Strategi Guru dalam Menanggulangi Bullying di SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Strategi Guru dalam Menanggulangi Bullying di SMA Negeri 1 Lhokseumawe

 

Strategi Guru dalam Menanggulangi Bullying di SMA Negeri  1 Lhokseumawe

Oleh : Siti Fadhillah Al - humaira

 Bullying adalah tindakan mengancam dan memaksa seseorang yang lebih lemah untuk melakukan sesuatu di luar kehendak mereka. Dengan maksud untuk membahayakan fisik, mental atau emosional melalui penyerangan. Bentuk yang paling umum dari bullying di sekolah adalah bisa datang dalam bentuk ejekan, meledek dalam penyebutan nama seseorang. Jika tidak diperhatikan, bentuk penyalahgunaan ini dapat meningkat menjadi teror fisik seperti menendang dan  meronta-ronta. Jadi perilaku bullying tersebut tidak patut dicontoh.

Bullying ialah sebuah keinginan untuk menyakiti. Keinginan ini diperlihatkan dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya dilakukan dengan perasaan senang. Bullying sebagai perilaku yang diniatkan untuk menyakiti seseorang yang dilakukan berulang-ulang oleh sekelompok individu yang memiliki kekuatan, terhadap individu lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut.

Bentuk perilaku bullying  berubah sejalan dengan usia, yaitu bullying di taman bermain, penyerangan berkelompok, kekerasan di tempat umum, dan berbagai jenis kekerasan lainnya perilaku bullying bisa terjadi secara fisik contohnya seperti memukul, menendang, menggigit. Juga ada berbentuk lisan contohnya mengolok-olok, mengancam, dan lainnya. atau segala jenis perilaku yang membahayakan atau mengganggu, perilaku tersebut berulang dalam waktu berbeda dan seseorang yang lebih berkuasa menyerang orang lain yang kurang memiliki kekuasaan.

Baca Juga: Manfaat Belajar Berbasis IT di SMAN 1 Lhokseumawe

Penganiayaan memiliki efek jangka panjang pada korban dan si penganiayaan itu sendiri. Untuk si korban, perlakuan itu merampas rasa percaya diri mereka. Untuk pelaku bullying, efeknya adalah menjadi kebiasaan untuk meningkatkan ego mereka. Ketakutan dan trauma yang diderita si korban dapat memicu kecenderungan untuk putus sekolah. Beberapa anak-anak yang terbiasa melakukan penganiayaan di sekolah akhirnya dapat menjadi orang dewasa yang kejam atau penjahat. https://id.theasianparent.com/si-penindas-di-kelas 15/okt/22.

Bullying ini tidak mudah dilihat oleh orang tua ataupun guru. Sebagaimana disampaikan dalam penjelasan sebelumnya, masyarakat (khususnya para orang tua dan guru) sering kali menganggap “remeh” fenomena bullying, sehingga menghindarkan dampak dan bahayanya yang luar biasa.

Satu sisi, teman sebaya merupakan dunia yang tak terpisahkan dan penting bagi anak, namun di sisi lain anak dapat mengalami stres dan sensitif dalam pergaulannya dengan teman sebaya. Hal ini antara lain muncul akibat dari perkataan negatif teman sebaya terhadap kondisi tertentu yang dimiliki anak semisal kondisi fisiknya. Kasus bullying sejalan dengan perlakuan negatif yang berlangsung terus menerus, terkadang kekerasan secara berkelanjutan memiliki efek yang sangat negatif, seperti munculnya masalah kecemasan, depresi, dan mengalami penurunan kemampuan belajar dikarenakan ia mengalami kesulitan konsentrasi dan penurunan dalam memorinya sehingga kemampuan menguasai ilmu pengetahuan yang telah diuji  pada anak akan menurun secara drastis peristiwa bullying yang terjadi di sekolah seringkali dianggap bukan menjadi urusan orang tua tetapi masalah tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab sekolah. peristiwa tersebut seringkali memperparah dampak bullying, terutama bagi korban.

Bullying terjadi tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi setiap bagian yang ada disekitar anak juga turut memberikan partisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam munculnya perilaku tersebut.  

Penyebab Terjadi Bullying antara lain:

1. Keluarga

Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah, yaitu orang tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stres, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik - konflik yang terjadi pada orangtua mereka, dan kemudian menirukan terhadap teman temannya. Dampak yang ditimbulkan tindak bullying dalam lingkungan keluarga juga tak kalah buruknya dengan bullying di sekolah, bahkan bisa lebih parah. Untuk mengatasi bullying di keluarga adalah mengendalikan emosi, serta menerapkan batasan dengan pelaku.

2. Sekolah

Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya, anak anak sebagai perilaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan menakut nakutii terhadap anak lain. bullying berkembang sangat pesat dalam lingkungan sekolah sangat sering memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah. Tindakan Bullying bisa terjadi di mana saja, terutama di tempat-tempat yang tidak diawasi oleh guru. Si Pelaku akan memanfaatkan tempat yang sepi untuk memperlihatkan kekuatannya atas anak lain, agar tujuannya tercapai. Sekitar toilet sekolah, lapangan parkir, dapat menjadi tempat terjadinya Bullying. Sebagai orang tua, kita wajib waspada akan adanya perilaku bullying pada anak anak , baik anak sebagai korban atau sebagai pelaku.

3. Teman Sebaya

Anak anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman disekitar rumah, kadang kala mendorong melakukan bullying. Sekelompok anak melakukan bullying dalam usaha untuk memperlihatkan bahwa mereka bisa masuk dalam genk tertentu, meskipun mereka merasa tidak nyaman dengan perilakunya. Biasanya ketua kelompok adalah siswa paling populer dalam kelompok tersebut, dari sisi kenakalan dan kekuasaannya. Dengan kekuasaanya, sosok ini memberi pengaruh buruk terhadap orang orang di sekitar dalam bentuk ajakan maupun contoh perbuatan bahwa bullying merupakan gaya hidup remaja serta menjadi hal biasa dilakukan dalam pergaulan antarteman. Akibatnya, saat melakukan kekerasan anak-anak ini cenderung menunjukkan kelebihan, bahkan terkadang di luar batas kewajaran.

Gejala gejala dampak perilaku bullying Permasalahan apapun pasti memiliki dampak bagi pelaku ataupun korban begitu pula dampak bullying bagi siswa di sekolah. Oleh karena itu,  gejala-gejala dampak bullying perlu diketahui guru ketika di sekolah yang diantaranya yaitu, mengurung diri, menangis, minta pindah sekolah, konsentrasi anak berkurang, prestasi belajar menurun, tidak mau bermain atau bersosialisasi, suka membawa barang-barang tertentu (sesuai yang diminta “bully”), anak jadi penakut, marah-marah, gelisah, menangis, berbohong, melakukan perilaku bullying terhadap orang lain, memar, tidak bersemangat, menjadi pendiam, sangat sensitif, menjadi rendah diri, menyendiri, menjadi kasar dan dendam, berkeringat dingin, tidak percaya diri, mudah cemas, mimpi buruk dan mudah tersinggung. Setiap perilaku yang diniatkan, apa pun bentuknya pasti memiliki dampak buruk bagi korbannya. Hal ini disebabkan adanya ketidakseimbangan kekuasaan di mana pelaku yang berasal dari kalangan siswa/i yang merasa lebih senior melakukan tindakan tertentu kepada korban.

Penyebab siswa melakukan bullying yaitu faktor dari diri siswa seperti siswa itu sendiri pernah menjadi korban bully dari temannya terdahulu, sehingga siswa tersebut melakukan hal yang sama terhadap temannya. Siswa tersebut merasa hebat, kuat dan bangga pada dirinya sendiri jika mereka menindas orang yang lebih lemah dari pada mereka. Siswa yang menjadi korban broken home cenderung mengalami emosional yang tinggi. Faktor dari teman sebayanya seperti sering melihat dan terdorong untuk meniru perilaku temannya yang kurang baik. Selain itu, faktor lainnya adalah berasal dari kondisi lingkungan sosial, tayangan televisi, dan media cetak. Strategi guru dalam menanggulangi bullying yaitu sosialisasi bullying kepada siswa dan membimbing dan menasihati siswa yang melaukan bullying. Guru mengingatkan siswa bahwa bullying itu merupakan tindakan yang tidak baik karena siswa melihat kekurangan yang dimiliki temannya dan akan menjadi bahan bully.

 Penulis adalah siswa kelas X-9  unggul SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar