Oleh : Marzuki Umar, S.Pd.,M.Pd.
Kata "seminar" bukanlah istilah asing dalam bingkai literasi. Melalui kata yang cukup familiar ini, banyak instansi dan organisasi yang telah bermuara kepadanya untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi dalam kubu mereka masing-masing.
Tujuannya adalah guna mencari suatu kesepakatan atau kesepahaman bersama terhadap dilema yang sering mengemuka dalam badan atau organisasi tersebut. Terlebih, suatu hal yang kian menjadi misteri dan sulit diselesaikan secara pribadi, maka seminar dijadikan sebagai solusi titik temu ke arah yang lebih baik. Jika tidak, dikhawatirkan kebersamaan membangun organisasi atau kekompakan mendayung bahtera instansi akan buyar. Akhirnya, kinerja masing-masing kubu tersebut menjadi lumpuh.
Baca Juga: Tantangan Menulis bagi Pemula
Mengapa demikian? Sebagaimana kita ketahui bahwa seminar itu adalah sebuah "kancah" yang cukup potensial dalam upaya mendiskusikan sesuatu perkara. Atau, wadah jejaringan kemufakatan untuk mencapai tujuan tertentu, yang disinyalir akan berdayaguna, baik bagi instansi atau organisasi maupun pribadi, kini dan masa mendatang.
Dengan adanya wadah ini, setiap individu akan mudah menemukan jati diri. Bahkan, kita dapat menerawang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi secara privasi. Di samping itu, seminar dapat juga dikatakan sebagai tempat benih kebijaksanaan, baik secara akademis maupun organisasi komersial yang profesional. Tujuannya adalah untuk memberikan laporan atau mendiskusikan pengerjaan tugasnya. Di dalamnya saling terjadi tukar pikiran antara narasumber dengan peserta seminar. https://id.m.wikepedia.org.
Lalu ..., bagaimana dengan Mahasiswa? Sejauh mana keberadaan dan kepentingannya mengadakan seminar? Manfaat apa saja yang diinginkan melalui seminar itu? Kiranya masih banyak pertanyaan lainnya menyangkut gebrakan Mahasiswa dalam melaksanakan seminar. Semua itu dapat diperhatikan dalam ulasan-ulasan berikut ini.
Gebrakan Mahasiswa KIP IAIN
Mahasiswa merupakan sekelompok individu yang bergabung dalam suatu wadah, yang lazim disebut dengan "kampus". Di ajang inilah para Mahasiswa menaruh harapan besar untuk menjadi generasi yang tangguh bahkan milenial sekalipun.
Untuk itu, baik secara pribadi maupun organisasi, para kaula muda ini senantiasa menatap ke depan demi kemajuan dirinya, keluarga, agama, dan bangsa. Tentu, dalam hal ini juga didasari pada adagium indatu kita orang Aceh, yaitu: "Nyo kon bu mandum leuhob, nyon kon dro mandum gob". Artinya apa, segala sesuatu itu sebenarnya kitalah yang mengatur pola hidup dan kehidupan, baik secara pribadi maupun kelompok, bukan orang lain.
Guna membawa dirinya ke arah yang lebih berdaya guna, tentu berbagai aktivitas kampus dilaksanakannya, baik yang menyangkut dengan akademis maupun non-akademis. Upaya-upaya dimaksud bertujuan untuk mengadakan berbagai perubahan pada dirinya.
Baca Juga:Mencipta Sosok Fiktif Nan Imajinatif dalam Cerpen
Jika selama ini mungkin sedikit lalai dalam kuliah, dengan menggelar kegiatan-kegiatan kampus, maka akan berubah menjadi lebih eksis. Bila dewasa ini kadang kala mendongkol terhadap mata-mata kuliah tertentu, dengan kegiatan positif kampus dirinya akan berubah menjadi senang dan lebih termotivasi terhadapnya. Itu semua adalah karena pola pikir atau mindset yang kian ditempa ke alur atau plot yang lebih bermakna.
Mungkin kita sepakat, kala menerawang ke berbagai kampus, baik secara langsung atau tidak, banyak Mahasiswa yang berhasil secara prima dan juga tidak sedikit mereka yang gagal pulang dengan tangan hampa. Jika kita tilik lebih jauh dan mendalam, terutama bagi yang gagal, sungguh miris sekali. Kenapa tidak? hal itu dikarenakan faktor-faktor sepele.
Bahkan, hal itu terjadi di ujung-ujung perkuliahannya, mereka tidak atau kurang mampu menyelesaikan tugas akhirnya, yaitu karya tulis akhir (KTA) atau juga disebut dengan karya tulis ilmiah (KTI). Di samping itu, ada juga sebagian mahasiswa yang berhasil dan dapat menyelesaikan studinya itu. Akan tetapi, sepanjang sejarah kuliahnya itu ia selalu bergantung pada rekannya yang lain, baik tugas ringan apalagi tugas beratnya.
Akhirnya, ketika berada di dalam masyarakat dia kurang mampu mempertanggungjawabkan ilmunya itu, dan tidak tertutup kemungkinan terjadi mal praktik belaka. Padahal, sebelumnya mereka telah mendapatkan bimbingan dan latihan yang sama ke arah tersebut, misalnya dengan membuat makalah dalam mata kuliah tertentu. Namun, ini tidak dijadikan sebagai pilar atau perisai dalam detik-detik akhir pendidikannya itu.
Coba kita bayangkan, bagaimana penderitaan orang tua yang telah membiayai putra-putrinya itu selama mengikuti pendidikan di kampus kesukaannya. Badan dan pikirannya penat melalui usaha dan upayanya yang tak pernah lelah. Di siang hari sang orang tua berkelana ke sana ke mari demi menafkahi anaknya, dan di malam buta seraya berdoa untuk kesuksesan sang buah hatinya itu. Bagi anak yang berhasil, keharuan dan kegembiraan mengukir di wajah ayah-bundanya, namun bagi yang gagal tentu kebalikan daripadanya, sang orang tua hanya senantiasa mengurut dada atas keresahannya itu.
Sebagai Mahasiswa yang bijak, kegagalan demi kegagalan yang dirasakan oleh saudara atau kerabatnya, hendaknya dapat dijadikan sebagai pengalaman unik. Dengan demikian, upaya mengantisipasi "keterpurukan" di meja kampus akan dapat dilakukan sedini mungkin, sebelum malapetaka itu terjadi. Di mana ada kemauan di situ ada jalan, ini memang pepatah jadul, akan tetapi relevansi maknanya masih melekat sampai di era komputerisasi ini. Oleh karena itu, berbagai jalan dapat ditempuh. Salah satu upaya yang cukup berfaedah antara lain adalah mengadakan seminar karya tulis ilmiah (KTI).
Seminar Karya Tulis Ilmiah
Sebagaimana telah dijelaskan oleh Marzuki Umar (2023:6) dalam makalahnya yang berjudul "Strategi Jitu Penulisan Karya Ilmiah", bahwa karya tulis ilmiah adalah karya nyata, yang disampaikan dengan bahasa ilmiah serta gaya formalnya. Tujuannya adalah menyampaikan informasi, meyakinkan, mendidik, dan menghibur.
Melalui data dan fakta yang ditemukan di lapangan, kemudian dapat disampaikan secara objektif dan subjektivitas oleh penulis. Dengan begitu, sang pembaca akan mendapatkan wawasan dan pengetahuan di dalamnya. Berarti, karya tulis ilmiah ini memiliki ketentuan tersendiri yang perlu diacu oleh penulis, sehingga performanya benar-benar karya tulis yang mengandung prinsip-prinsip keilmuan karena di dalamnya terdapat data dan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan berkutat pada pemahaman tersebut, Mahasiswa Pembinaan Penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) IAIN Lhokseumawe, di bawah komando Rektor dan Staf Akademik menyelenggarakan "Seminar Karya Tulis Ilmiah" dengan ikhlas, pada 11-12 Oktober 2023 di Aula FUAD kampus kecintaannya itu. Seminar tersebut mengambil tema : Penulisan Karya Tulis Populer dalam bentuk Artikel, Kritik, dan Esai bagi Mahasiswa IAIN Lhokseumawe tahun 2023. Seminar ini dinakhodai oleh dua orang nara sumber, yaitu Bapak Marzuki Umar, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen STIKes Muhammadiyah dan Ibu Maimunah, M.Pd. selaku staf pengajar di Kampus IAIN Lhokseumawe itu jua.
Ketua panitia penyelenggara, M. Fauzi Ramadhana dalam orasinya menyampaikan bahwa seminar tersebut dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara pihak Mahasiswa dengan pihak akademik serta disetujui oleh Rektor. Kegiatan yang bermuara pada ilmu menulis itu seyogyanya diikuti oleh 125 orang Mahasiswa.
Akan tetapi, oleh berbagai kendala, maka ada sebagian kecil yang tidak dapat mengikutinya. Panitia berharap bahwa sebagai anak KIP, kita harus memiliki wawasan yang luas, sehingga dalam menyusun karya ilmiah tidak pandai met plagiasi tetapi pandailah membuat KTI dengan baik dan benar.
Selanjutnya, ketua umum, Very Ardiansyah dalam kesempatan tersebut mengutarakan bahwa acara seminar anak KIP 2022 bertujuan supaya dapat memotivasi dirinya dan orang lain serta pandai membuat karya tulis. Dengan begitu membuktikan bahwa anak KIP kuliah bukan kartu saja yang pintar tapi Mahasiswa juga memiliki intelektual yang prima, yang dapat memudahkan dirinya di dalam menyelesaikan berbagai tugas.
Sehubungan dengan itu, Rektor IAIN Lhokseumawe, yang diwakili oleh Wakil Rektor III merangkap sebagai pembina, Bapak Dr. Al Husaini M. Daud, M.A dalam sambutan dan pembukaannya, beliau menyampaikan apresiasi yang tangguh kepada para Mahasiswa KIP khususnya dan pihak akademik IAIN umumnya, yang telah berinisiasi melakukan hal-hal terbaik, terutama bagi dirinya dan masyarakat kelak.
Semoga dengan kegiatan yang bernuansa ilmiah ini, pecinta ilmu ini benar-benar pintar. Petuah yang sangat menyentuh beliau sampaikan, kiranya Mahasiswa KIP bukan hanya pinter bagi dirinya sendiri, tetapi yang amat penting mereka mampu membuat orang lain pinter. Tentu, hal ini membutuhkan perjuangan dan ketekunan yang handal. Di samping itu juga, sosok nomor III kampus kebanggaan masyarakat ini seraya memotivasi Mahasiswa agar jika saat ini mereka ada yang IP-nya 3,90 ke depan harus bernilai 4.00.
Kepada narasumber, sosok nomor satu ini meminta agar dapat menyuguhkan materi favorit mereka secara aktual dan mendalam. Dengan demikian, mereka akan memahami betapa pentingnya ilmu menulis, sehingga dengannya akan memberanikan dirinya guna mencoba melahirkan karya tulis untuk berbagai tujuan.
Nah ..., bagaimana dengan asuhan narasumber? Berpijak pada tema, orasi panitia, dan amanat sang Rektor, keduanya pada dasarnya menyampaikan visi yang sama dengan misi yang berbeda. Visi dimaksud adalah sama-sama membicarakan masalah menulis karya ilmiah. Sementara misinya, Ibu Maimunah mengetengahkan seluk-beluk yang berkaitan dengan perilaku menulis kritik dan esai, sedangkan Bapak Marzuki Umar menghadirkan tips jitu menulis artikel ilmiah populer.
Apa yang menjadi tips jitu tersebut?
Menilik pada tema dimaksud, ada beberapa strategi jitu penulisan artikel yang musti digerakkan oleh penulis (mahasiswa). Dengan strategi tersebut, diharapkan penulis, khususnya mahasiswa akan dapat mencoba sekaligus melahirkan artikel populer yang diinginkannya. Adapun strategi jitu tersebut adalah : 1) berniat, 2) menganalisis artikel sebelumnya sebagai pedoman bukan untuk plagiat, 3) menulis yang terlintas, 4) menyatukan ide, 5) menjadi jati diri, 6) ulang baca dan revisi, serta 7) bersyukur.
Selain itu, beliau juga memaparkan "Sembilan Langkah Menulis Konsep Tanpa Plagiat" yaitu :1) tulislah paragraf pengantar ke masalah, 2) masukkan teori pertama berkaitan dengan konsep yang dibahas, 3) jelaskan maksud teori pertama, 4) masukkan teori kedua, 5) jelaskan teori kedua, 6) masukkan teori ketiga, 7) simpulkan menurut penulis, 8) berikan contoh, dan 9) jelaskan contoh. https://www.sastrapuna.com. Diakses 11 Oktober 2023, pukul 12.00 WIB.
Guna mempertegas masalah penulisan kritik dan esai, Ibu Maimunah (12 Oktober 2023) seraya merekomendasikan beberapa hal yang menyentuh. Di antaranya adalah kritik dan esai beserta kaidah penulisannya. Adapun struktur kritik : Diawali dengan argumen, lanjut dengan tesis dan penegasan. Sedangkan struktur esai: Diawali dengan tesis, lanjut isi/argumen serta penegasan atau penutup. Di samping itu, di dalam menyusun kritik dan esai perlu mengikuti kaidah penulisannya yang benar.
Langkah Produktif Mahasiswa
Sungguhpun akhir-akhir ini, di situs-situs online marak mencuat berita atau hal-hal yang berkaitan dengan proses sertifikasi Mahasiswa akan "bebas skripsi", tapi hal tersebut bukan berarti mereka harus berdiam diri. Bahkan, dengan statemen ini para mahasiswa harus mawas diri, bukan bergirang hati. Mengapa begitu?
Pertama, hal tersebut baru wacana dari pihak menteri. Kedua, jika hal tersebut benar diberlakukan secara kaffah di jalur akademisi, maka pihak kampus juga perlu memikirkan adanya suatu mata kuliah penelitian pada tiap-tiap program studi sebagai penyelamat. Apabila tidak dikhawatirkan mahasiswa kurang memiliki kredibilitas dan kapabilitas bidang ilmu yang digelutinya.
Ketiga, menyalurkan bakat dan unek-unek ke dalam tulisan bukan saja melalui skripsi. Proses menoreh bakatnya ini dapat dilakukan dan disalurkan melalui berbagai situs, baik media cetak maupun elektronik. Konon, berkat kemajuan ilmu dan teknologi selama ini, suatu tulisan itu akan dapat mendunia dalam waktu relatif singkat. Keempat, upaya pendekatan dan penyandaran diri dengan pojok literasi, di satu sisi mahasiswa akan dapat menyelesaikan berbagai tugas yang melibatkan proses tulis.
Di sisi yang lain, dengan mampu menulis mahasiswa tersebut akan mendapatkan ilmu-ilmu baru, ia lebih terkenal, dan tidak tertutup kemungkinan akan mendapatkan material. Kelima, secara tidak langsung melalui karyanya itu, mahasiswa telah dapat berbagi rasa dengan para pembaca. Sebaliknya, para pembaca akan mendapatkan sejumlah ide baru beserta ilmu-ilmu baru yang selama ini masih tabu baginya.
Nah ..., berarti upaya Mahasiswa melaksanakan gebyar seminar ini menunjukkan suatu kreativitas produktif, terutama bagi kalangan sendiri. Dengan mematri niat atau visi yang tangguh, salah satu misinya adalah menggelar seminar. Tentu, ini tidak hanya sebatas ngumpul atau foya-foya. Sungguhpun ini bukan ajang mencari bakat tetapi kiranya dapat menumbuhkembangkan bakat dan semangatnya yang ada untuk selalu mencoba dan mencoba, terutama dalam hal menyusun karya tulis.
Mungkin selama ini enggan atau menganggap ribet terhadap proses menulis, dengan adanya seminar, kedua hal itu akan tersingkir dalam dirinya. Jika dalam penyelesaian tugasnya dewasa ini bertopang pada orang lain, dengan mengikuti seminar ini, dia kan mencoba merakit sendiri karyanya itu secara perlahan tapi pasti.
Guna dapat meyakinkan diri mereka dalam menulis, kedua motivator (nara sumber) seminar mengajak para mahasiswa untuk segera bangkit menguji nyali dirinya dalam menulis. Sebagai langkah awal dan penulis pemula, para pecinta ilmu ini dapat saja melirik dan menatap panorama kampus tempat mereka bergelut. Lalu ...menentukan tema yang fokus kemudian merajut karyanya dalam bentuk artikel ilmiah populer.
Setelah diperhitungkan karya tulisnya itu telah layak, maka mereka dapat menyalurkannya ke berbagai situs online. Hal ini dapat dilakukan dengan berkolaborasi dengan orang-orang yang telah memiliki webinar atau lainnya. Namun, jika dirinya telah memilki situs yang mentereng, karyanya itu segera dapat dimuat ke dalam situs dimaksud. Yang penting diingat bahwa hasil tulisannya itu benar-benar rakitannya yang jauh dengan plagiat.
Simpulan
Seminar merupakan wadah pemecahan masalah yang sudah umum dilakukan, terutama oleh instansi dan organisasi. Namun, seminar yang bertemakan penulisan karya ilmiah jarang dilaksanakannya. Padahal, ini adalah suatu langkah produktif yang cukup menyentuh posisi mereka sebagai Mahasiswa.
Dengan adanya aktivitas semacam ini, ke depan kiranya tidak hanya seminar saja yang diusungkan, tetapi "pelatihan penulisan artikel ilmiah" hendaknya lebih diutamakan. Mudah-mudahan dengan izin Yang Maha Perkasa, melalui pelatihan menulis para Mahasiswa akan mampu menciptakan karya tulisnya yang dapat dimuat di berbagai situs., baik media cetak maupun media elektronik.
Camkanlah ... bahwa tak ada perjuangan yang tanpa hasil dan tak kan ada hasil tanpa perjuangan! (Motto Penulis)
Dak han abeh gleh peungeueh ban seulingka
Meunyo geutanyo ka jeut tateumuleh
Dum ate tapeh jeu keu peunawa
0 Komentar