Bebaskan Siswa dari Bullying

Bebaskan Siswa dari Bullying

  


Oleh: Azla Nur Aghla

Dizaman sekarang ini pembullyan, penindasan, atau tindakan merendahkan orang lainnya itu sudah sangat di anggap familiar atau bahkan di anggap biasa saja di kalangan para pelajar saat ini. Pembullyan atau perundungan adalah perilaku agresif yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang terhadap orang lain yang di anggap lebih lemah secara fisik, mental, atau sosial. pembullyan dapat berupa kekerasan fisik, verbal, psikologis, atau seksual. 

Pembullyan dapat terjadi di mana saja namun biasanya kasus kasus pembullyan yang banyak terjadi di lingkungan sekolah, karna biasanya para pelajar masih dalam proses pembentukan sikap atau sedang dalam proses persiapan pendewasaan diri.

Pembullyan di sekolah sering kali di sepelekan oleh pihak sekolah, guru, atau bahkan orang tua.Mereka menganggap pembullyan sebagai hal yang wajar atau biasa dan bahkan dianggap sebagai bagian proses tumbuh kembang anak anak. Padahal pembullyan memiliki dampak yang sangat memengaruhi kepribadian dan alur hidup sikorban dari pembullyan tersebut.

Bullying bukan hanya sering terjadi di saat berkegiatan di lingkungan sekolah, saat berkegiatan sehari hari di luar lingkungan sekolah pun dapat beresiko terjadinya pembullyan atau perundungan yang memakan jiwa. Aksi bullying ini sangat merugikan korban hingga dapat memengaruhi psikisnya si korban. 

Fenomena bullying ini menyebabkan para pelaku melakukan tindakan semena mena kepada si korban, para pelaku biasanya memilih korban dengan cara melihat sisi seseorang dari sikap pendiamnya, pemalunya, spesialnya, cantiknya, atau bahkan orang yang memiliki atau mempunyai kekurang yang bisa di jadikan bahan ejekan.Aksi pembullyan atau perundungan yang dilakukan seseorang atau pun sekelompok orang yang merasa lebih kuat biasanya dilakukan secara berulang. 

Pelaku tidak bertanggung jawab dan biasanya juga pelaku merasakan perasaan senang , gembira atau bahkan merasakan kepuasan tersendiri saat melakukan aksi pembullyan atau perundungan kepada si korban. 

Ketika pihak sekolah mulai mengabaikkan atau tidak terlalu peduli terhadap aksi aksi atau sikap pembulian yang terjadi, korban juga -akan lebih sengsara, karna biasanya korban tidak berani melapor ke pihak manapun dikarnakan takut pada si perundung atau pembully akan semakin bergairah untuk melakukan aksi pembullyan pada dirinya. Atau pun bahkan jika pihak sekolah peduli pada kasus kasus pembullyan, pembully pasti akan dengan banyak cara untuk menyembunyikan aksinya karna jika pihak sekolah tau akan kejadian tersebut pasti akan di usut dan di besi sanksi pada yang melakukan aksi pembullyan. 

Jadi sebaiknya jika pihak sekolah mengetauhi adanya kejadian perundungan harus di usut tuntas dan di selesaikan dengan bimbingan bimbingan yang membuat si pelaku tidak akan melakukan lagi aksinya itu.

Jika dilakukannya bimbingan dari pihak sekolah diharapkan tidak terjadi lagi yang namanya perundungan atau pembullyan. Pihak sekolah yang mengetahui adanya kejadian pembullyan akan mengusut dan menemukan pelakunya. Kasus ini akan diserahkan pihak sekolap kepada guru Bk atau Bimbingan Konseling, pelaku akan di introgasi dahulu mengapa melakukan perbuatan tersebut lalu akan dilakukan nya bimbingan kepada si pelaku pembulian itu. Guru BK juga akan menilai dulu seberapa parah perbuatannya, jika hanya masih sekedar ejekan, biasanya setelah dibimbing pelaku akan membuat surat perjanjian. Jika pelaku mengulangi perbuatannya, akan di panggilkan orang tuanya yang bertujuan memberi tau kelakuan anaknya di sekolah yang nantinya pasti orang tuanya akan menasehati dan lebih waspada terhadap tingkah laku anak nya itu.

Peran Sekolah dalam Mencegah Bullying

Seperti yang diketahui, kasus bullying terus mengalami peningkatan tanpa sadar. Hal ini dilakukan tanpa sadar jika tindakan tersebut bisa memberikan luka dan trauma pada anak. Nah, untuk mencegah terjadinya bullying pada anak di sekolah, peran sekolah dan guru tentu sangat penting. Berikut beberapa perannya yang bisa membantu mencegah tindakan bully.

1. Menanggapi Masalah dengan Serius

Sering kali sebagai guru, ketika terjadi masalah antara anak muridnya, guru cenderung menanggapinya dengan biasa saja. Padahal hal tersebut bisa saja menjadi salah satu bentuk bullying. Apabila terus dibiarkan maka akan membuat korban merasa semakin tersudut dan tidak ada yang membantu.

Itulah kenapa seorang guru harus peka dengan muridnya. Jangan langsung menyalahkan tanpa mengetahui penyebabnya terlebih dahulu. Jika masalah yang terjadi ditangani dengan serius, tentunya anak yang menjadi korban akan merasa sedikit aman.

2. Memberi Tahu Mana yang Benar dan Mana yang Salah

Peran sekolah dalam mencegah bullying bisa dilakukan dengan membentuk karakter anak. Caranya dengan memberitahukan mana yang benar dan mana yang salah. Anak-anak cenderung tanpa sadar melakukan bullying karena didikan orang tua atau pun karena lingkungannya.

Jadi, sebagai guru atau pengganti orang tua, guru harus bisa menyelesaikan masalah dengan baik. Saat ada anak yang melapor menjadi korban pembullyan, cobalah untuk menanggapinya dengan memberikan empati. Kemudian, jangan langsung menyalahkan atau mengkritik anak yang melakukan bully.

Ada baiknya untuk memberitahukan bahwa tindakan tersebut bisa memberikan dampak cukup besar terhadap mental seseorang. Dengan membuat anak nyaman baik di pihak korban atau pelaku, tindakan bullying setidaknya akan lebih berkurang. Jika perlu, terapkan hukuman tertentu pada anak yang melakukan bullying. 

3. Menyediakan Waktu untuk Berkonsultasi

Setiap sekolah pastinya menyediakan pelajaran BK atau ruangan untuk konseling. Namun, cukup banyak juga sekolah yang kurang memaksimalkan penggunaan BK. Secara umum, anak-anak yang biasanya melanggar aturan sekolah akan masuk ruangan tersebut. Lalu, bagaimana dengan anak yang ingin menyuarakan pendapatnya tapi merasa takut?

Itulah kenapa dibutuhkan waktu untuk berkonsultasi pada setiap anak. Tujuannya untuk menemukan korban bullying yang takut untuk mengungkapkan perasaannya. Jika setiap sekolah menyediakan waktu agar muridnya bisa melalukan konsultasi, tindakan bullying pasti bisa berkurang.

4. Melibatkan Orang Tua

Saat masalah yang terjadi ternyata memang menjurus atau memicu ke arah pembullyan, ada baiknya untuk melibatkan orang tua. Tujuannya bukan untuk membuat orang tua malu, melainkan membantu menemukan solusi yang terbaik bagi pihak pelaku dan korban. Pasalnya, jika dibiarkan nantinya bisa saja terjadi kasus bunuh diri.

Jadi, tidak ada salahnya jika pihak sekolah ingin mempertemukan orang tua pelaku dan korban. Hal ini akan membantu orang tua untuk mengetahui perkembangan anak sehingga bisa tahu letak kesalahan anak ada di mana.

Jika dirasa tidak memungkinkan, pihak sekolah bisa meminta bantuan secara eksternal sebagai peran sekolah dalam mencegah bullying. Di atas adalah beberapa peran dari pihak sekolah yang akan membantu anak agar tidak mengalami bullying di sekolah.http://yd.blog.um.ac.id/peran-sekolah-dalam-mencegah-bullying-pada-anak/Diakses pada Jumat 20 september 2024.

Jika pihak sekolah memerdulikan kasus kasus pembullyan atau perundungan yang terjadi,secara tidak langsung hal tersebut akan melindungi si korban. Karna rata rata korban takut untuk melaporkan apa yang dialaminya, jadi jika pihak sekolah sendiri yang mengusut akan hal tersebut korban pasti lebih merasa aman. 

Terkadang ada sekolah yang tidak memerdulika kasus kasus yang terjadi atau pun menutup nutupi kasus pembullyan yang terjadi dikarnakan takut akan jatuhnya reputasi atau nama baik sekolah. Padahal, jika korban lebih dahulu melaporkan pembullyan itu kepada orang tuanya, orang tua yang tidak menerima anaknya ditindas tersebut bisa jadi akan menuntut sekolah atas apa yang menimpa anaknya. Pada akhirnya reputasi sekolah tetap akan tercoreng.

Dalam beberapa kasus, peran sekolah dalam mencegah bullying masih terbilang minim. Banyak sekolah yang seolah menutup masalah bullying dan menganggapnya sebagai sesuatu yang benar. Belum lagi, tindakan bullying pada anak ternyata dilakukan tanpa sadar oleh guru di dalam sekolah.

Padahal, sekolah adalah tempat yang sebagian waktunya dihabiskan oleh anak-anak selain di rumah. Tentunya peran guru adalah sebagai pengganti orang tua di mana guru harus membela jika ada anak yang menjadi korban. Sayangnya, masih banyak guru yang mungkin cuek dan menganggap jika masalah yang terjadi pada anak-anak adalah hal wajar. http://yd.blog.um.ac.id/peran-sekolah-dalam-mencegah-bullying-pada-anak/Diakses pada Jumat 20 september 2024.

Ketika pembullyan terjadi secara terus menerus, hal tersebut akan memengaruhi kesehatan mental korban. Korban juga akan mengalami depresi bahkan memicu timbulnya gangguan emosi.

Dampak Bullying bagi Korban

Jika tidak segera dihentikan, perilaku bullying bisa menyebabkan berbagai macam gangguan mental maupun fisik bagi korban yang mengalaminya, seperti:

1. Memicu Masalah Mental

Dampak bullying bagi korban yang paling sering terjadi adalah memicu masalah kesehatan mental, seperti gangguan cemas, depresi, hingga post-traumatic stress disorder (PTSD). Pengaruh bullying terhadap kesehatan mental ini biasanya dialami oleh korban dalam jangka waktu panjang.

2. Gangguan Tidur

Insomnia juga menjadi salah satu dampak bullying bagi korban yang tak boleh diremehkan. Pasalnya, korban bullying sering kali mengalami stres berkepanjangan yang bisa menyebabkan hyperarousal, yaitu kondisi ketika tubuh menjadi sangat waspada sehingga mengganggu keseimbangan siklus tidur dan terjaga.

3. Penurunan Prestasi

Anak yang mengalami bullying biasanya akan kesulitan untuk memusatkan fokus dan konsentrasinya saat sedang belajar. Korban bullying juga kerap merasa enggan untuk pergi ke sekolah karena ingin menghindari tindakan penindasan yang dialaminya. Bila dibiarkan terus-menerus, kondisi tersebut bisa berdampak pada penurunan prestasi akademik anak.

4. Trust Issue

Trust issue merupakan kondisi ketika seseorang sulit memercayai orang-orang yang ada di sekitarnya. Kondisi ini rentan dialami oleh korban bullying karena mereka khawatir akan mendapatkan perlakuan buruk kembali bila menaruh kepercayaan terhadap orang lain.

Bahkan, bila tidak segera diatasi, korban bullying yang mengalami trust issue cenderung akan menutup dirinya dan enggan bersosialisasi dengan orang lain.


5. Memiliki Pikiran untuk Balas Dendam

Dampak bullying terhadap psikologi korban berikutnya adalah memiliki pikiran untuk balas dendam. Hal ini perlu diwaspadai karena bisa menyebabkan seseorang melakukan tindakan kekerasan pada orang lain untuk melimpahkan kekesalannya.

6. Memicu Masalah Kesehatan

Selain psikis, tindakan bullying bisa memengaruhi kondisi tubuh terutama bagi korban yang mendapatkan kekerasan secara fisik, seperti luka dan memar.https://dp3ap2kb.ntbprov.go.id/2023/11/30/6-dampak-bullying-bagi-korban-pelaku-yang-perlu-diwaspadai/#:~:text=Ada%20beberapa%20dampak%20bullying%20yang,penurunan%20prestasi%2C%20dan%20lain%20sebagainya.Diakses pada Jumat 20 september 2024.

Pembullyan adalah perilaku agresif yang dilakukan secara berulang terhadap individu yang bertujuan untuk merendahkan korban, yang dapat berupa kekerasan fisik, verbal, atau sosial. Dampaknya akan sangat merugikan, korban akan mengalami trauma, merasa dirinya tidak berharga, hingga masalah gangguan mental.

Pihak sekolah harus mengusut tuntas bila ada terdengar bahwa ada kejadian perundungan atau pembullyan yang terjadi. Untuk mengatasi pembullyan, diperlukannya kesadaran dari sipelaku, karna itulah dibutuhkannya bimbingan dari pihak guru BK atau Bimbingan Konseling. Sekolah juga bisa mengadakan sosialisasi yang bertujuan untuk menumbuhkan pengetahuan anak tentang empati kepada orang lain, juga mengetahui akibat dari tindakan pembullyan itu.

Penulis adalah siswa kelas XI-i program SMAN 1 Lhokseumawe






 



Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar