Tabulasi Gaya Bahasa dan Majas dalam Puisi " Di Arena Perkelahian" Karya YS. Sunaryo

 



Oleh Muklis Puna

Tabulasi Gaya Bahasa dan Majas dalam Puisi  " Di Arena Perkelahian"  Karya YS. Sunaryo  Gaya bahasa merupakan penyimpangan bahasa dari konteks sebenaranya ke konteks  lain. Penyimpangan ini sengaja dipilih penyair untuk mengundang tanya dan daya hayal pembaca.  Tanpa gaya bahasa puisi akan terasa hambar dan tidak menarik untuk diikuti.  
Pemilihan majas dilakukan penyair sangat selektif. Penyair sekelas YS Sunaryo  dalam  puisi di bawah sangat cekatan dalam  memilih majas hal ini dapat  dilihat  pada  bait pertama:

/Pagi berkemas pergi/
/Tinggalkan duha di wajah gerimis/
/Matahari merenggut embun/
/Panasi gerak para pencari/

Perhatikan  bait pertama  puisi  di atas,

/Pagi berkemas pergi'/ Jika diparafrase larik ini  membutuhkan setengah halaman  kertas.  Makna  yang luar biasa telah  dipasak  erat pada  landasan awal puisi ini. Penggunaan gaya  seperti pada  bait ini  telah menyeret  pembaca  dalam naluri  keingintahuan  untuk  melesat pada  larik  kedua. 

Seorang  penyair  profesional,  dia  tidak  memaksa  pembaca mengikuti  puisinya.. Akan tetapi  lewat  gaya bahasa yang  apik  pembaca  dipaksa  menjelajah setiap belantara aksara dalam menggerilya  makna.

Penulisan  puisi semi naratif  seperti  ini membutuhhkan  kepiawaian khusus  dalm  merangkai  gaya bahasa.  Dari  gaya bahasa yang di digunakan menunjukkan  kepribadian penyair  punya  imajinasi dan  pengaruh  kekuatan  misterius yang  tinggi .

Selanjutnya,  hampir setiap  larik dari puisi.ini  mengunakan imaji secara  sempurna.  Dalam  hal  ini Tarigan ( 1995) dalm buku  Prinsip Prinsip  Sastra,  mengelompokan imaji  dalam  empat  bagian meliputi Auditif, Visual, perasa, dan penciuman.  Kalau ditilik secara  keilmuan , hampir  semua bagian imaji  di atas  menjamur  pada bait  dan  larik  pada puisi  tersebut.. Salut..
 ..

DI ARENA PERKELAHIAN

Karya Y. S. Sunaryo

Pagi berkemas pergi
Tinggalkan duha di wajah gerimis
Matahari merenggut embun
Panasi gerak para pencari

Saling sikut berebut 
Berkelahi menghunus birahi
Bening hati dan waras akal terenggut
Piring-piring terbang menjaring sesuap nasi

Perkelahian kian terbuka
Mengejar tafsir bak hidup selamanya
Namun seakan mati besok mereka lupa
Lupa pula mereka sekumpulan manusia

Hingga Zuhur nanti
Wajah mereka terbaca
Siapa yang ingat mati
Siapa para pembakar surga

Ciamis, 27 Oktober 2017

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar