Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd.
Cerpen atau cerita pendek adalah karya sastra berbentuk prosa yang menceritakan suatu peristiwa atau pengalaman dalam ruang lingkup yang singkat, padat, dan fokus pada satu konflik utama.
Cerpen biasanya memiliki jumlah kata yang terbatas, umumnya kurang dari 10.000 kata, sehingga penyampaian alur, tokoh, dan latarnya dilakukan secara ringkas namun tetap mampu memberikan kesan mendalam bagi pembaca. Karena sifatnya yang singkat, cerpen sering kali mengandung pesan atau amanat yang dapat langsung dipahami setelah membaca keseluruhan cerita.
Manfaat Menulis Cerpen
Menulis cerpen memberikan banyak manfaat bagi pengarang. Cerpen dapat dijadikan sebagai media untuk menyalurkan pengalaman estetika pengarang.
Selain itu, cerpen juga menjadi wadah untuk mencurahkan segala pikiran dan perasaan yang dihadapi manusia dalam berbagai aspek kehidupan, seperti cinta, tragedi, harapan, kekuasaan, dan berbagai persoalan lainnya yang dianggap penting.
Berbeda dengan pembaca, pengarang cerpen dapat secara langsung menuliskan pengalaman yang pernah dialami dalam bentuk cerita pendek. Terkadang, pengarang menggunakan tokoh lain sebagai pengganti dirinya agar tidak diketahui pembaca.
Baca Juga: SPMB 2025/2026: Jalur Prestasi Kembali Dibuka, Kesempatan Emas bagi Siswa Berbakat
Dengan demikian, kisah yang diangkat seolah-olah milik orang lain, padahal sebenarnya dialami oleh pengarang sendiri. Mengungkapkan perasaan melalui cerpen memberikan kepuasan tersendiri bagi pengarang, terutama kepuasan batin.
Dengan kata lain, jika seorang pengarang mengalami suatu perasaan yang sulit, menuangkannya ke dalam cerpen dapat membuatnya merasa lebih lega, seolah-olah masalah tersebut telah terselesaikan. Oleh karena itu, menulis cerpen memiliki manfaat besar bagi pengarang maupun pembaca.
Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen
Sebuah cerpen dibangun oleh dua unsur utama, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang terdapat dalam cerpen dan menjadi kerangka utama dalam cerita. Tanpa unsur ini, suatu cerita tidak dapat disebut cerpen.
Semua gagasan atau ide yang ingin disampaikan pengarang ditanamkan secara langsung dalam unsur intrinsik. Sementara itu, unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar cerita, namun tetap berpengaruh dalam penulisan cerpen.
Secara umum, terdapat tujuh unsur intrinsik dalam cerpen, yaitu tema, amanat, alur, latar, penokohan, sudut pandang, dan gaya bahasa. Berikut adalah penjelasan mengenai unsur-unsur tersebut:
Tema
Sebuah cerpen selalu dikembangkan dari suatu permasalahan yang muncul dalam kehidupan. Permasalahan ini bisa merupakan pengalaman langsung pengarang atau diambil dari kisah orang lain. Siapa yang mengalami permasalahan tidak terlalu penting, tetapi yang utama adalah inti masalah yang dikembangkan dalam cerpen.
Baca Juga : Investasi Pendidikan untuk Masa Depan Bangsa: Urgensi Penanganan Anak Putus Sekolah
Tema dalam cerpen mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, baik secara batiniah maupun lahiriah. Karena tema merupakan dasar pengembangan cerita, pemilihannya harus dilakukan dengan cermat. Kesalahan dalam memilih tema dapat berdampak buruk pada kualitas cerpen itu sendiri.
Tema dalam sebuah karya, baik cerpen maupun novel, baru dapat diketahui setelah cerita dibaca secara keseluruhan. Karena cerpen memiliki bentuk yang lebih singkat dibandingkan karya sastra lainnya, pembaca lebih mudah memahami tema yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Tarigan (2008:160) mengemukakan bahwa tema adalah "gagasan utama atau pikiran pokok dalam suatu karya imajinatif yang dapat ditemukan oleh pembaca yang cermat." Senada dengan itu, Panuti (1988:51) menyatakan bahwa tema adalah "gagasan yang mendasari karya sastra dan sering kali didukung oleh latar, alur, dan penokohan."
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tema merupakan elemen esensial dalam sebuah karya sastra. Selain sebagai gagasan utama, tema juga menjadi dasar penyusunan cerita. Tema dapat disampaikan secara tersirat melalui alur, tokoh, atau latar cerita.
Amanat
Setiap karya sastra mengandung amanat yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat bisa berupa ajaran moral atau pesan yang berhubungan dengan kehidupan. Dalam sebuah cerpen, permasalahan yang diangkat biasanya diberikan solusi oleh pengarang, dan solusi inilah yang disebut amanat.
Menurut Kosasih (2001:174), "Amanat merupakan pesan yang disampaikan pengarang dalam karya sastra. Pengarang mengungkapkan solusi atau alternatif jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam cerita. Amanat sering kali disampaikan secara implisit agar tidak terkesan menggurui atau menghakimi."
Baca juga: Bahasa, Makna, dan Semiotika: Menyingkap Puisi IBU Karya Hening
Amanat dapat bersifat implisit atau eksplisit. Amanat implisit tersirat dalam tindakan tokoh di akhir cerita, sedangkan amanat eksplisit disampaikan secara langsung oleh pengarang dalam bentuk nasihat, peringatan, atau himbauan. Meskipun demikian, yang paling penting adalah bagaimana amanat dapat diterima dan dipahami oleh pembaca tanpa mengurangi kualitas cerita.
Alur / Plot
Dalam cerpen, berbagai peristiwa disajikan dalam urutan tertentu, yang disebut alur. Alur berfungsi sebagai kerangka cerita, layaknya rangka tubuh manusia yang menopang daging dan organ lainnya. Jika peristiwa dalam cerpen disusun tanpa alur yang jelas, cerita akan kehilangan keteraturan dan sulit dipahami oleh pembaca.
Latar
Latar atau setting adalah tempat dan waktu berlangsungnya cerita. Dalam cerpen, latar dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
Latar Tempat: Lokasi geografis tempat cerita berlangsung, misalnya di desa, kota, atau negara tertentu.
Latar Waktu: Waktu kejadian dalam cerita, seperti pagi, siang, malam, atau era tertentu.
Latar Suasana: Keadaan emosional dalam cerita, seperti sedih, gembira, menegangkan, atau romantis.
Tarigan (2000:157) menyatakan bahwa "Latar mencakup tempat, waktu, dan kondisi psikologis dari semua yang terlibat dalam cerita. Latar sering kali sangat penting dalam memberikan sugesti terhadap karakter tokoh dan menciptakan suasana dalam karya sastra."
Latar yang kuat akan membantu pembaca membayangkan cerita secara lebih nyata. Oleh karena itu, seorang pengarang harus piawai dalam menyajikan latar agar cerita terasa hidup.
Contoh latar dalam penggalan cerpen:
"Kini Amru tinggal bersama kakeknya yang sudah berumur tujuh puluh tahun. Mereka berdua tinggal di sebuah gubuk darurat di pinggir kota Khan Yunis. Rumah mereka di Nablus sudah hancur berkeping-keping akibat bombardir Israel. Bahkan, di atas puing-puing rumahnya kini telah dibangun vila mewah milik seorang pebisnis Yahudi yang baru datang dari Ceko bersama dua puluh lima ribu Yahudi lainnya dari Eropa Timur. Sementara itu, orang-orang Palestina terusir dari rumah dan kampung halaman mereka." (Habiburrahman El Shirazy: Seratus Peluru untuk Amru)
Dalam penggalan cerpen di atas, latar tempat adalah kota kecil di Palestina. Meskipun tidak disajikan contoh latar waktu dan suasana, latar tempat tetap menjadi pijakan penting dalam pengembangan cerita. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tanpa latar yang kuat, cerita tidak akan memiliki makna yang utuh dalam karya sastra.
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe
0 Komentar