Oleh: Fawwas Aufa Jon Putra
NIM: 2307101130008Masa remaja merupakan fase transisi di mana terjadi transformasi secara fisik dan psikologis, menandai pergeseran dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Perubahan psikologis pada remaja melibatkan aspek intelektual, kehidupan emosi, dan interaksi sosial..
Istilah "remaja" berasal dari
bahasa Latin "adolesce" yang mengandung makna proses
pertumbuhan atau berkembang menjadi dewasa. Adolensence mencakup aspek
lebih luas, melibatkan kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.Masa remaja merupakan periode di mana
individu mengalami perkembangan psikologis dan proses identifikasi yang
mengubahnya dari seorang kanak-kanak menjadi dewasa (Santroock, 2003).
Perilaku sosial adalah segala hal yang kita lakukan yang melibatkan orang lain. Ini bisa termasuk aktivitas atau tindakan yang berhubungan dengan orang lain dan memerlukan kita belajar cara bersikap yang dapat diterima, memahami peran sosial, dan berusaha memiliki sikap sosial yang baik di mata orang lain. (Susanto, 2011).
Perubahan perilaku sosial seringkali paling terlihat pada masa anak-anak (Hurlock dalam Suharsono, 2009). Banyak orang tua yang sadar (aware) bahwa hubungan antara perilaku sosial dan pengaruh pola asuh dalam keluarga sangat erat. Pola pengasuhan adalah strategi yang diterapkan oleh orang tua dalam membimbing anak, yang memiliki potensi untuk memengaruhi perkembangan anak, termasuk dalam membentuk perilaku sosialnya.
Salah satu jenis pola asuh yang paling popular adalah pola asuh
otoriter atau Authoritative Parenting, Yaitu metode pengasuhan yang didasarkan
pada norma-norma yang berlaku dan mendorong anak untuk berperilaku dan bersikap
sesuai dengan kehendak orang tua (Hurlock, 1999).
Pada pola asuh ini, orang tua cenderung membatasi yang dimana orang tua menekankan ketaatan akan perintah mereka tanpa memberikan banyak kesempatan pada anak untuk dapat bicara, remaja yang mendapat pola asuh otoriter seringkali mengalami keterbatasan dalam mengembangkan keterampilan sosial. Saat ini pola asuh otoriter lebih di kenal dengan istilah Strict parents yang di susun dari kata “Strict” yang artinya ketat dan “Parents” yaitu orang tua, dapat diartikan sebagai orang tua yang tegas. Lebih jelasnya, strict parents adalah kondisi di mana pengasuh sering menetapkan standar yang tinggi dan memberikan dorongan kuat, bahkan bersifat menuntut terhadap anaknya.
Fenomena Strict
parents banyak terlihat di kalangan remaja atau saat terjadi perubahan dari
masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada periode ini, anak sedang mengalami proses
pertumbuhan dan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosialnya.
(Sumber: https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2021/04/17/parenting.jpeg?w=650&q=80)
Pola asuh otoriter memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap perkembangan perilaku sosial remaja, beberapa contoh dampak yang dapat terlihat melibatkan kemandirian, keterampilan dalam berkomunikasi, dan kemampuan bersosialisasi
1.
Kemandirian
dan Pengambilan Keputusan
Pola
asuh otoriter biasanya cenderung menghambat kemandirian pada remaja, anak anak
dalam lingkungan otoriter mungkin kurang memiliki kesempatan untuk
mengeksplorasi keterampilan pengambilan keputusan karena mungkin memiliki
sedikit kesempatan untuk mengembangkan keterampilan mengambil keputusan, karena
keputusan sering di ambil oleh orang tua, sehingga biasanya anak yang mendapat
pola asuh otoriter tingkat kemandiriannya lebih rendah di bandingkan anak yang
mendapat pola asuh lainnya.
2.
Keterampilan Berkomunikasi
Berkomunikasi tentu merupakan hal yang sangat penting bagi remaja, entah itu berkomunikasi dengan teman, partner, atau siapapun itu, namun anak-anak yang tumbuh dengan menerima pola asuh otoriter berkemungkinan akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi atau hubungan interpersonal yang sehat, karena terbiasa menerima pola asuh otoriter membuat mereka kakan sulit untuk berekspresi dan dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan orang lain.
Padafase remaja juga pasti banyak berinteraksi dengan teman atau lingkungan sosial nya, dan jika remaja memiliki keterampilan berkomunikasi yang rendah pastinya akan menyulitkan individu tersebut dalam bersosialisasi.
3. Rendahnya Kemampuan Bersosialisasi
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penting bagi orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter untuk memahami dampak negatifnya terhadap perilaku sosial remaja.
Pola asuh
otoriter sangat berpengaruh banyak terhadap kehidupan anak, dengan orang tua
yang menerapkan pola asuh otoriter berdampak pada perilaku sosial remaja,
dimana terdapat banyak pengaruh buruk terhadap perilaku sosial remaja, karena
berbagai batasan dan aturan yang ditetapkan pengasuh membuat rendahnya
faktor-faktor yang harusnya bisa menunjang perilaku sosial anak menjadi lebih
baik lagi.
Agar dampak negatif pada pola asuh otoriter berkurang, dan untuk memaksimalkan dampak positifnya,orang tua perlu menciptakan lingkungan yang mendukung anak untuk berekspresi dan berkembang, menerapkan pendekatan asuh yang lebih mendukung dan melibatkan, menciptakan ruang untuk remaja berbicara dan mengutarakan pendapat, dan memberikan kepercayaan pada mereka untuk membuat keputusan dan belajar bertanggung jawab, ini juga turut berperan dalam memperkuat rasa kemandirian.
Orang tua juga harus
aktif mendukung kegiatan sosial, orang tua yang memfasilitasi interaksi anak
dengan teman juga dapat membantu remaja mengembangkan keterampilan sosial yang
positif. Dengan demikian di harapkan remaja dapat tumbuh sebagai individu yang
lebih percaya diri, dan mampu berinteraksi dan bersosialisasi secara sehat
dalam lingkungan sosial mereka.
REFERENSI:
Makagingge, M., Karmila, M., Chandra, A, Anita. (2019). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Sosial Anak. Yaa Bunayya;Jurnal Pendidikan anak usia dini. 3(2).-Nurullita, I., Suriswo.,
Mulyani. (2019). Kontribusi Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Posial Remaja. KORNASPI 1 : fkip universitas pancasakti tegal.
Rimaisya, Luthfiyah, A. (2023). Perilaku
Sosial Mahasiswa Dari Keluarga Pola Asuh Otoriter (Strict Parents) (Kasus
Mahasiswa Universitas Hasanuddin). Universitas Hasanuddin.
Santrock, john. (2010).Life Span Depelopment Thirteenth Edition. New York: McGraw-Hill.
-Sari, C,W,P. (2020). Pengaruh Pola Asuh Otoriter Orang tua Bagi Kehidupan Sosial Anak. Jurnal Pendidikan dan Konseling. 2(1) 76-80.
Penulis adalaha Mahasiswa Fakultas Kedokteran Univesitas Syiah Kuala Banda Aceh
0 Komentar