Peran, Fungsi, dan Makna Imbuhan dalam Bahasa indonesia

Peran, Fungsi, dan Makna Imbuhan dalam Bahasa indonesia

                               Sumber Gambar: Pixabay


Oleh: Mukhlis, S,Pd., M.Pd 

Kata-kata yang digunakan dalam pertuturan ada yang sudah berupa kata dasar, akan tetapi banyak pula yang terbentuk  kemudian.  Disebut  kata dasar karena sebagian besar  sifat keabitrerannya  tidak dapat diselusuri lagi cara pembentukannya. tetapi banyak juga yang masih  dapat ditelusuri proses pembentukannya.  Pembentukan ini terjadi dengan  secara imbuhan, komposisi dan reduplikasi (kata ulang).  Salah satu proses pembentukan  yang sangat penting dalam  tulisan ini  adalah   pembentukan melalui imbuhan.

Secara umum dalam Bahasa Indonesia memiliki empat jenis imbuhan yaitu awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), dan imbuhan terbelah (konfiks). Dari keempat imbuhan itu, tampaknya hanya infiks yang kurang produtif.  Ke empat jenis imbuhan tersebut masing-masing memilki bentuk, fungsi, dan makna. Bentuk afiks dalam konteks pembentukan kata ada yang berbentuk awalan, akhiran, sisipan, awalan dan akhiran, serta imbuhan terbelah atau simulfiks.

Sedangkan fungsi keempat jenis imbuhan tersebut adalah mengubah kelas kata yang ada dalam bahasa Indonesia.  Kelas kata yang berubah ketika melekatnya imbuhan adalah dari kata benda menjadi kata kerja, dari kata sifat ke kelas kata kerja atau sebaliknya dari kata kerja menjadi kata benda. Selanjutnya, untuk makna yang ditimbulkan sangat bergantung pada bentuk dasar, bentuk turunan yang dilekatakan imbuhan tersebut.

Selanjutnya Chaer ( 2007:16 ) mengatakan bahwa Aafiks atau imbuhan dalam bahasa Indonesia mempunyai peran  penting,  karena kehadiran imbuhan pada sebuah  bentuk dasar (kata) dapat mengubah bentuk fungsi, katagori, dan makna dasar atau kata yang dilekatinya itu.” Misalnya, kata datang (kata dasar) berbentuk, fungsi, katagori, dan maknanya dari kata kedatangan. Perbedaan itu terjdi akibat melekatnya konfiks ke -an kata kerja datang. 

 Perhatikan  contoh berikut.

 a.  Bentuk   datang (kata dasar)
       Kedatangan (kata jadian)

b. Katagori datang (verba)
    Kedatangan (nomina)

c. Funsi datang (predikat)
    Kedatangan (bisa subjek)

 d. Makna datang
    Kedatangan ‘hal datang’

Hal ini berbeda jika  pemakaiannya dalam kalimat  berikut ini:

a. Sampai hari ini belum juga datang
b. Kedatangan memang sangat mengejutkan kami

Kata  dasar datang dan kata jadian kedatangan pada kalimat itu tentu saja tidak dapat dipertukarkan pemakaiannya, karena pertukaran ini dapat menghasilkan kalimat yang tidak berterima, bahkan tidak masuk akal.  Hal ini dapat dilihat  pada hasil pertuka ran berikut.
a.    Sampai hari ini  Ia belum juga kedatangan
b.   Dengan memang sangat mengejutkan kami.

 Selanjutnya, menurut  Arifin dan  Junaiyah (2007:6) imbuhan   adalah ”afiks yang dilekatkan pada kata dasar, mungkin pula kata jadian) di dalam bahasa Indonesia terdapat lima jenis imbuhan , yaitu awalan (prefiks), akhiran( Sufiks), sisipan (infiks) awalan dan akhiran(konfiks) dan     simulfiks”

Sad’ah.(2011) Imbuhan   adalah suatu bentuk linguistik yang di dalam suatu kata merupakan unsur langsung, yang bukan kata dan bukan pokok kata. Melainkan mengubah kata dasar  menjadi kata kompleks, artinya mengubah kata dasar  menjadi kata yang mempunyai arti lebih lengkap, seperti mempunyai subjek, predikat dan objek

Berdasarkan dua pendapat diatas dapat disebutkan bahwa  imbuhan  adalah afiks yang dilekatkan pada kata dasar yang belum mengalami perubahan kata. Selain itu imbuhan  juga dapat dilekatkan pada bentuk gabung (komposisi)  serta pada  bentuk-bentuk dasar yang diserap dari bahasa asing.

1. Jenis -jenis   Imbuhan Bahasa Indonesia

Kata yang dibentuk oleh  kata lain pada umumnya mengalami tambahan bentuk pada kata dasarnya. Kata seperti bertiga, ancaman, gerigi dan berdatangan terdiri atas tiga, ancam, gigi, dan datang yang masing-masing dilengkapi dengan bentuk yang berwujud ber-, -an, -er, dan ber-an. Bentuk  (atau morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata dinamakan afiks atau imbuhan. 

Kempat bentuk terikat di atas adalah afiks atau imbuhan. Afiks yang ditempatkan di bagian depan  suatu kata dasar disebut prefiks atau awalan. Bentuk atau morfem terikat ini digunakan di bagian belakang kata, maka namanya  sufiks atau akhiran. Morfem terikat seperti –an, -kan, dan –i adalah contoh sunfiks  atau akhiran. Infiks atau sisipan  adalah afiks yang diselipkan di tengah kata dasar. Bentuk seperti –er dan el pada gerigi adalah infiks atau sisipan.

Gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk suatu kesatuan dinamakan konfiks. Kata berdatangan, misalnya, dibentuk dari kata dasar datang dan  konfiks  karena proses gabungan tidak secara serentak. Kata berhalagan misalnya, pertama-tama dibentuk untuk menambahkan sufiks –an  pada dasar baling sehingga terbentuk kata halangan. Sesudah itu barulah prefiks ber-  diimbuhkan. Jadi, ber-an  pada berdatangan adalah konfiks karena afiks itu merupakan kesatuan, tidak ada bentuk datangan. Sebaiknya, ber-an pada berbalangan bukan konfiks karena merupakan hasil proses penggabungan prefiks ber dengan balangan.

Dalam hal ini, Arifin dan Junaiyah (2007: 32) membagi imbuhan dalam empat  jenis yaitu ” 1) prefiks atau awalan, 2) infiks atau sisipan,3) sufiks atau akhiran, dan 4)konfiks atau imbuhan terbelah.”keempat imbuhan itu, tampaknya hanya infiks yang kurang produktif. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada uraian  di bawah ini.

1) Prefiks atau Awalan

Awalan (prefiks) adalah imbuhan yang diletakkan di depan dasar (mungkin kata dasar, mungkin kata jadian.  Dalam  bahasa Indonesia terdapat delapan awalan yaitu ber- dan per-, meng  dan di-, ter, ke dan se  seperti tampak pada conth berikut

Bersegi dan persegi, bertujuan dan petinju
Menggalim,  dan penggali, meninju dan peninju
Dilipat , ditiru, dilihat, dan tertawa
Kedua dan keempat
Sedesa dan setempat.

2) Infiks atau sisipan

Sisipan adalah imbuhan yang diletakkan di tengah daasar. Bahasa Indonesia memiliki empat buah, yaitu –el, -me –er dan –in, seperti
Getar → geletar geger→gelegar
Getar → gemetar kelut → kemelut
Gigi → gerigi
Kerja → kinerja
3) Sunfiks Atau Akhiran
Akhiran adalah imbuhan yang  diletakkan pada akhir dasar. Bahasa Indonesia memiliki akhiran –i, -kan, -an, -man, -wan, -wati, -wi (wiah), dan –nya,  seperti tampak pada contoh berikut:
Ambil ambili, ambilkan, ambilan
Seni seniman
Warta wartawan, wartawati
Dunia duniawi
Turun turunnya
Akhiran  -  pada kata turunnya, seperti pada kalimat turunnya harga beras sangat memukul petani, seperti pada kalimat naiknya harga beras sangat menggembirakan  petani. Pada kalimat  itu naiknya harga dapat digantikan dengan kenaikan harga, akan tetapi turunnya harga tidak lazin digantikan dengan keturunan harga.

Karena adanya hubungan dengan bahasa- bahasa lain, kini bahasa Indonesia juga memiliki  imbuhan  (afiks)  yang berasal dari bahasa asing seperti wan, wati, at, in, isme, (is) asi, logi, dan  tas .Hal   ini seperti tampak padak kata -kata berikut:
Karyawan, karyawati, informal, komunisme
Standardisasi, sosiologi, dan produktivitas

4) Konfiks atau Imbuhan Terbelah

 Menurut Chaer ( 2007: 34) konfiks, lazim juga disebut imbuhan terbelah, adalah ’imbuhan yang diletakkan sekaligus pada awal dan akhir dasar.” Konfiks harus diletakkan sekaligus pada dasar (harus mengapit dasar) karena konfiks merupakan imbuhan tunggal, yang tentu saja memiliki satu kesatuan bentuk kesatuan makna, seperti

a. Konfiks ke-….-an  pada  keuangan, kematian dan  keahlian
b. Konfiks ber-….-an pada berhamburan, betabrakan dan berciuman
c. Konfiks peng -…an pada   penemuan, pengalaman dan pengambilan
d. Konfiks per-…-an  pada  perjuangan, pergaulan, dan pertemuan
e. Konfiks se-…a-an  pada  sebaik-baiknya dan sebesar-besarnya.

5) Simulfiks atau Imbuhan Gabungan

Simulfiks atau imbuhan gabung adalah dua imbuhan atau lebih yang ditambahkan pada kata dasar tidak sekaligus, tetapi secara bertahap Kosasih 2002:45)  simulfiks  adalah ”imbuhan member-kan yang melekat pada kata memberlakukan  dan memberdayakan.” Seperti nanti akan dijelaskan pada uraian uratan pengimbuhan. (afiksasi),afiks yang pertama kali melekat pada kata dasar laku dan daya adalah prefik ber menjadi berlaku dan berdaya, setalah itu sufiks –kan menjadi berkelakuan pada katat tersebut sehingga menjadi memberlakukan dan memberdayakan.

2. Fungsi dan Makna Imbuhan  

1) Fungsi Imbuhan

1) Fungsi Prefiks   ber

Awalan ber- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja (prefiks verbal). Namun, kalimat yang predikatnya berupa kata kerja berawalan ber- tidak memiliki objek, tetapi dapat memiliki pelengkap atau keterangan.

Contoh:
. a. Anna dan Ria berdagang kain di pasar.
Sebenarnya bagian kalimat, seperti kain dan di kamar, yang terletak di belakang predikat berdagang dan belari, tidak wajib hadir karena Anna dan Ria berdagang ataupun Eka berlari sudah memenuhi syarat bagi terbentuknya sebuah kalimat karena bagian itu sudah memiliki subjek, yakni Anna dan Ria (1a) dan Eka (1b), dan predikat, yakni berdagang dan berlari. 

Kehadiran bagian kalimat yang terdapat di belakang predikat, yakni kain dan mengelilingi lapangan bola, diperlukan (untuk menjawab pertanyaan berdagang apa dan berlari mengelilingi, apa? Jawaban atas pertanyaan berdagang apa, berjualan apa, atau mengelilingi apa disebut pelengkap, jawaban atas pertanyaan di mana di sebut keterangan tempat, jawaban atas pertanyaan bagaimana disebut keterangan cara, jawaban atas pertanyaan dengan apa disebut keterangan alat, dan jawaban atas pertanyaan bila atau kapan disebut keterangan waktu.)

Kata kain yang terdapat pada kalimat Anna dan Ria berdagang kain bukan berfungsi sebagai keterangan bagi predikat berdagang melainkan sebagai pelengkap kalimat. Hal itu dapat dibuktikan dengan tidak mungkinnya kata kain dipindah-pindahkan letaknya, sedangkan keterangan pada umumnya dapat dengan mudah dipindah-pindahkan letak, liat  contoh yang tidak berterima berikut ini.
a. Kain Anna dan Ria berdagang. 
b.  Anna dan Ria kain berdagang.

Kata kain pada kalimat itu bukan berfungsi sebagai objek bagi predikat berdagang, melainkan sebagai pelengkap kalimat. Hal itu dapat dibuktikan dengan tidak mungkinnya kalimat Anna dan Ria berdagang kain itu dipasifkan. Dengan kata lain, kata kain tidak dapat menjadi subjek bagi kalimat pasif yang akan dibentuk itu, seperti
 a.  Kain didagang Anna dan Ria
ketentuan nya bahwa kata kerja berawalan ber- tidak dapat dipasifkan, tetapi kata kerja berawalan meng-...-I  atau  meng-...-kan dapat dipasifkan menjadi kata kerja di-... -i dan di-... -kan, seperti mengambili, mengawini; mengambilkan, mengawinkan (aktif)
diambili, dikawini; diambilkan, dikawinkan (pasif).

Harus diketahui pula bahwa tidak semua kata kerja berawalan meng dapat dipasifkan. Contohnya, kata menangis, menyanyi, dan menari seperti pada kalimat  Adik menangis; Ia menyanyi; Aku menari piringng tidak dapat dipasifkan menjadi Adik ditangis, lagu dinyanyinya, dan piring  ditari aku. Akan tetapi, kata membawa, merayu, menyentuh, melawan, dan mengambil (yang lazimnya menghadirkan objek) dapat dipasifkan menjadi dibawa, dirayu, disentuh, dilawan, dan diambil,

Contoh:
a. Truk itu berlari kencang membawa kayu curian dari hutan. (aktif)
b.  Kayu curian dari hutan dibawa  truk itu dengan berlari kencang. (pasif)
2) Fungsi Prefiks atau Awalan meng
Awalan me- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja aktif (prefiks verbal aktif, baik transitif maupun taktrasitif). Kata tangis dan menangis berbeda akibat hadirnya awalan meng-. Perhatikan pemakaiannya pada kalimat berikut.
(1) a. Sayup-sayup terdengar tangis yang memilukan.
 b. Ia menangis terharu ketika mendengar keberhasilan anaknya.

Kita dapat melihat bahwa kategori, fungsi, bentuk, dan makna kata tangis dan menangis pada kedua kalimat itu berbeda. Perbedaan itu menyebabkan pemakaian keduanya tidak dapat dipertukarkan.
Kata menangis dan menari seperti yang terdapat pada kalimat Adik menangis dengan tersedu-sedu clan dan Ia menari dengan riang gembira adalah kata kerja aktif, tetapi tidak dapat menghadirkan objek.
Kedua kata itu berbeda dari kata kerja aktif menangisi dan menarikan yang dapat menghadirkan objek, seperti Dia menangisi perpisahan itu dan Penari itu menarikan tarian jawa. Bagian kalimat dengan tersedu sedu yang terletak di belakang predikat menangis dan dengan riang gembira yang terletak di belakang menari berfungsi sebagai keterangan (bagian kalimat itu dapat dipindah-pindahkan letaknya tanpa merusak makna kalimat, tetapi mungkin maksud kalimat dapat berubah).

Akan tetapi, perpisahan itu yang terdapat di belakang kata menangisi dan tarian Jawa berfungsi sebagai objek. Kata menangis dan menari tidak dapat dipasifkan menjadi ditangis dan ditari, tetapi kata menangisi dan menarikan dapat dipasifkan menjadi ditangisi dan ditarikan.

Kedua contoh itu menunjukkan kepada kita bahwa ada kata kerja berawalan meng- yang tergolong kata kerja berobjek (aktif transitif) ada pula yang tergolong kata kerja tak berobjek (aktif tantransitif'). Tampaklah bahwa setiap kata memiliki makna dan peragai atau perilaku sendiri.
3) Fungsi Prefiks atau Awalan di
Awalan di- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif (prefiks verbal pasif, yang berkaitan dengan prefiks verbal aktif meng), seperti diambil menjadi  mengambil, ditiru menjadi  meniru, dicangkuli menjadi  mencangkuli, dan diantarkan menjadi  mengantarkan.
4) Fungsi prefiks dan awalan ke-
Bahasa Indonesia memiliki dua buah awalan ke-, yaitu awalan ke- yang berfungsi sebagai pembentuk kata kerja (prefiks verbal dan bertalian dengan awalan ter-, seperti ketawa yang digunakan dalam ragam lisan tidak resmi  dan tertawa) dan awalan ke- yang berfungsi sebagai pembentuk kata benda (prefiks nominal)
5) Fungsi Prefiks atau Awalan per
Bahasa Indonesia memiliki dua buah awalan -per-, yaitu awalan per-pembentuk kata kerja (prefiks verbal) dan per- (pe-, pel) sebagai pembentuk kata benda (prefiks nominal).
6) Fungsi prefiks awalan pe  
Awalan peng berfungsi sebagai pembentuk kata benda (prefiks nominal) yang bertalian bentuk dan maknanya dengan awalan meng- artinya, kata berawalan peng- bertalian bentuk dan maknanya dengan kata kerja berawalan meng-. Perhatikan bahwa ‘orang yang mengarang’ disebut ‘pengarang’ ‘(orang) yang menulis disebut ‘penulis’ ‘(orang) yang mengantuk disebut pengantuk,’ orang yang mengutil disebut, dan ‘orang) yang mengemis ‘ disebut pengemis.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada contoh berikut
a. Ia termasuk penulis terkenal di kampusnya
b. Sekarang ini banyak dijumpai pengemis di setiap sudut kota
7) Fungsi Prefiks atau Awalan se
Fungsi awalan se- yang pertama adalah menjadi klitik (dari kata esa), seperti sesekolah,  sekamar,  sekampung, dan sekota. Adapun fungsi awalan se- yang kedua adalah  membentuk  adverbia, seperti seenaknya, setibanya sedatangnya  dan secepatnya.

Contoh
a. Andi tinggal sekamar dengan saya
b. Dia sekampung dengan teman saya
c. Jangan seenaknya menuduh orang lain
d. Setibanya di sekolah dia langsung masuk kelas
8) Fungsi Prefiks atau Awalan ter
Bahasa Indonesia memiliki dua buah awalan ter-, yaitu (1) awalan ter- sebagai pembentuk kata kerja (prefiks verbal, yang bertalia-ri, dengan awalan ber-) dan (2) awalan ter- sebagai pembentuk kata sifat (prefiks adjektival).

3. Makna Imbuhan
1) Makna Prefiks atau Awalan ber
 Dalam hal ini Kosasih (2002: 54) Kata kerja berawalan ber- memiliki makna seperti berikut:
1) ‘memiliki’ atau’mempunyai’, seperti
la beranak dua orang. ‘ia memiliki anak dua orang (dua orang anak)’ Adik membeli buku bergambar ‘adik membeli buku memiliki gambar’; ‘adik membeli buku (yang) ada gambar’.
televisi yang berwarna ‘televisi yang memiliki warna; ‘televisi yang ada warna’

2) ‘menyatakan’ atau ‘mengakui’, seperti
Aku berkakak kepadanya. ‘aku menyatakan kakak padanya’; ‘aku menyapanya kakak’
Kami berengku pada Tuan ‘kami menyatakan engkau pada Tuan; ‘kami menyapa engkau pada Tuan’.
3) ‘menghasilkan’ atau ‘mengeluarkan’, seperti
Ayam sudah bertelur.’ayam sudah menghasilkan telur’
gunung berapi (arkais:gunungmerapi) ‘gunung mengeluarkan api’
 Papan itu berderit ‘papan itu mengeluarkan bunyi derit’
4)  ‘biasa melakukan’, ‘bertindak sebagai’, ‘bekerja sebagai’, seperti
Paman bertukang ‘Paman bekerja sebagai tukang’
Ia bertinju. ‘ia biasa melakukan tinju’
Paman bertani. ‘paman melakukan pekerjaan tani’
5)  melakukan pekerjaan mengenai diri sendiri (resiprokal)’, seperti
Ia sedang bercukur. ‘ia  sedang mencukur dirinya sendiri’
Adik berhias didepan kaca. ‘adik menghias dirinya sendiri didepan kaca’
      Turis bejemur di Pantal Kuta.’turis menjemur dirinya di Pantai Kuta’
6) ‘mendapat’,’dapat di-..., atau ‘dikenai’, seperti
gayung bersambut ‘gayung mendapat sambut(an)’; ‘gayung disambut’
kata berjawab ‘kata mendapat jawab(an)’
Nadi bertumbuk ‘Padi dikenai tumbuk(an)’
kalimat yang berterima ‘kalimat yang dapat diterima (akal)
7) ‘memakai’ atau mengenakan’,’menggunakan’;’mengendarai’atau ‘naik’, seperti
 Kami berpayung berdua. ‘kami memakai/mengenakan payung berdua
 Saya berkereta ke jakarta. ‘saya naik kereta ke Jakarta’
Adik bersepeda kesekolah. ‘adik naik/mengendarai sepeda ke sekolah’
Anna berbaju merah.’’Anna mengenakan/memakai baju merah’
8) ‘menjadi kelompok’ seperti
Kita harus bersatu. kita harus menjadi satu (satu kelompok)’
Kami berdua ‘kami menjadi satu kelompok terdiri atas dua orang’
Kami berenam ‘kami menjadi satu kelompok terdiri atas enam orang’
2) Makna Prefiks atau Awalan me  
Awalan meng- mempunyai makna seperti berikut:
1) ‘melakukan’,’ mengerjakan’, seperti
Ia rajin membaca buku. ‘ia rajin melakukan baca buku’
Kami sedang menjual batik. ‘karni sedang melakukan jual batik’

2) ‘menjadi’, seperti
Keinginan kita sudah menyatu. ‘keinginan kita sudah menjadi satu’
 Jangan berpikir mendua. ‘jangan berpikir menjadi (ber)cabang dua,
Padi di sawah mulai menguning. ‘padi di sawah mulai menjadi kuning’
3) ‘melakukan peringatan’, seperti
tahlil meniga hari ‘tahlil memperingati tiga hari (kematian)’
kenduri menujuh bulan ‘kenduri memperingati tujuh bulan (kehamilan) menyeratus hari nenek ‘memperingati hari ke-100 (kematian) nenek’
4) ‘menggunakan’ atau ‘memakai’, seperti
  menggunting baju ‘memotong baju menggunakan gunting’
  menyabit rumput ‘memotong rumput menggunakan sabit’
  mengergaji kayu’’memotong/membelah kayo menggunakan gergaji’
5)  ‘membuat’ atau ‘menghasilkan’, seperti
Bibi sedang menyayur lodeh. bibi sedang membuat sayur lodeh’
 menggambar burung ‘membuat gambar kupu-kupu’
Aku ingin menyulam. ‘aku ingin menghasilkan sulaman’

6)  ‘megeluarkan  (suara)’, seperti
kucing suka mengeong. ‘kucing suka mengeluarkan bunyi ngeong,
mengaduh kesakitan. ‘ia mengeluarkan kata "Aduh” karena kesakitan’
Adik mengerang kesakitan. ‘adik mengeluarkan erangan kesakitan,
7) Memberi atau ‘melengkapi dengan’, seperti
mengecat  mobil ‘melengkapi mobil dengan cat’
menyampul buku ‘melengkapi buku dengan sampul’
memagari rumah ‘memberi / melengkapi rumah dengan pagar’
8) ‘menuju’, seperti
Akhirnya, kapal kami pun menepi.’akhirnya, kapal kami pun menuju tepi’ Aku menyeberang sungai.’aku menuju seberang sungai’
Kapal mendarat dengan baik. ‘kapal menuju darat dengan baik’

Catatan
Pada kalimat Pesawat kami dapat mendarat dengan mulus di tengah cuaca buruk berarti ‘pesawat kami dapat mencapai darat dengan mulus di tengah cuaca buruk’. Kata mendarat pada kalimat itu bukan berarti ‘menuju darat’.
9) ‘mencari’, seperti
Ayah pergi merotan. ‘ayah pergi mencari rotan
Ia pergi mendamar ke hutan ‘ia pergi mencari damar ke hutan’
Memulung ‘mencari barang yang dipulung’
Jika awalan meng- dilekatkan pada dasar yang dimulai dengan gugus konsonan, seperti dg, gr, kl, pr, str, tr, gugus konsonan itu tidak luluh. Perhatikanlah contoh berikut.
a. me- + dramatisasi menjadi mendramatisasi
b. me  + gratiskan -----> menggratiskan
c. me + klaim -----> mengklaim
d. me- + kritik -----> mengkritik
e. me + praktikkan -----> mempraktikkan
f. me + transformasi -----> mentransformasi
Dalam ragam lisan, kata-kata seperti mengkritik, mentransfer, mentraktir, dan mempraktikkan sering diucapkan mengritik, menransfer, mentraktir, dan memraktikkan. Mungkin karena pengaruh ragam lisan itu pula muncul kata-kata seperti pemtraktiran, pengritikan, pentransferan, dan pemtraktiran. Padahal, seharusnya pentransferan, pentraktiran, pengklaiman, pengkritikan, dan pempraktikan. Walaupun begitu, yang selalu muncul adalah penggratisan dan pengklaiman, bukan penggrtisan dan penglaiman.

3) Makna Prefiks atau Awalan di
Awalan di- memiliki makna sebagai berikut:
1) ‘dikenai laku’ atau ‘dikena tindakan’,seperti
Buku itu sudah dibacanya. ‘buku itu sudah dikenainya tindakan baca
Ia dihukum karena korupsi ‘ia dikenai tindakan hukum karena korupsi’
 Ia didenda Rpl.000.000,00 ‘ia dikenai tindakan denda Rp1.000.000,00’
2) ‘dikenal dengan’, seperti
Pohon itu diparang. ‘pohon itu dipotong/dikenai dengan parang’
 Kertas itu diguntingnya.’kertas itu dipotongnya dengan gunting’
Kayu itu digergajinya. ‘‘kayu itu dipotong/dibelahnya dengan gergaji’
3) ‘dibuat’  atau ‘dijadikan’, seperti
Nangka muda digulai. ‘nangka muda dibuat/dijadikan gulai’
 udang disambal goreng. ‘udang dibuat sambal goreng’
Ikan teri bisa dipepes. ‘Ikan teri bisa dibuat/dijadikan pepes’
4) ‘diberi’ atau dilengkapi dengan’, seperti
Tembok itu kami cat putih. ‘tembok itu kami cat dengan cat putih’
Kemarin ia ditugasi ke luar kota ‘kemarin ia diberi tugas ke luar kota’
Rumah itu dipagari bambu. rumah itu diberi pagar bambu’
Anak nakal itu dikenai hukuman. ‘anak anal itu diberi hukuman’
 
4) Makna Prefiks atau Awalan ke
a. Awalan ke- sebagai pembentuk kata kerja memiliki makna seperti berikut:
1) (dalam ragam cakapan), awalan ke- semakna dengan awalan ter-, yang berarti ‘telah mengalami’, ‘menderita keadaan’, atau ‘menderita kejadian’, seperti
Yang dicari sudah ketemu.’yang dicari sudah tertemu’
Ia ketawa sebentar, lalu pergi. . ‘ia tertawa sebentar, lalu pergi’
Anak kecil itu ketabrak sepeda. ‘anak kecil itu tertabrak sepeda’
Pensilmu kebawa saya. ‘pensil terbawa saya’
Catatan:
Kata-kata ragam cakapan harus dihindari ketika pemakai bahasa sedang berbicara dalam ragam resmi.
2. ‘di urutan’ atau ‘Pada urutan’, seperti
la menjadi juara kedua ‘ia menjadi juara di/pada urutan dua’
Eka anak pertama ‘Eka anak yang lahir pada urutan pertama’
cucu ketiga ‘cucu yang lahir di/pada urutan ketiga’
b. awalan  ke- berfungsi sebagai pembentuk kata benda (prefiks nominal). Awalan ke- sebagai pembentuk kata benda memiliki makna seperti berikut
(1)   ‘yang mempunyai sifat atau ciri’, misalnya
ketua ‘yang mempunyai sifat atau ciri tua’
kehendak ‘yang berciri hendak’
kelatu ‘yang berciri tabu’
(2) ‘kelompok satuan atau kelompok bilangan yang dianggap satu’ ‘Atau kumpulan’ seperti
Ketiga orang itu bekerja sama dengan baik
‘kumpulan orang tiga itu bekerja sama dengan baik’
Keduanya sangat kompak. Kumpulan orang dua itu sangat kompak’
Tangkap saja kedua penjahat kambuhan itu. ‘Tangkap saja kumpulan dua orang penjahat kambuhan itu’

5) Makna Prefiks atau Awalan per
    Sebagai pembentuk kata kerja, awalan per- memiliki makna seperti berikut:
(1) ‘(men) jadikan lebih’ (biasanya awalan per- dilekatkan pada dasar  berupa kata sifat, seperti
Perindah rumahmu. ‘jadikan lebih indah rumahmu’
Perjelas gambar itu. ‘jadikan leblh jelas gambar itu’
Pertinggi hiasan dinding itu. ‘Jjadikan lebih tinggi (letak) hiasan dinding itu’
percantik ‘jadikan lebih cantik’
perbagus  ‘jadikan lebih bagus’
 (2) ‘membagi  jadi’, seperti
Perdua roti itu. ‘bagi dua roti itu’
,Seperdua gajinya utuh. ‘satu bagian dari dua bagian gajinya utuh’
seperempat bagian dari warisan ‘satu bagian dari empat harta warisan’
6)  Makna Prefiks atau Awalan se
    a. Se- yang berupa bentuk klitik (dari kata esa) bermakna
(1) ‘satu’, seperti
Adik tidur sekamar denganku. ‘adik tidur satu kamar denganku’
Kami berdua tinggalserumab. ‘kami berdua tinggal satu rumah’
Dia sekampung dengan saya. ‘dia satu kampung dengan saya’
(2) ‘seluruh’, seperti
Penataran guru se-Indonesia. ‘penataran guru seluruh Indonesia’
penduduk miskin se-DKI jakarta ‘Penduduk miskin seluruh DKI Jakarta’
Perlombaan melukis untuk murid SD. ‘perlombaan melukis untuk murid SD’
(3) ‘sama’ atau ‘sampai’, seperti
air hingga setinggi lutut ‘air hingga sama tingginya dengan tinggi lutut’ ‘air masuk rumah sampai tinggi lutut’.
sepandai gurunya ‘yang sama pandai dengan gurunya’,
tali panjangsedepa ‘tali yang panjangnya sama dengan panjang depa’
tingginya segalah ‘tingginya sama dengan tinggi galah’

b. Awalan se- sebagai pembentuk adverbia (prefiks adverbial), memiliki   makna seperti berikut:
1) ‘dengan’, seperti
Seizinku adik berangkat ke kota. ‘dengan izinku adik berangkat ke kota’ sepengetahuan orang tuanya ‘dengan pengetahuan orang tuanya’
2) ‘seturut’ atau ‘menurut’, seperti
Setahuku ia  anak rajin. ‘menurut yang aku tahu, la anak rajin’
Seingatku anak itu nakal. ‘menurut yang kuingat, anak itu nakal’ seingatku ‘menurut ingatanku’
semaunya saja ‘menurut maunya saja’
3) ‘setelah’, seperti
Sepeninggal mu aku jatuh sakit. ‘setelah kamu (pergi) aku jatuh sakit’
Sampai disana, kau kubari.’ Satelah sampai disana, kau kukabari.

7) Makna Prefiks atau Awalan ter
Awalan ter- sebagai pembentuk kata kerja memiliki makna seperti berikut:
1) ‘telah dilakukan’ atau ‘dalam keadaan’, seperti
Kami datang ketika pintu sudah terbuka.
‘kami datang ketika pintu sudah/dalam keadaan terbuka’
jatuh terduduk di tanah ‘jatuh dalam keadaan duduk di tanah’
Harga beras terjangkau rakyat. ‘harga beras dapat dijangkau rakyat’
orang terkenal ‘orang (yang) dalam keadaan dikenal’
produk termasyhur ‘produk dalam keadaan masyhur’
orang terhormat ‘orang (yang) dalam keadaan dihorman’;
2)  ‘telah mengalami’,’menderita keadaan atau kejadian (dengan tidak sengaja  atau dengan tiba-tiba)’, seperti
Ia berlari terkencing kencil karena ketakutan.
Ia terkentut di kelas. ‘ia tiba-tiba kentut di kelas’
Adik terbangun karena mendengar suara letupan mercon.
‘adik tiba-tiba bangun karena mendengar suara letupan mercon’
3) ‘dapat’ (biasanya didahului oleh kata tidak atau dilengkapi dengan akhiran -kan), seperti
Alam yang indah tidak terperikan. ‘alam yang indah tidak dapat diperikan’
Cantik tak terkira(kan). ‘cantik tidak dapat dikira(kan)’

Beban berat tidak terangkat. ‘beban berat tidak dapat diangkat’
Air itu lebih tidak terserap tanah. ‘air itu tidak dapat lagi diserap tanah’
Adik terbangun dari tidurnya berarti ‘adik tiba-tiba bangun dari tidurnya dan pintu tertutup ‘pintu sudah ditutup’. Kedua kalimat itu menunjukkan bahwa di dalam kenyataannya, yang terjadi adalah adik sudah dalam keadaan bangun dari tidurnya dan pintu sudah dalam keadaan ditutup. Dengan kata lain, kata kerja berawalan ter- juga dapat menunjukkan bahwa pekerjaan itu ‘sudah selesai dilakukan’ atau ‘sudah selesai dikerjakan’. Oleh karena itu, kata kerja berawalan ter- sering juga disebut kata kerja yang mengandung aspek perfektif(aspek selesai 
   Penulis  adalah  Guru  SMAN 1 Lhokseumawe 


Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar