Kepribadian Guru dan Kecerdasan Artifisial Intelegensi (AI)

Kepribadian Guru dan Kecerdasan Artifisial Intelegensi (AI)

                                                                   Sumber Gambar: Pixabay

Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd

Dalam kehidupan secanggih ini dengan Konsep Artificial Intelegensi, guru hampir tidak dibutuhkan lagi. Pertanyaannya mengapa hal itu bisa terjadi? 

Jawabannya sangat sederhana dan mudah dipahami. Hal ini karena semua kebutuhan utama peserta didik, baik yang berhubungan dengan keterampilan dan penguasaan konsep sudah ditempatkan dalam perpustakaan dunia  dengan berbagai mesin pencari (searching  

Dua hal yang dimaksud dalam uraian di  atas kemampuan mengusai konsep ( pengetahuan) dan keterampilan  yang dimiliki  dan dipelajari oleh guru. Hal ini tentunya berkaitan  dengan kompetensi yang dimiliki guru yaitu kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian. 

Baca Juga Teknik Menulis Esai dan Permasalahannya

Keempat kompetensi ini hampir semua dimiliki dan sudah dilahirkan oleh bidan intelektual dan teknologi yaitu Artificial Intelegensi (AI).  Diantara ke empat kompetensi tersebut hanya satu yang belum dicari jalan keluar oleh teknologi yang canggih ini.  Adapun kompetensi tersebut adalah kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh guru. 

Seandainya para instruktur, youtuber, dan para penyaji materi atau blogger yang ada di dunia maya memiliki sebuah kompetensi kepribadian yang kompeten dan bisa dijadikan contoh. Hal ini bisa dipastikan bahwa pembelajaran benar benar berubah dan memiliki arti tersendiri. 

Kompetensi kepribadian adalah sebuah sifat, tabiat, dan kebiasaan  dimiliki oleh seorang guru yang menjadi sumber inspirasi dalam ruang -ruang bersekat pada setiap sekolah. Kompetensi ini  tidak muncul secara serta merta. Karakter menurut ilmu psikologi adalah sebuah pembiasaan dari sebuah sikap, tindakan dan pola pikir yang bisa dijadikan referensi bagi orang lain.

Baca Juga: Biografi Sisca Vitaya, Guru Fisika Terfavorit di Smansa Lhokseumawe

Membiasakan kebiasaan yang bernilai positif tertama di kalangan guru membutuhkan adenalin berpikir sekaligus bersikap. Artinya, dalam kompetensi kepribadian guru adalah role model yang dijadikan referensi bagi siswa di sekolah. 

Peserta didik yang kritis, inovatif dan kreatif dalam berpikir , bertindak dan bersikap dalam diamnya mereka akan menjadikan kepribadian guru sebagai bingkai atau frame dalam mewujudkan cita - cintanya. 

Guru adalah Sosok yang Ditiru dan Digugu

Filosofi ini memberikan sebuah batasan bahwa guru itu tidak bisa digantikan oleh apapun  dan siapapun. Untuk beberapa komponen yang dimiliki guru hampir bisa dipastikan kecuali yang berhubungan dengan kepribadian. Pertanyaannya bagaimana sih agar guru mampu bertahan dari teknologi Artificial Intelegensi (AI)

Hanya guru itu sendiri yang mampu menjawab pertanyaan tersebut. Selama ini mereka sudah merasakan hal itu,  ketika  tampil di kelas -kelas pembelajaran. Dulu mereka berfungsi sebagai sumber ilmu atau pustaka berjalan di tengah kehidupan siswa. Namun  sekarang mereka hanya berfungsi sebagai salah satu fasilitator di kelas belajar. 

Menjadi fasilitator adalah sebuah tugas yang membutuhkan kepribadian yang kompleks sehingga menarik minat belajar peserta didik. Dengan memiliki sikap dan kepribadian yang baik dan berkarakter menjadikan guru untuk ditiru dan digugu. 

Namun dengan kondisi negeri dan arus informasi yang begitu deras, sehingga akhlak masyarakat mulai rubuh digerus arus perubahan yang mengerikan apakah guru masih bisa ditiru dan digugu? Lagi- lagi hanya guru yang mampu menjawab pertanyaan tersebut. 

Guru Harus Mempersiapkan Diri

Menjawab tantangan Artifisial Inteligensi ( AI) para guru harus mempersiapkan atau meng -Update diri semaksimal mungkin di tengah gempuran teknologi seperti ini. Jika para guru masih menggunakan pola zaman dahulu dengan mengandalkan materi pembelajaran yang dapat di kampus ketika masih menjadi mahasiswa, siap - siap untuk digilas zaman dan dijauhi peserta didik. Ini zaman gila! Semua bisa dikerjakan dalam waktu cepat dan menghasilkan produk yang berkualitas. 

Para guru harus mengulik ulang semua kompetensi yang dimiliki diarahkan kepada teknologi untuk dapat menyandingkan dan menggunakan kecerdasan Artifisial Inteligensi  (AI) sebagai media belajar. Jauhilah dari konsep usia " bahwa kita sudah tua' tidak ada waktu lagi. Kalau masih bersandar pada hal tersebut dan tidak berani keluar dari zona nyaman. Siap -siap saja para guru akan menjadi penggnguran berllmu dan berdedikasi tinggi dalam pendidikan. 

Para guru memang tidak disiapkan untuk jadi penganguran berilmu dan berdedikasi terhadap pendidikan. Bila hal di atas tidak jadikan sebagai pertimbangan untuk bertahan di;tengah gempuran aplikasi  yutuber dan google sebagai mesin pencari.

Simpulan 

Intinya hanya kepribadian yang tersisa untuk bisa bertahan dan menjadi guru saat ini . Selebihnya sudah  ditemukan cara- cara baru mendapatkan pengetahuan, konsep dan ketrampilan  dalam kecerdasan Artifisial Inteligensi (AI) Kecerdasan ini terus diperbarui seiring perkembangan zaman. . Semoga tulisan ini menjadi masukkan kepada para guru dimanapun berada. Mari kita jadikan tulisan ini sebagai introspeksi diri dalam menghadapi  pembelajaran yang begitu canggih dan menarik.


Penulis adalah Pemimpin Jurnal Aceh Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe






Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar