Muklis Puna
Aku terdampar di negeri asing, di lempengan takdir yang retak
Mendung mengayuh embun, menutup matahari dalam kelam
Angin biduk menusuk, merasuk hingga relung jantung
Ikan cucut terapung, mulut menganga dihantam gelombang
Ini negeri apa, gerangan?
Kupandang ratusan juta jiwa bergelantungan pada lambung kapal usang
Di jalan protokol, kaki terinjak, menghirup asap mesiu menuntut keadilan
Di pengadilan, hukum diobral, neraca kebenaran diberi bandrol murah
Ini negeri apa, sungguh?
Rakyat papa mengajari pejabat seni korupsi yang licik
Maling dan penyamun berlagak ustad, menasihati pencuri kecil
Di negeri terapung ini, nasib pejabat dan jelata bergoyang di tali korupsi
Puisi: Permen Busuk di Ruang Kelas
Ini negeri apa, Tuhan?
Aspirasi diumbar, belasan partai berebut panggung
Media menghias calon dengan isu rekayasa, dusta berbalut tinta
Kuli pena disogok, etika tulisan luntur ditukar rupiah
Ini negeri apa, katakan!
Pribumi berdiri di pagar pembangunan, menatap nanar
Jagungnya naik-turun, ludah tertelan dalam getir
Orang asing bermata sipit merangsek lewat teluk ibu kota
Gaji dilipatgandakan, menggiurkan, menyisakan nestapa
Anak negeri meratap, menyaksikan musuh menyusu pada ibu pertiwi
Ini negeri apa, ya Tuhan?
Mengapa begitu pilu, begitu aneh?
Lhokseumawe, 1 Mei 2025
0 Komentar