Aku Melayat Duka

Aku Melayat Duka 

Muklis Puna 

Malam  semakin membelam
Aku melayat pada kisah
Orang - orang meracau lalu kacau
Alur pikir makin kusut terus menyusut tubuh

Kelam itu  tampak  kental 
Tak ada remang yang mengambang
Hanya hitam membentang  aral
Aku di persimpangan nasib
Dua malaikat mengambang  dalam gelap 

Menyapa dalam gelap menarik pulang
Kakiku terperosok  dalam lubang kehinaan
Syetan - syetan berdendang  ria pada hati dan telinga

Dalam bayang gelap -gulita Ia menampar wajah
Berbisik lantang, '
"Putuskan saja kisah kusut  yang sudah diraut halus!"
Beban mu terlalu berat tak sanggup kau pikul
Jasad mu  hanyalah tonjolan tulang mendulang derita

Baca Juga:Mengukur Bayang

Ohh..Tuhan penggenggam  alam
Masih adakah sedikit cahaya  untukku
bertahan?
Menghirup udara baru dari sisa nasib yang terbakar 

Wahai Malaikat dua bayang. 
Ajari aku cara bertahan
Walau jalan terhuyung -huyung 
asal  Kau  dapat  kusapa 
Walau wajah  berlumur hina 
Namun  Kau ada dalam lamunan
Walau harga diri tercabik aku akan menampik 

Wahai Tuhan  penggenggam jiwa
Jika derita tak bisa ditukar   
Ambillah semua kenangan dunia ini
Jika derita terus menambal duka
Ajari aku cara bertahan  dalam derita

Wahai Malaikat dua bayang....
Jika bertahan tak bisa terbuka simpul
Ajari aku cara merajut ulang
Kepompong  ini semakin lapuk  dibakar kisah

Jika sutera tak bisa dijahit ulang 
terpaksa Kuputuskan rajutan ini
Mungkin lain waktu. ada ulat kesasar 
Menggantung di jiwa  ini merajut cerita baru 

Ohh... pemilik  jiwa
Kutumpahkan air mata dalam puisi duka
Bukan air mata gombal merayu'  kisah
Sesungguhnya Aku sedang melayat pada duka 


Lhokseumawe, 16 Oktober 2022

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar