Menulis Puisi Gaya Taufik Ismail

 

Menulis Puisi Gaya Taufik Ismail

Muklis Puna

sastrapuna.com - Menulis Puisi. Taufiq Ismail adalah  sastrawan senior  di belantara sastra Indonesia.  Beliau dibesarkan di Pekalongan dalam keluarga guru dan wartawan. Karena pengaruh lingkungan, profesi sebagai guru dan wartawan itu  pun juga pernah dilakoninya.https://books.google.co.id/books?id=oEP-DwAAQBAJ&pg=PT29&dq=teknik+menulis+puisi+berdasarkan+objek&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwjp9pTQtLT5AhVcTGwGHTXyDBwQ6AF6BAgIEAM#v=onepage&q=teknik%20menulis%20puisi%20berdasarkan%20objek&f=false 


Taufiq dilahirkan di Bukittinggi dan menghabiskan masa SD di Yogyakarta, kemudian masa SMP kembali ke Bukittingi. Setelah itu ia melanjutkan SMA di Bogor, dan dengan pilihan sendiri Taufiq  Ismail memilih jurusan kedokteran hewan di bangku kuliah karena ia ingin memiliki bisnis peternakan untuk menafkahi cita-cita kesusastraannya.

Meskipun berhasil menamatkan kuliahnya, akan tetapi Taufiq gagal untuk memiliki sebuah usaha ternak yang pernah ia rencanakan. Pendidikan singkat lain yang Taufiq tempuh adalah American Field Service International School, International Writing Program di University of Iowa, dan di Faculty of Languange and Literature, Mesir. ( google) 

Baca Juga: Biografi Taufiq Ismail - Sastrawan Angkatan 66

Ciri Khas Puisi Taufik Ismail

1) Kritik Sosial

 Puisi-puisi yang ditulis oleh Taufik Ismail adalah jenis puisi kritik sosial yang merupakan bentuk halus dari demonstrasi yang ditulis dengan bahasa karya sastra. Puisi-puisi Taufik Ismail lebih dekat kepada persoalan politik dalam negeri, kondisi sosial ekonomi, dan hal-hal kontemporer lainnya. 

 Secara umum Taufiq  Ismail menulis  puisi dalam konteks bernafaskan politik dan agama. Puisi-puisi yang bersangkut paut dengan politik, khususnya tahun 1960an, sering dikritik oleh Taufiq Ismail, karena pada zaman tersebutlah Republik Indonesia mengalami krisis; seperti, PKI dan perubahan orde lama ke orde baru.

 Melalui aspirasi keagamaan, menunjukkan  bahwasannya Taufiq Ismail merupakan orang yang taat dan teguh dalam memeluk  beragama.  Aspirasi politik dan agama tersebut sering dikaitkan kedalam puisi-puisinya agar   pembaca atau pendengar dapat mengkaitkan kritiknya dengan posisinya   dalam   menganut ajaran agama. Puisi-puisinya juga terkadang terbentuk dalam sebuah nasihat. 

Pada umumnya, puisi yang bersifat nasihat terdapat unsur-unsur keagamaan. Hal ini agar   membuat penikmat puisi  tersentuh akan saran dan pendapat yang diberikan. 

Dalam penulisan puisi, pemilihan kata yang tepat seperti kata "kita" sering digunakan demi membuat suasana universal dan nyata.  Penggunaan  rima yang bersamaan demi membuat puisi lebih bermakna. Terkadang puisi-puisi Taufik Ismail mampu memotret peristiwa bersejarah.

2)      Lugas dan Transparan

Jika pembaca menyimak puisi-puisi karya Taufik Ismail, maka pembaca tak akan dibuat rumit dengan sajian diksi yang sublim. Puisi-puisi karya Taufik Ismail adalah puisi transparan yang cukup mudah untuk dimengerti dan dinikmati. Puisinya bagaikan cerpen yang ringkas. Penggunaan majas dalam puisi-puisi Taufik Ismail lebih sederhana. 

Untuk membuktikan bahwa puisi Taufik Ismail  benar benar transparan  atau bebas sublime  perhatikan langkah –langkah menulis puisi gaya Taufik Ismail.

a) Bacalah kumpulan puisi Taufik Ismail  yang banyak berada di toko buku disekitar tempat tinggal penulis.

b) Pahamilah gaya bahasa yang digunakan oleh penyair

c) Perhatikan  tujuan atau sikap Taufik Ismail dalam setiap puisi yang ditulis.

d) Perhatikan masalah sosial yang disorot Taufik Ismail dalam puisi  yang ditulis.

e)  Cobalah menulis puisi dengan bersandar pada puisi puisi taufik Ismail, dengan gaya sendiri,  namun menyerupai gaya penyair tersebut. 

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada contoh puisi berikut.

TUHAN  DALAM SAKU CELANA

Muklis Puna

Negeriku adalah surga bagi tengkulak informasi,
Ramah-rumah menyambut perubahan tanpa sulingan dan  gamang
Alat komunikasi serba canggih, parkir pada setiap saku celana 
Tak peduli pejabat, menteri, presiden, pemulung, tukang becak,  guru dan dosen 
Semua menghamba pada kotak lima senti

Di warung kopi orang- orang sibuk   bercanda dengan ponsel, 
di gedung dewan , anggota DPR lalai dengan ponsel walau nasib rakyat dalam bahasan , 
di kantor pegawai buka ponsel, 
di kabinet, menteri buka ponsel,  
di Mahkamah Agung yang butuh konsentrasi hukumpun, ponsel sering menjerit

Hansip, tentara, perwira, dan jendral  nongkrong  mengabdi pada ponsel,
Petani walau baju penuh lumpur, namun ponsel tetap berteduh dalam saku

Negeriku  ramah bagi  situs porno dan game online yang menguras rupiah,
tapi  siksa kubur  bagi orang tak berdosa,
Dalam kelas, siswa SMA pakai ponsel, 
headset  ditanam dalam kerudung menikmati musik Korea,

Di ruang  guru, para cikgu chating dengan sahabat maya,
Di kampus, mahasiswa  berselancar mencari jawaban final persembahan google, 
Di ruang kuliah, dosen  mengajar dari ponsel dengan materi copy paste, 
Di angkot  penumpang  buka ponsel,
Di bis kota yang pengap dan gerah, sambil berdiri  juga buka ponsel, 
Di wifi  para pencandu  bertanding  game online dengan ponsel 


Negeri  ini nirwana kayangan para dewa-dewa informasi, 
tapi cobaan  berat bagi  yang gagap
Ponsel dipuja bak  berhala, tuhan baru, diam-diam membimbing lewat udara
Di pasar orang buka ponsel, 

Bercakap-cakap kita jarak jauh  tak tertahankan ,Kawan di samping diusir menjauh, kawan jauh dicumbu di ujung jari,Isteri-isteri  selingkuh dalam dekapan suami  

Ketika melayani para suami  mengigau kadang mengigau selingkuhannya,
Duduk kita di  bibir ranjang ketika  orang bergumul, menularkan  obrolan mesra, 
kita  seperti diusir lewat ujung jari 
Duduk kita disebelah orang, dengan cueknya bermain ponsel 
lewat   Fb, Istagram,   Twiter dan Whaatsap
di kantor dan  di cafe- cafe, kita ketularan penyakit.

Situs  sesat  mencuci polah  dalam bersikap
Negeriku adalah surga  konsumsi   alat canggih  paling subur di  jagad ini, 
Membangun negeri orang di negeri sendiri.
Negeriku adalah  surga  bagi pecandu ponsel, 
 

Lhokseumawe 23 Juli 2017

Penulis adalah Esais Nasional, Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe.

Baca Juga:Ws Rendra Sosok Inspiratif dalam Menulis Puisi

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar