Sumber: Dreamina.capcut.com
Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd.
Bahasa Indonesia, dengan kekayaan aturannya, menyimpan berbagai konsep sintaksis yang mendasari pembentukan kalimat yang efektif dan bermakna. Di antara berbagai elemen pembentuk kalimat, pemahaman mendalam mengenai fungsi dan kedudukan unsur-unsur seperti objek dan pelengkap menjadi krusial.
Kedua unsur ini, yang lazimnya menempati posisi setelah predikat, seringkali menimbulkan kebingungan bagi penutur bahasa Indonesia. Artikel ini hadir untuk mengupas secara komprehensif definisi, karakteristik pembeda, serta fungsi unik dari objek dan pelengkap berdasarkan telaah dari berbagai ahli linguistik terkemuka.
Ciri-ciri Objek
Para ahli bahasa sepakat bahwa objek memegang peranan vital dalam kalimat aktif transitif. Alwi dkk. (2003:328) secara eksplisit mendefinisikan objek sebagai konstituen kalimat yang kehadirannya imperatif karena dituntut oleh predikat yang berwujud verba transitif. Mari kita cermati contoh sederhana: pembantu membersihkan ruangan saya.
Dalam kalimat ini, tindakan membersihkan yang dilakukan oleh pembantu tidak akan memiliki kejelasan makna yang utuh tanpa adanya ruangan saya sebagai sasaran atau objek dari tindakan tersebut. Dengan demikian, ruangan saya berfungsi sebagai objek yang melengkapi verba transitif membersihkan.
Posisi objek dalam konstruksi kalimat aktif transitif selalu mengikuti predikat secara langsung. Secara tipologis, objek umumnya berwujud nomina (kata benda) maupun frasa nominal (kelompok kata yang berfungsi seperti kata benda). Sebuah ciri distingtif objek adalah kemampuannya untuk diprasastikan atau digantikan dengan pronominanya apabila acuannya berupa nomina, frasa nominal inanimat (tak bernyawa), atau persona ketiga tunggal.
Lebih lanjut, jika objeknya adalah pronomina persona pertama tunggal (aku) atau persona kedua tunggal (kamu), bentuk ringkas ku dan mu dapat digunakan. Menariknya, batasan wujud objek tidak hanya terbatas pada tataran kata atau frasa, melainkan juga dapat berupa klausa, memperkaya kompleksitas struktur kalimat.
Pandangan lain mengenai objek dikemukakan oleh Sugiono (1986:65-70) yang merangkum tiga karakteristik utama: (1) keberadaannya yang langsung di belakang predikat, (2) potensinya untuk bertransformasi menjadi subjek dalam konstruksi pasif, dan (3) ketiadaan preposisi (kata depan) yang mendahuluinya. Pendapat ini selaras dengan penegasan Ramlan (1986:87) yang menyatakan bahwa kehadiran objek adalah suatu keniscayaan dalam kalimat yang predikatnya berupa verba transitif.
Suwito (2003:61) memperluas pemahaman kita tentang objek dengan menambahkan beberapa ciri esensial lainnya. Objek, menurutnya, (1) secara langsung menerima dampak atau akibat dari aktivitas yang dinyatakan oleh predikat, (2) selalu berlokasi setelah predikat, (3) secara eksklusif hadir dalam kalimat aktif transitif, (4) menjalin relasi yang sangat erat dengan predikat, (5) cenderung memiliki posisi yang tetap dan sulit dipindahkan, dan (6) memiliki kemampuan untuk berevolusi menjadi subjek ketika kalimat aktif ditransformasikan menjadi kalimat pasif.
Dalam analisis yang lebih mendalam, objek dapat dikategorikan menjadi dua jenis: objek langsung dan objek tak langsung. Objek langsung adalah entitas nomina atau frasa nominal yang secara aktif dikenai oleh tindakan verba transitif atau merupakan hasil langsung dari tindakan tersebut.
Di sisi lain, objek tak langsung adalah nomina atau frasa nominal yang mendampingi verba transitif dan berperan sebagai penerima manfaat atau pihak yang diterangkan oleh tindakan dalam predikat (Mukuan, 2011). Perbedaan krusial di antara keduanya terletak pada kemampuan untuk menjadi subjek dalam kalimat pasif. Objek langsung memiliki kapabilitas ini, sementara objek tak langsung tidak.
Karakteristik Pelengkap: Persamaan yang Menyesatkan
Pelengkap, sebagaimana dikemukakan oleh Ramlan (2005:90), berbagi kemiripan superfisial dengan objek dalam hal posisinya yang cenderung menetap di belakang predikat. Kesamaan letak inilah yang seringkali menjadi sumber kebingungan dalam membedakan kedua unsur sintaksis ini. Secara morfologis, pelengkap juga seringkali berwujud nomina atau frasa nominal, menyerupai objek.
Namun, Suwito (2003:61) menawarkan beberapa indikator pembeda yang signifikan. Pertama, pelengkap dapat muncul dalam kalimat aktif transitif setelah objek hadir, seperti dalam konstruksi paman mencarikan kakak pekerjaan (dalam hal ini, pekerjaan adalah pelengkap yang melengkapi mencarikan setelah objek kakak).
Kedua, pelengkap juga dapat ditemukan dalam kalimat intransitif, yaitu kalimat yang predikatnya tidak memerlukan objek, contohnya petani di pegunungan bertanam jagung (jagung berperan sebagai pelengkap yang melengkapi verba intransitif bertanam). Ketiga, pelengkap memiliki fleksibilitas untuk didahului oleh preposisi tentang atau pada apabila predikatnya memiliki awalan ber, seperti dalam contoh kami berbicara tentang keadaan sekolah dan saya tidak ingin bergantung pada suami.
Keempat, dan ini adalah pembeda yang paling fundamental, kalimat yang memiliki pelengkap yang langsung mengikuti predikat umumnya resisten terhadap proses pasifisasi, seperti dalam contoh adikku menjadi ketua kelas.
Selanjunya, Yohanes (1991:8) juga menggarisbawahi kemiripan pelengkap dengan objek dalam hal posisi di belakang predikat dan wujudnya yang seringkali berupa nomina. Kendati demikian, perbedaan esensial terletak pada ciri-ciri inherennya.
Objek secara kategoris adalah nomina, terletak langsung di belakang verba transitif tanpa intervensi preposisi, memiliki kemampuan untuk bertransformasi menjadi subjek dalam kalimat pasif, dan dapat digantikan dengan pronomina-nya.
Sebaliknya, pelengkap dapat berwujud nomina, verba, atau adjektiva, berposisi di belakang verba intransitif atau verba transitif yang telah memiliki objek, dan seringkali didahului oleh preposisi. Pelengkap tidak memiliki kemampuan untuk menjadi subjek dalam kalimat pasif, dan penggantian dengan –nya terbatas hanya jika didahului oleh preposisi selain di, ke, dari, dan akan.
Sebuah metode praktis untuk mengidentifikasi pelengkap adalah dengan mencoba memindahkan unsur kata atau frasa yang berada di belakang predikat untuk menduduki posisi subjek dalam konstruksi kalimat pasif. Jika proses pemindahan ini menghasilkan kalimat yang tidak gramatikal atau janggal, maka dapat dipastikan bahwa unsur tersebut adalah pelengkap.
Fungsi Pelengkap dalam Kalimat
Chaer (2003) memberikan perspektif yang jelas mengenai fungsi pelengkap sebagai unsur kalimat yang selalu berlokasi setelah predikat. Posisi yang sama dengan objek inilah yang seringkali memicu kebingungan.
Secara struktural, pelengkap dapat hadir dalam berbagai wujud, mulai dari nomina, frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, frasa preposisional, hingga klausa. Untuk memperjelas pemahaman mengenai peran pelengkap, berikut adalah beberapa ilustrasi kalimat dengan pelengkap yang mendampingi berbagai jenis predikat:
Verba taktransitif: Orang itu bertubuh raksasa. (bertubuh raksasa melengkapi verba intransitif bertubuh).
Verba intransitif dengan preposisi: Saya benci pada kebohongan. (pada kebohongan melengkapi verba intransitif benci), Negara ini berlandaskan hukum. (berlandaskan hukum melengkapi verba intransitif berlandaskan).
Verba dwitransitif (setelah objek): Ayah membelikan saya mobil baru. (saya adalah objek, mobil baru adalah pelengkap yang memberikan informasi tambahan tentang objek yang dibelikan), Dia membeli rumah untuk anaknya. (rumah adalah objek, untuk anaknya adalah pelengkap yang menerangkan tujuan pembelian), Kakak menuliskan surat untuk adik. (surat adalah objek, untuk adik adalah pelengkap yang menunjukkan penerima surat).
Adjektiva: Ibunya sakit kepala. (sakit kepala melengkapi adjektiva sakit), Anak itu pandai menari. (pandai menari melengkapi adjektiva pandai), Beliau senang bermain tenis. (senang bermain tenis melengkapi adjektiva senang).
Simpulan:
Berdasarkan telaah komprehensif dari berbagai perspektif ahli bahasa, dapat ditarik benang merah bahwa objek dan pelengkap, meskipun berbagi kemiripan dalam hal posisi setelah predikat, merupakan dua entitas sintaksis yang berbeda dengan karakteristik dan fungsi yang khas.
Objek, yang kehadirannya dimandatkan oleh verba transitif, memiliki ciri utama berupa kemampuannya untuk bertransformasi menjadi subjek dalam kalimat pasif dan umumnya tidak didahului oleh preposisi.
Di sisi lain, pelengkap berfungsi melengkapi makna verba intransitif atau verba transitif yang telah memiliki objek, seringkali didahului oleh preposisi, dan tidak memiliki kemampuan untuk menduduki posisi subjek dalam konstruksi pasif.
Pemahaman yang mendalam terhadap perbedaan subtil namun fundamental antara objek dan pelengkap adalah kunci untuk menguasai sintaksis bahasa Indonesia secara akurat dan menghasilkan analisis kalimat yang tepat.
Penulis adalah Pemimpin Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe
0 Komentar