monyet ekor panjang, usahakan tetap tenang dan tidak melakukan aktivitas yang
menyebabkan beruk itu merasa terancam akibat kehadiran kalian.
Dan yang paling penting adalah
untuk tidak menganggu atau merusak habitat asli mereka. Karena jika mereka
kehilangan tempat tinggal, maka mereka akan turun ke kawasan tempat tinggal
manusia untuk mencari makanan maupun menganggu manusia, karena mereka
menganggap manusia sangat bahaya untuk kehidupan mereka.
Jika tidak ada beruk, ekosistem
akan terganggu karena hilangnya peran mereka sebagai penyebar biji dan pemangsa
serangga kecil, serta adanya potensi peningkatan populasi hama yang dapat
merusak tanaman pertanian. Meskipun beruk dapat menjadi sumber penyakit bagi
manusia, kepunahan mereka juga berpotensi menyebabkan ketidakseimbangan di
habitat mereka, termasuk hilangnya spesies lain yang bergantung pada monyet.
Maka dari itu, kita sebagai manusia
yang memiliki akal sehat, kita harus menjaga hubungan baik antara kita dan
berk-beruk tersebut. Supaya mereka tidak terancam terhadap kehadiran kita, dan
kita tidak terancam atas kehadiran mereka di sekitar kita.
Pentingnya untuk mengelola populasi
monyet dan menjaga keseimbangan ekosistem, daripada membiarkan mereka punah,
demi menjaga kesehatan lingkungan dan ekosistem
Jadi, kita harus bisa mengelola
populasi monyet dan menjaga keseimbangan ekosistem, daripada membiarkan mereka
punah, demi menjaga kesehatan lingkungan dan ekosistem. Karena seperti yang
bisa ketahui dari tulisan saya diatas, beruk sangat penting untuk kehidupan
manusia, ekosistem, dan keanekaragaman hayati.
Fungsi beruk dalam keanekaragaman
hayati yaitu, antara lain adalah
· Indikator Kesehatan Lingkungan
Kehadiran monyet, seperti bekantan
di Kalimantan, menunjukkan bahwa hutan memiliki sumber daya yang memadai untuk
mendukung kelangsungan hidup spesies tersebut. Oleh karena itu, melindungi
populasi monyet juga berarti menjaga kesehatan ekosistem hutan secara
keseluruhan.
· Menjaga Keseimbangan Alam
Dengan peran mereka dalam
penyebaran biji dan kontrol serangga, monyet secara tidak langsung
berkontribusi pada keberlangsungan dan keseimbangan alam di habitat mereka.
Nah jadi yang seperti kalian baca, beruk memiliki banyak manfaat untuk kita, maka dari itu kita harus menjaga hubungan baik antara manusia dan beruk agar tidak terjadi konflik yang berbahaya untuk kebelah dua pihak. Karena jika kita kehilangan beruk, akan sangat rugi untuk kehidupan selanjutnya.
Penulis adalah Siswa SMA Negeri 1 Lhokseumawe
0 Komentar