Tradisi Meugang di Aceh sebagai Budaya Menyambut Bulan Suci dan Hari Lebaran

 

Tradisi Meugang  di Aceh sebagai Budaya Menyambut Bulan Suci dan Hari Lebaran

oleh :Muklis Puna

sastrapuna.com - Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang menerapkan syariat Islam. Penerapan ini merupakan Jawaban pemerintah pusat terhadap pelaksanaan otonomi daerah tentang keistimewaan Aceh. Setiap perayaan keagamaan, Aceh diberikan ruang khusus untuk mengapresiasikan nilai-nilai keislaman yang dianutnya. 

Momen -momen keagamaan seperti perayaan Tahun Baru Islam, peringatan kelahiran Nabi Besar Muhammad Saw. dan penyambutan datangnya bulan suci Ramadhan.

Menjelang dua hari bulan Syakban meninggalkan bumi Serambi Mekah. Masyarakat mulai sibuk berbenah untuk menyambut bulan suci ramadhan. Ada satu hal yang menarik dari penyambutan datangnya bulan suci Ramadhan adalahadanya Hari Megang. 

Hari Megang merupakan hari yang dinanti oleh masyarakat Aceh khususnya dua hari sebelum puasa. Hari Megang juga termasuk tradisi yang ditinggalkan oleh para pendahulu dengan memegang kokoh nilai-nilai keislaman.

Hari Megang sendiri indentik dengan makan daging sebelum menyambut datangnya bulan ramadhan dan hari lebaran. Secara keseluruhan dalam setahun di Aceh terdapat tiga kali megang yaitu sebelum puasa, megang hari lebaran dan megang hari raya Idul Fitri. 

Makan daging dalam konteks megang sebelum puasa berlansung seantero negeri di Serambi Mekkah. Jenis daging yang dikonsumsikan berbeda tergantung daerah tertentu. Ada daerah yang mengonsumsi lembu, kerbau dan jenis unggas.

Jauh sebelum Hari Meugang datang, masyarakat sudah menyisihkan uang belanja untuk membeli daging. Dalam tradisi ini setiap masyarakat wajib mengonsumsi daging sebagai tambahan gizi untu menghadapi ramadhan hari pertama. Adalah sebuah aib bagi keluarga, jika pada hari itu anggota keluarganya tidak mengonsumsi daging. Sekurang -kurangnya mereka menyembelih unggas, baik ayam maupun bebek yang dimasak dengan khas Timur tengah.

Suasana ritualitas meugang sebelum puasa berlangsung nyaman dan tenang. Lembu –lembu digiring ke tempat pemotongan untuk disembelih dan diambil dagingnya. Walaupun harga daging setiap tahun mengalami kenaikan yang signifikan sampai Rp 180 .000. per kilogram, antusias masyarakat tak pernah surut untuk mengonsumsi daging dalam menyambut bulan 

Ramadahan. Intinya pada Hari Meugang masyarakat tumpah ruah ke pasar –pasar memburu daging-daging yang berkualitas untuk dimasak sebagai persiapan makan sahur di malam pertama ramadhan. Setiap dapur rumah masyarakat Aceh pada hari itu wajib menyemburkan aroma daging dengan ragam masakan yang disukai.

Kedatangan bulan seribu bulan ini mendorong masyarakat Serambi Mekkah menyambut dengan gegap gempita. Orang- orang kaya yang diberikan kemudahan rezki menggunakan kesempatan ini sebagai ladang amal dengan cara membeli daging dalam jumlah banyak untuk dibagikan kepada anak yatim dan fakir miskin. 

Intinya bulan ramdahan penuh berkah dan bulan pengampunan disambut dengan persiapan yang bermanfaat serta bersih lahir dan batin. Akhirnya penulis mengucapkan selamat menyambut bulan suci Ramadhan, mohon maaf lahir dan batin. 

Penulis adalah Pemimpin Jurnal  Aceh Edukasi dan Guru SMA N 1 Lhokseumawe.

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar