Keluarga Boneka

Keluarga Boneka

Oleh: Firyal Jahra

Aku memiliki keluarga. Aku mempunyai nenek, ayah, ibu, dan kakak. Kami tinggal di istana, ya seperti yang kalian bayangkan ayahku adalah raja, ibuku adalah ratu, kakakku adalah ratu selanjutnya dan nenekku adalah ratu sebelumnya, jika kalian berpikir aku ingin seperti kakakku yang akan menjadi ratu selanjutnya.. 

Haha tidak mau. Aku sudah sangat bersyukur karena bukan aku yang akan menjadi ratu, maksudku siapa sih yang tidak mau menikmati kekayaan istana? Dari pada sibuk memikirkan ini itu mending menjadi bawahan ratu. Tapi tenang saja aku tetap akan bekerja keras untuk rakyatku, hanya saja.. yah mungkin tidak sekeras kakakku, hehe. 

     Perkenalkan, namaku adalah lily. Ayahku bernama felix, ibuku liza, kakakku lina, dan nenekku elis. Kami berbangsa swizart. Yup nama kerajaan kami adalah kerajaan swizart. Seperti yang kalian tau kalau aku bukanlah penerus ratu selanjutnya, oleh karena itu aku lebih banyak menghabiskan waktuku untuk bermain. Menyenangkan bukan? Tentu saja, siapa sih yang gak mau bersantai-santai dan bermain-main di istana yang besar itu. Kakakku juga sibuk karena mengurus kenaikan takhtanya, yaa sebentar lagi dia akan naik takhta oleh karena itu mereka sibuk mengurus ini dan itu, eh aku juga sibuk lho ya, sibuk bermain hehe. Tapi sepertinya bukan hanya karena kakakku yang ingin naik takhta, tapi biasanya kami memang sibuk sama urusan masing-masing, jadi ini sudah hal yang biasa bagi kami. 

Aku juga seringnya bermain bersama pelayan, oh ya untuk informasi kalian saja aku berbeda umur sama kakak ku 15 tahun, sekarang dia sudah 25 tahun, dan aku 10 tahun. Oleh karena itu, aku tidak terlalu sibuk memikirkan kerajaan, hehe.

Akhir akhir ini nenekku terlihat murung, bahkan terkadang dia marah karena kami hampir tidak pernah menghabiskan waktu bersama, kami bahkan sangat jarang makan bersama. Padahal biasanya juga seperti ini, tapi sepertinya nenekku muak dengan kelakuan kami yang sibuk pada urusan masing-masing. Nenekku pernah mengajak kami untuk istirahat dan berkumpul sejenak. Namun tiba-tiba ada insiden yang mengharuskan ayah untuk kembali bekerja. Yang lain juga sibuk jadi kami benar-benar hampir tidak pernah menghabiskan waktu bersama lagi. 

Nenekku bahkan melakukan segala cara agar kami bisa bersama selayaknya keluarga. Namun tidak ada yang berhasil, aku sedih melihat nenek yang berjuang hanya agar kami bersama, jadi aku bilang pada nenek untuk hentikan saja rencana-rencana itu. Lalu nenek tampak sudah lelah dan hanya diam mendengar pernyataan ku, nenek pun pergi tanpa mengatakan apa pun.

Setelah usaha nenek yang mencoba mengumpulkan kami, akhirnya nenek pun sudah menyerah dan hanya melihat kesibukan kami masing-masing, karena kerjaanku hanya bermain, sesekali aku pergi ke tempat nenek dan menghabiskan waktu bersama, nenek terlihat ceria lalu nenek bilang padaku "bukankahl ebih baik jika kita semua bisa tertawa riang bersama?" lalu aku berkata pada nenek sambil tersenyum "haha tidak mungkin nek, kami sibuk sama urusan masing-masing, sebentar lagi aku juga harus mulai serius dengan urusanku, jadi sepertinya kumpul bersama adalah hal yang mustahil" nenek terdiam dan tersenyum sambil berkata "jadi kalian akan meninggalkan nenek dalam kesibukan kalian?" bergantian aku yang terdiam, aku tidak bisa mengatakan apa-apa pada nenek karena memang kami semua sibuk dan tidak mempunyai waktu untuk bersama.

Hari- hari pun berlalu, saat aku ingin bermain bersama nenek, pelayan selalu bilang bahwa nenek sedang istirahat. Aku merasa bahwa akhir-akhir ini nenek selalu istirahat. Benar dugaanku beberapa hari setelahnya nenek meninggal dunia. Kami semua serta para rakyat dan pelayan turut berduka cita. Aku pun teringat saat dimana kami sekeluarga menjenguk nenek sehari sebelum Dia meninggal, nenek menyampaikan pesan "kuharap dengan kutukan ini kalian bisa menjadi keluarga yang lebih baik". Saat itu kami bingung dengan pernyataan nenek tersebut, namun kebingungan kami tidak berlanjut karena kami bersedih akibat kepergian nenek.

Beberapa hari setelah kepergian nenek kami kembali sibuk dengan urusan masing-masing.  Aku terkadang kesepian karena mengingat bahwa dulu aku pernah bermain bersama nenek, namun sekarang aku bahkan tidak bisa melihatnya lagi. 2 bulan pun berlalu..

"PELAYAN! PELAYAN! CEPAT! CEPAT KEMARI, PANGGIL SEMUA PENYIHIR!" kata ibu. Aku dan kakakku yang sedang berjalan-jalan pun heran melihat para pelayan yang tergesa-gesa, sesampainya kami di kamar ibu kami melihat ada sosok boneka beruang kecil yang sedang di teliti oleh para penyihir.

"eh? Apa itu? Kenapa kecil sekali? Lagian kenapa ayah tidak ada di kamarnya sepagi ini? Atau... Jangan-jangan..." kata kakak.

"tidak sopan! Memang benar aku kecil, tapi kamu tidak perlu mengejek seperti itu dong." kata boneka tersebut.

"!?!? Bonekanya bisa bicara... Dan... Jangan-jangan itu AYAH!? imut sekaliii!! Benar-benar boneka yang sangat kecil, ukurannya pun segenggam tangan!" kata lily yang bersemangat.

"apa yang terjadi bu?" kata kakak.

"ibu tidak tahu. Tau-tau saat bangun ayah kalian sudah seperti ini." kata ibu.

"wah benar-benar kecil, menakjubkan! Sepertinya muat jika di masukkan ke dalam tas." kata lily.

"yang benar saja, tidak sopan! hanya karena aku menjadi boneka bukan berarti kamu bisa berkata seperti itu ya lily" kata ayah.

 Kami pun terheran-heran kenapa ayah bisa berubah seperti itu, para penyihir bahkan tidak bisa mematahkan mantra itu. Mereka bilang "ini adalah kutukan, kemungkinannya kecil untuk merubah nya kembali". Kami juga sudah memanggil beberapa penyihir ternama namun tidak ada kemajuan sama sekali. Mereka bahkan bilang "sepertinya ini kutukan dari ratu sebelumnya". tidak lain dan tidak bukan itu artinya nenek yang telah mengutuk ayah, namun kami berpikir tidak mungkin nenek berbuat seperti itu kepada ayah, apalagi mengutuknya jadi boneka sekecil tangan, mana ada orang mengutuk jadi imut seperti itu.

Hari demi hari kami tidak kunjung menemukan jawaban untuk menghilangkan kutukan ayah, kami masih tidak tahu kenapa nenek mengutuk ayah seperti itu. Lalu 1 bulan pun berlalu, kami masih di istana menunggu para penyihir ternama menemukan jawabannya. Lalu tak lama setelah bertemu penyihir, tiba-tiba ada asap di sekeliling kami.

'Puff'

"Eh?  !?!?!?  A-APA YANG TERJADI???" kata kakak.

"i-ibu?? Benar itu ibu?? Kenapa ibu bisa berubah seperti ayah???" kata lily.

"a-apa ini? Kenapa seperti ini? Ibu juga tidak tahu kenapa bisa tiba-tiba berubah" kata ibu.

"sepertinya bukan hanya ayah yang di kutuk, jangan-jangan kita semua di kutuk?" kata ayah.

"Huwaaa, kenapa bisa beginiii, kenapa nenek melakukan ini pada kita???" kata kakak.

"Kak tenang lah, jangan panik begitu" kata lily.

"Ya kamu enak bilang jangan panik, kamu suka kan karena mereka jadi imut begitu!" kata kakak.

"duh! Bohong kalau aku bilang tidak suka! Kakak juga enggak membencinya kan" kata lily.

"Ya... aku tidak membencinya sih, tapi jika membayangkan aku yang bakal berubah seperti itu, aku tidak bakal sanggup! Nanti bagaimana dengan pacarku?? Apa yang akan dikatakannya!?" kata kakak.

"...???" mereka semua terdiam sejenak.

"eh? Kakak punya pacar?" kata lily.

"Emm bukan! Bukan bukan bukan! Bukan gitu..!" kata kakak.

"Haha anakku sudah besar ya." kata ibu.

"Tidak ku sangka ada yang mau bersama dengan orang keras kepala seperti mu, siapa orangnya?" kata ayah.

"Dia... Dia ketua ksatria itu... Eh, tunggu! Kenapa bahas ini! Kita harus temuin cara untuk menghilangkan kutukan itu!" kata kakak.

"Ih, gak seru, ya udah deh, sepertinya kita memang harus membuat rencana." kata lily.

Kami pun mulai mencari cara untuk menghilangkan kutukan itu, mengingat kutukan ini terus berjalan aku dan keluargaku pun tidak bisa berdiam di istana. Kami pun mulai berkelana mencari pohon 'blue tree' dinamakan blue tree karena pohonnya berwarna biru, bahkan batang dan daunnya pun berwarna biru, berdasarkan rumor beberapa tahun ini pohon itu sulit ditemukan, bahkan perjalanannya pun sangat memakan waktu. Pohon itu merupakan satu-satunya cara untuk menghilangkan kutukan karena tempat tersebut adalah tempat terjadinya keajaiban, oleh karena itu para penyihir menyarankan kami ke sana.

Kami pun bersiap-siap untuk berangkat, bersama beberapa pelayan dan ksatria dimana pacar kakak pun hadir. Kami melewati lembah, menaiki gunung, melawan arus, melawan binatang buas, hujan deras, terik matahari tidak menghentikan kami. Namun sesampainya di perbatasan  yang menghubungkan tanah yang kami injak dengan tanah tempat blue tree berada.

Saat kami hendak memasuki perbatasan, ternyata perbatasan tersebut tidak boleh di lalui lebih dari 2 orang.

"Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan kak?" kata lily.

"berarti kita harus melanjutkan perjalanan ini berdua. Untungnya ayah dan ibu saat ini menjadi boneka, jadi bisa masuk hahaha" kata kakak.

"Tidak sopan! Boneka katamu?? Jadi ayah sudah tidak di anggap manusia lagi??" kata ayah.

"Sudah, berhentilah bilang 'tidak sopan' ini bukan saat nya untuk itu! Tidak kah kamu lihat kita sudah seperti ini, bisa saja mereka berubah seperti kita sekarang." kata ibu.

Baca Juga;Ibuku Bukan Figuran

"Ibu benar, kita harus tetap melanjutkan perjalanan." kata kakak.

"Kamu tidak bisa menghentikan kalian, kami hanya bisa berdoa agar kalian selamat, kumohon berhati-hati lah, lina." kata ketua ksatria.

"Ya a benar. kakak hati hati ya, kalo kami sih gak pa pa kalo gak berhati hati karena kami hanya debu hahaha" kata lily.

"Eh, tidak! Yang mulia! Nona! Bukan begitu, hanya saja lina sebagai ratu selanjutnya.. Eh, bukan! Pokoknya yang mulia dan nona, kalian harus selamat!!" kata ketua ksatria.

"Yaya, tenang lah, gak perlu panik begitu." kata lily.

 Kami pun melanjutkan perjalanan.

"Sudah ku bilang, ayah dan ibu bisa di letakkan di tas." kata lily.

"aku sudah tidak tahu mau taruh dimana harga diriku ini, bisa-bisa nya sang raja berada di dalam tas." kata ayah.

"Sudah ku bilang ini bukan waktunya untuk itu! Kalau memang kamu tidak mau di tas, jalan aja sendiri!" kata ibu.

"hihi" kami pun tertawa karena ayah sang raja yang dermawan di marahi oleh ibu.

"Aauuu..." suara serigala yang sepertinya akan mendekat.

"Eh? Apa-apaan? Serigala?? Di siang bolong begini??" kata lily.

"Memang serigala hanya boleh mengaung di malam hari?" kata kakak.

"Aauuu" suara serigala.

'Drap drap drap' suara serigala yang mulai mendekat.

"apa-apaan! Serigala nya mendekat! Cepat kabur!" kata kakak.

"drap drap drap..." suara larian mereka, dan suara serigala yang mendekat.

"naik ke atas pohon itu!" kata ayah.

"akh! Aku gak bisa manjat!" kata kakak.

"kak! Pegang tanganku!" kata lily.

'hup!' 

"ha.. Yang benar saja, baru kali ini aku di kejar serigala." kata kakak.

"hehe, kakak gak pernah main kejar kejaran sih." kata lily.

Baca Juga Jalan Tak Ada Ujung

Hari sudah malam, kami pun diam-diam berkemah karena takut akan memancing binatang lain. Kami membuat api unggun dan tenda, yang tentu saja di ajarkan oleh ayah karena kami tidak pernah melakukan hal semacam itu.

"aw!" kata kakak yang tangannya sedikit terkena percikan api.

"eh! Nak! Kamu gak papa!?" kata ibu.

"..." kami semua terdiam.

"nak..?" kata lily.

"tumben ibu bilang nak, bahkan biasanya tidak pernah.." kata kakak.

     Kami pun terlarut dalam kesunyian itu, ibu pun tersadar bahwa dia tidak pernah memanjakan anak-anaknya bahkan tidak pernah memanggil nak. Ayah dan ibu sedikit demi sedikit sadar bahwa kami memang sangat jarang berkumpul bersama. Kami pun melanjutkan perjalanan kami, tentu saja tidak mudah kami harus melawan beberapa hewan buas dan melewati beberapa hutan yang menjebak. Tapi kami melakukannya sambil di ajarkan oleh ayah bagaimana cara bertahan hidup di hutan seperti itu. Ibu juga jadi perhatian dan sering menanyakan kondisi kami sembari menyuruh kami istirahat. Tiba-tiba keluar asap di sekitar kami, perasaan ku sudah tidak enak, takut hal yang sama terjadi lagi. 'puff' dan benar, kakak pun berubah menjadi boneka.

"k-kakak!! B-bagaimana ini??? Akhh t-tidak tidak tidak!!! Kakak!!! Jangan berubah!!!" kata lily yang sudah mengeluarkan air mata dan terbata bata.

"lily! Tenang ya.. Setidaknya kamu masih mendengar suara ku.." kata kakak sambil sedih melihat lily yang panik.

"t-tdak, hiks... A-aku tidak bisa... Masa aku harus melakukan ini sendiri hiks... A-aku tidak bisa... Aku tidak berani... B-bagaimana kalau aku menjatuhkan kalian hiks dan bahkan menginjak kalian!?... B-bagaimana kalau aku di kejar binatang buas nantinya!? A-apa yang harus ku lakukan!? Hiks Selama ini aku bertahan karena ada orang di samping ku hiks, ada pelayan dan ada kakak, tapi sekarang hiks kakak berubah jadi boneka, aku harus bagaimana..." kata lily yang sudah menangis.

Baca Juga: Bidadari Berjubah Putih

"lily! Tenang! Kamu harus berpositif thinking! Kami masih disini! Kami akan menuntun mu nak! Kami yakin kamu bisa! Selama ini kamu yang paling semangat kan?? Hanya sampai disini semangat mu!?" kata ayah. 

"nak... Mama yakin kamu bisa, jangan patah semangat yah... Kamu anak mama yang paling ceria, jangan hilang senyum semudah itu dong... Ya?" kata ibu yang sedang menepuk-nepuk kaki lily yang sudah lemas dengan tangan kecilnya.

"lily! Ayo! Kita jalan lagi! Kami ada disini bersama mu! Oh! Jangan-jangan kamu nangis karena takut bawa barang kita yang banyak ya?" kata kakak.

"ish! Apaan sih! Bukan itu tau! Merusak suasana sedih aja!" kata lily.

"hahaha, tinggalkan saja tas-tasnya disini, ayo kita segera berangkat!" kata ayah.

"emm! Iya! Ayo! Kalian di dalam tas ya!" kata lily.

"siap! kami di dalam tas!" kata ayah.

     Akhirnya ayah pun tidak mengucapkan kata 'tidak sopan!' lagi hehe. Kami pun melanjutkan perjalanan dan seperti biasa terdapat binatang buas. Aku pun dengan semangat melawan binatang tersebut. Namun aku kalah, jadi aku kabur dan manjat ke pohon. Sesampainya pada tempat blue tree..

'bruk..!'

"L-LILY!!!" kata ayah, ibu dan kakak.

"...b-bagai..mana..ini...hiks hiks hiks...p-pohonnya...layu..!!!" kata lily yang putus asa dan sudah menangis.

"lily..." kata ibu.

"apa-apaan ini!!! Hiks Kita sudah susah payah kemari dan ini yang kita dapat kan!?!? Hiks Aku benci ini!!! Seharusnya dari awal kita tidak perlu kemari!!! Hiks Lagenda itu bohong!! Nenek juga jahat!!! Kenapa mengutuk kita seperti ini!?!? Hiks hiks kenapa bisa begini!? Kita sudah berjuang untuk kemari... Apa-apaan ini... Hiks kenapa keajaiban tidak berpihak kepada kita... Hiks hiks Apa aku kurang berusaha... Hiks Kita sudah berjuang sampai disini... Hiks" kata lily yang sudah menyerah.

"lily... K-kamu tau apa.. Jadi boneka tidak terlalu buruk kok... Hiks k-kita jadi kecil dan imut seperti ini... Hiks kamu sudah berjuang dan melakukan yang terbaik..." kata kakak.

"benar..., terima kasih karena telah berjuang sampai akhir nak..., terima kasih ya nak..." kata ibu sambil menepuk nepuk lily.

"jadi boneka tidak buruk... Karena sekarang kita akan bersama... Maaf ayah tidak pernah meluangkan waktu untuk kalian, maaf karena ayah tidak pernah memperhatikan kalian... Mungkin nenek mengutuk kita agar kita bisa lebih seperti keluarga... Tapi tidak apa apa, karena walaupun kita boneka kita tetap keluarga." kata ayah yang mencoba memeluk lily.

"ibu juga minta maaf karena tidak pernah menyayangi kalian selayaknya seorang ibu... Mulai sekarang ibu akan lebih memerhatikan kalian lagi... Ibu minta maaf, dan terima kasih sudah bertahan dan berjuang..." kata ibu.

"hehe, sekarang kita bisa main kejar-kejaran, lily..." kata kakak.

"hiks hiks, kalo aku jadi boneka aku tidak bisa menaruh kalian di tas lagi, huwaa..." kata lily.

"tidak apa apa, sekarang kita akan naik tas bersama..." kata ayah.

"huwaa... Aku sayang kalian... Hiks hiks... Huwaa.." kata lily.

"kami juga...!! Hiks!" kata ayah, ibu dan kakak.

     Lily pun memeluk erat ayah, ibu dan kakak dengan wujud boneka. Tak lama kemudian...

'puff!!!'

"a-a-ayah!! Ibu!! Kakak!! K-kalian kembali!" kata lily yang setelah membuka mata melihat mereka berubah menjadi manusia.

"lily!!" kata ayah, ibu dan kakak sambil memeluk lily.

"berarti kita gak jadi main kejar kejaran ya!" kata kakak sambil memeluk lily.

"hiks apa sih! Janji gak boleh di ingkari lho!" kata lily.

"haha iya iya" kata kakak.

Kami pun kembali ke perbatasan, para pelayan dan ksatria pun bersyukur karena semuanya kembali dengan selamat. 

"sayang sekali ketua tidak melihat kakak saat menjadi boneka, lucu sekali lho..." kata lily kepada ketua ksatria.

"eh..?" kata ketua ksatria.

"lily!!!" kata kakak.

"hahaha" kata ayah, ibu dan lily sembari menertawakan kakak yang sudah memerah wajahnya.

Kami pun mulai menghabiskan waktu bersama. Kadang kami berpiknik dan berkemah di sekitaran istana, bahkan kadang kami liburan ke luar istana. Ternyata kami tidak terlalu mengetahui sifat satu sama lain, jadi kami pun mulai berbincang-bincang, dan menjadi keluarga yang lebih baik. Kupikir kutukan ini karena nenek membenci kami, tapi ternyata karena nenek peduli kepada kami. Terima kasih nek, kami menyayangimu.

Penulis adalah Siswa Kelas X-  9 Unggul  SMA Negeri 1 Lhokseumawe 



Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar