Foto: Dokumen Pribadi
Oleh: Fahrul Reza
Rohana, S.Pd., atau yang akrab disapa Bu Ana, merupakan seorang guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Lhokseumawe.
Beliau tidak hanya dikenal sebagai pendidik yang berdedikasi, tetapi juga sebagai pembina ekstrakurikuler seni baca puisi yang telah mengantarkan banyak siswanya meraih prestasi, mulai dari tingkat kota hingga provinsi.
Beliau lahir di Lhoksukon pada 12 Maret 1972. Rohana adalah putri keenam dari sembilan bersaudara, buah hati dari pasangan Muhammad Husein dan Hafasah. Saat ini, beliau menetap di Gang Cempaka 2, Lorong SD Inpres (Haji Cut), Banda Masen, Lhokseumawe, Aceh.
Perjalanan pendidikan Rohana dimulai dari SD Negeri 3 Lhoksukon, berlanjut ke SMP Negeri 1 Lhoksukon, dan SMA Negeri Lhoksukon.
Setelah lulus dari sekolah menengah, beliau melanjutkan studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Syiah Kuala (USK), Banda Aceh.
Kecintaannya terhadap puisi mulai tumbuh sejak duduk di bangku sekolah menengah. Beliau kerap menulis puisi di buku hariannya, meskipun saat itu belum pernah mengikuti kompetisi karena minimnya ajang serupa bagi siswa. Bakatnya mulai bersinar semasa kuliah.
Beliau beberapa kali meraih juara pertama dalam lomba baca puisi dan pernah menjadi juara kedua dalam lomba pembacaan cerita pendek. Keaktifannya di Sanggar Cempala Karya USK turut memperkaya pengalamannya di dunia seni.
Bersama sanggar tersebut, beliau sering bermain teater dan tampil dalam berbagai pementasan di Taman Budaya Banda Aceh.
Pengalaman mengajar pertamanya dimulai saat masih menyusun skripsi. Kala itu, beliau dipercaya menjadi asisten dosen di IAIN Ar-Raniry, menggantikan dosen pembimbingnya untuk mengajar mahasiswa yang usianya tidak jauh berbeda darinya.
Tantangan ini menjadi pelajaran berharga bagi Rohana dalam membangun kepercayaan diri di depan kelas.
Setelah lulus, beliau resmi menjadi tenaga pendidik di SMP Muhammadiyah Lhoksukon pada tahun 1996. Setahun kemudian, beliau lolos seleksi dan diterima sebagai guru di SD Pupuk Iskandar Muda (PIM).
Mengajar anak-anak sekolah dasar memberinya pengalaman yang berbeda, terutama dalam merasakan kedekatan emosional dengan para murid.
Dalam perjalanannya mengajar di SMA, Rohana mengalami berbagai momen penuh haru. Salah satunya adalah kisah seorang siswa bernama Farhan yang kehilangan ayahnya saat kelas XI dan disusul oleh kepergian ibunya saat ia duduk di kelas XII.
Menjelang kelulusan, Farhan meminta izin untuk memanggil Bu Rohana dengan sebutan "Mama" dan menjadikannya orang tua angkat.
Permintaan itu diterima dengan tulus oleh Rohana, terlebih karena beliau tidak memiliki anak laki-laki. Kisah ini menjadi salah satu pengalaman paling berkesan dan mengharukan dalam hidupnya.
Selain Farhan, ada pula siswi bernama Cinta yang menganggapnya sebagai guru sekaligus sahabat. Hubungan hangat seperti ini menjadi bukti bahwa peran seorang guru tidak terbatas pada mengajar, tetapi juga memberikan dukungan emosional bagi para siswanya.
Dedikasi Rohana tecermin dari kesabaran dan ketekunannya dalam membimbing siswa, baik di bidang akademik maupun non-akademik. Beliau selalu bersedia menjadi pendengar yang baik bagi siswa yang menghadapi masalah.
Selain itu, beliau konsisten mengembangkan dan membagikan bakatnya di bidang seni puisi dan teater kepada generasi muda.
Salah satu tindakan paling mengagumkan dari Bu Rohana adalah kesediaannya menerima Farhan sebagai anak angkat meski tanpa ikatan darah. Kehangatan hatinya membuat para siswa tidak hanya melihatnya sebagai guru, tetapi juga sebagai keluarga.
Kata-kata yang sering beliau ucapkan dan menjadi pegangan hidupnya adalah:
"Ini adalah tempat melabuh rindu."
Bagi Rohana, kenangan baik yang tertulis, terdokumentasi, maupun yang tersimpan di dalam hati akan selalu menjadi pelabuhan untuk kembali. Kenangan adalah tempat untuk mengingat masa-masa indah dan menghangatkan jiwa di kemudian hari.
Penulis adalah Siswa Kelas XII.1 Program Unggulan SMAN 1Lhokseumawe
0 Komentar